Chapter 38

154 25 4
                                    

"Morning, Hyung." Netra Younghoon menangkap kebiasaan lain dari kakaknya itu. "Woah! Tumben sekali kau membawa pekerjaan mu ke meja makan, Hyung." Ungkap Younghoon agak kaget karena melihat Alden yang sibuk dengan tablet nya dan juga beberapa berkas di atas meja makan. Bisa dibilang seperempat meja makan terisi dengan barang-barang milik si sulung dari keluarga Thomson itu.

Alden mengusap wajahnya kasar lalu menyeruput kopinya sedikit. "Ini membuatku pusing. Rasanya perutku sudah kenyang setelah melihat kertas-kertas ini." Umpatnya kepada dirinya sendiri sembari memegang pelipisnya. Bahkan ia tak sadar keberadaan adik bungsu nya.

Younghoon yang berada di dapur untuk mengambil gelas pun sampai bingung dengan tingkah Alden yang sepertinya pusing dengan pekerjaannya. Ia pun kembali ke meja makan dan mengambil tempat di hadapan Alden. "Ada masalah, Hyung? Kau terlihat berantakan."

"Oh, kau disini rupanya. Ku kira hanya aku seorang."

Kedua mata Younghoon membulat terkejut. "Astaga. Jadi kau tidak mendengar sapaan dari adikmu yang tampan ini, Hyung? Kau ini."

Alden mengibaskan tangannya asal. "Aku sedang pusing sekarang. Pendapatan perusahaan turun dua persen. Tapi setelah semua laporan ku cek, tak ada kesalahan. Lalu kemana perginya dua persen itu?" Ceritanya tanpa berniat membalas gurauan Younghoon tadi.

"Bagaimana bisa? Apa Dad tau ini, Hyung?"

Alden mengangguk. Pandangannya masih berfokus ke arah berkas di tangannya. "Dad sekarang kembali ke China untuk mencoba membahas hal ini dengan petinggi disana. Tapi sampai sekarang belum ada kabar apapun."

"Kenapa bisa bersamaan seperti ini?"

Gumaman Younghoon tadi terdengar di telinga Alden sampai ia menatap adiknya itu dengan bingung. "Apa maksudmu?"

"Pendapatan Chan Hyung pun juga turun sekitar tiga persen, Hyung. Aku sampai ikut turun tangan memeriksa bagian keuangan. Belum di temukan juga kemana perginya."

"Mungkin kebetulan saja. Lagipula banyak juga perusahaan lain yang sahamnya sedang turun makanya mungkin saja pendapatan kita begini." Opini Alden spontan.

"Ah ya. Mungkin saja."

"Dimana Rosie?" Tanya Alden mengalihkan pembicaraan.

"Masih di atas. Mungkin akan turun sebentar lagi, Hyung."

Younghoon yang semula fokus dengan kegiatan mengoleskan roti nya dengan selai matcha kesukannya itu berhenti sejenak. "Tapi, Hyung, menurutku ini agak aneh."

Alden mengerutkan keningnya. "Tentang perusahaan tadi maksudmu?"

Adik bungsunya itu mengangguk. "Kalau memang serentak semua perusahaan turun saham, pasti ada sesuatu dengan perekonomian di negara ini. Tapi tak ada kabar apapun tentang itu. Rasanya uang itu seperti hilang begitu saja."

Fokus Alden yang semula ke arah berkas-berkasnya itu ia alihkan sejenak ke arah Younghoon. Dalam hatinya ia juga membenarkan ucapan adiknya itu. Seolah kejadian ini memang benar aneh.

"Benar juga. Entah sudah jutaan kali mungkin aku memikirkan hal ini. Dan entah berapa kali aku mengecek kembali laporan keuangan, dan tak ada satu pun kesalahan di sana. Benar katamu, seolah uang itu hanya hilang saja lalu sudah."

Alden menghela nafas pasrahnya. "Astaga, rasanya kepala ku mau pecah memikirkannya." Alden menatap Younghoon yang mulai memakan rotinya dengan binar harap. "Bertukar posisi sepertinya seru, ya kan, Younghoon?"

Respon adiknya itu yang pertama adalah melotot heran. Bahkan kunyahannya sampai terhenti saat mendengar celetukan kakak pertamanya itu.

"Hyung, sadarlah. Apa kertas-kertas itu sudah membuatmu ingin mengakhiri hidup? Astaga! Sini ku bantu."

YOU AND ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang