Dua hari kemudian.
Well, aku dan Nara tinggal di penthouse mewah miliknya di pusat kota san francisco. Seperti biasa dengan dekorasi elegan dan mewah. Ciri khas Nara banget.
Dia punya pengurus rumah yang datang setiap jam 7pagi hingga jam 5 sore dari hari senin sampai hari kamis. Tapi setelah aku mengomel ke Nara karna Gail -pengurus rumahnya Nara- tidak perlu bekerja sampai hari kamis, Akhirnya Gail datang setiap hari tapi hanya setiap jam 7 sampai jam 9 saja. Untuk mempersiapkan perlengkapan di rumahnya Nara.
Lagipula aku juga bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Selain itu, aku juga nggak lama tinggal sama Nara. Aku tinggal tunggu waktu yang tepat untuk pergi dari Nara. Aku juga nggak mau Dave merasa semakin terpuruk dengan fokusnya Nara padaku. Bukannya aku terlalu percaya diri Nara fokus ke aku tapi entah kenapa perhatian nya Nara jadi terbagi saat aku dan dia menandatangani kontrak itu.
"Kinara, ayo buruan. Gue mesti cepet cepet nyampe kantor," omel Nara.
Aku memakai flatshoes sambil menatap Nara dengan sengit. "Makanya gue ke kantor sendiri aja. Kunci SUV punya lo mana? Gue aja yang bawa sini."
"Gak belajar dari pengalaman ya? Kemarin lo mau masuk kantor aja udah di serbu segitu banyaknya wartawan. Untung aja gue cepet nyuruh Theo sama Jose jagain lo selama kerja. Sekarang mau lagi? kita gak tau wartawan itu tetap nungguin lo apa enggak," kata Nara panjang lebar.
Aku langsung manyun.
Dalam sekejap aku langsung mengingat kejadian kemarin. Pagi hari sekitar pukul 6.30, aku di telpon oleh Alice, sekretarisku yang baru. Katanya ada rapat untuk seluruh designer interior perusahaan Lizzie yang senior maupun yang baru. Nara sebenarnya sudah bilang padaku, untuk berangkat dengannya saja. Aku menolak karna aku harus berangkat cepat.
Akibatnya, baru saja aku keluar dari mobil. Wartawan yang menunggu di parkiran langsung menyerbuku. Pertanyaan dari mereka yang membuat aku shock itu:
'Apakah anda dan Pak Naraka hanya menikah kontrak?'Mereka tau darimana soal itu?
"KINARA AYO BURUAN GUE TELAT ASTAGA." Nara teriak membuyarkan lamunanku soal kejadian mengerikan kemarin.
"Iya bentar, bawel," balasku menggerutu.
Aku dan Nara keluar penthouse, masuk ke dalam lift. "Kodenya apa, Kinara?"
"291114," jawabku sambil memutar bola mataku malas.
"Good girl." Nara tersenyum puas saat mendengar aku menyebutkan kode penthouse miliknya dengan lancar.
TING!
Pintu lift terbuka perlahan, Nara yang sedari tadi menggandeng tanganku, keluar dari lift.
"Shit. Wartawan," desis Nara.
Begitu aku mengadah, kilatan blitz langsung menerpa kami berdua. Aku segera merapatkan tubuh ke arah Nara.
"Bisa kami minta waktu untuk wawancara sebentar?"
"Pak Naraka, apakah anda benar benar gay?"
Para wartawan melontarkan banyak pertanyaan yang kurasa enggan Nara jawab. Apalagi aku, saat mereka bertanya tentang apakah aku hanya sebatas istri kontraknya Nara.
Kemudian Jason dan Theo datang untuk menuntun kami jalan melewati wartawan.
"Tolong jauhkan kamera kalian," kata Jason dingin.
Aku dan Nara akhirnya berhasil masuk ke dalam mobil dengan selamat tanpa lecet sedikitpun berkat bantuan Theo dan Jason.
"Like i said, Kinara," sahut Nara tanpa memandangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gay Back To Normal
RomanceCopyright © 2015 by littlesunshine_ Hak Cipta Terlindungi © 2015 oleh littlesunshine_ : Naraka Fajar, laki-laki yang mendapat urutan pertama versi majalah Grey-Line tentang 50 most eligible bachelors in Indonesia. Pintar? jelas. Kaya? pastinya. Cak...