Chapter 29

153 36 5
                                    

Happy Reading!!

"Chan tertembak?! Bagaimana bisa?"

Arvind menghembuskan nafasnya kasar sambil memijit pelipisnya. Hatinya sedang gusar saat ini. Pikirannya pun sudah bercampur aduk sekarang. Kedua kakinya terus mondar-mandir di ruangan kerjanya. Saat ini, pria bermarga Cadmon itu sudah ada di rumahnya.

Awalnya Arvind pulang agar mengerjakan pekerjaan kantornya lebih santai. Tapi apa yang dia dapatkan? Email masuk di sekretaris nya yang mengatakan saham nya kembali turun sebanyak 2% setelah berminggu-minggu ia dan putranya bekerja keras mengembalikan semuanya. Ditambah kabar dari anak buahnya yang membuat beban di pundaknya bertambah.

"Terus kabarkan kondisi selanjutnya."

Bip.

Di letakkannya ponsel itu sedikit kasar di atas meja.

"Bagaimana bisa? Apa Chan ada musuh?" Arvind menerka-nerka. Banyak asumsi yang berkeliaran di otaknya. Di tengah fokusnya ia dengan fikirannya, Caelin masuk ke ruangan nya.

"Sesuatu terjadi, Arvind?" Caelin melangkah setelah menutup pintu nya pelan. Di hadapannya, terpampang raut lelah di wajah pria yang berstatus sebagai suaminya itu.

"Kau ingin sesuatu? Teh hangat mungkin? Atau ku pijat sedikit mungkin?" Tawarnya tapi hanya mendapat respon gelengan. Caelin mengalah. Ia menarik kursi agar bisa duduk berhadapan dengan Arvind.

"Apa ini soal Chan? Dia tertembak kan?"

"Darimana kau tau?"

Caelin menyandarkan tubuhnya di kursi. "Tangan kananku sempat melihat mobil Chan siang tadi. Dan kebetulan kejadian itu terjadi. Bukan itu yang aneh,

Caelin sedikit memajukan tubuhnya. Ia sedikit trauma dengan putri kesayangannya yang kadang masuk tiba-tiba. Arvind jadi ikut mendekat karenanya.

"Ia menemukan cincin di tempat Chan berdiri tertembak. Di sana ada semacam alat untuk memberitahu posisi Chan, mungkin untuk tanda untuk-

"Supaya Chan terdiam di posisinya jadi si penembak akan lebih mudah membidiknya begitu?" Potong Arvind langsung setelah ia bisa menyimpulkan.

Caelin mengangguk membenarkan. Ia menaruh siku kanannya di meja. "Apa kita harus berunding dengan Gerald untuk ini?" Dilihatnya Arvind yang memijit pangkal hidungnya sekarang. Kedua matanya terpejam.

"Tidak. Kita tidak tau siapa pelakunya dan apa motifnya. Mungkin saja hanya saingan bisnis kita." Tolak Arvind tegas. Tapi sebenarnya ia tak pernah berpikir itu saingan bisnisnya. Karena sepanjang dia berkarir tak pernah sampai terjadi hal seperti itu, walaupun dia tau itu bisa saja mungkin. Pria yang sekarang menopang dagunya itu terlihat memikirkan siapa kira-kira pelakunya. Sampai helaan nafas dari Caelin membuyarkan pikirannya.

"Lebih baik sekarang kau istirahat. Aku akan membantu besok di kantor. Chan akan baik-baik saja, aku yakin." Bujuk Caelin seraya meyakinkan ayah dua anak itu. Akhirnya Arvind memilih mengalah dan menuruti permintaan sang istri.









-YOU AND I-








"Sepertinya itu mobilnya." Tunjuk Ara pada mobil sedan hitam yang agak jauh dari nya sekarang. Di depan sana lagi, mobil Rosie terparkir di depan minimarket yang tampak sepi. Mengingat ini sudah jam 11 malam.

Setelah melewati perdebatan yang panjang dengan sang kakak saat di rumah sakit tadi, akhirnya mereka semua pergi membantu Rosie. Ya, Ara, Sam dan Chan. Tapi Ara sudah melarangnya keras agar Chan duduk di belakang dan membiarkan Sam yang menyetir mobilnya.

YOU AND ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang