Tujuh: What the hell

85.2K 5.8K 160
                                    

Diam-diam aku mengintip Nara yang masuk dengan ekspresi datarnya. Mama-nya Nara di tempat tidur sebelah kiri sedangkan Papa-nya di sebelah kanan.

Kedua orang tuanya masih tidur. Aku melihat Nara menarik kursi di samping tidur Mamanya.

Nara menyentuh tangan Mamanya. "I'm so sorry, mom."

Dia kelihatan termenung untuk beberapa saat. Entah berpikir tentang apa, aku tidak tahu. Andai aku bisa membaca pikiran Nara saat ini.

"Nara," suara Mamanya Nara tampak menyentaknya tersadar dari lamunan.

Nara mengadah menatap wajah Mamanya yang cantik tapi kelihatan pucat saat ini. Mama Nara mengelus rambut anaknya dengan sayang.

"Mom ngeliat berita di tv..." suara Mamanya Nara terdengar bergetar. Air mata tergenang di pelupuk matanya.

"I'm so sorry, mom. Itu bukan seperti yang Mom lihat."

"Apa? Kamu tau, Mom sama Dad kamu shock tau ternyata anak yang kami selalu bangga-banggakan ternyata gay." Mamanya Nara berkata dengan nada hina.

Nara menunduk. Oh god. Ini kelihatan sama sekali tidak bagus.

"Nara." Kali ini terdengar suara Papanya Nara.

Nara menoleh ke belakang, melihat ternyata Papanya juga sudah sadar. Kemudian Nara duduk di antara bed orang tuanya.

"Ini semua gak seperti yg kalian kira," kata Nara lagi.

"Kalau memang bukan seperti yang kami kira, lalu apa? Dad lihat dengan jelas dia megang wajah kamu. Daddy gak buta, Nara." Papanya Nara marah!

"Jadi ini alasan kamu selama ini gak pernah bawa pacar ke rumah, gak pernah bawa cewek ke rumah. Mom gak nyangka." Air mata Mamanya Nara kali ini mengalir.

"Mom.."

"Apa Nara? Itu semua benar kan? Kamu sudah 25 tahun, sudah seharusnya kamu--setidaknya ngenalin seorang perempuan ke kami berdua. Kalau kamu benar gak gay."

Sudahlah, aku tidak ingin menguping pembicaraan keluarganya Nara lagi.

Aku menopang dagu, sambil melihat beberapa orang yang berlalu lalang. Mereka semua melihatku dengan tatapan aneh yang langsung kubalas pelototan ganas.

Alay banget sih mereka.

Memangnya kenapa dengan penampilanku? Apa mereka tidak pernah melihat cewek cantik duduk sendirian pake dress seksi yang lebih seperti ingin ke club malam di bandingkan rumah sakit?

Menyebalkan.

Tiba-tiba pintu ruang rawat orangtuanya Nara terbuka, aku langsung menoleh. Ternyata Nara, tatapannya tidak bisa diartikan. Aku tahu ada yang tidak beres.

"Kenap--"

"Ikut gue."

Nara menarik tanganku, kemudian dia menyelipkan tangannya di pinggangku. Rasanya aku ingin meleleh. Nara menarikku masuk ke dalam ruangan.

"Mom, Dad, perkenalkan ini calon istriku, Senja Kinara," kata Nara tenang.

Aku melongo, sejak kapan aku menjadi calon istrinya Nara? Dia bilang dia SAMA SEKALI tidak tertarik dengan cewek.

"Acting, Kinara," bisik Nara pelan sekali.

SugarHoneyIceTea. Aku bukan artis yang baik, serius. Aku nggak bakat acting, duh!

"Hallo, tante, om. Saya Senja Kinara," sapaku dengan senyuman canggung.

Mamanya Nara cantik banget sementara Papanya juga cakep banget. Sekarang aku mengerti kenapa Nara bisa seperti Dewa yunani.

Gay Back To NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang