Chapter 42

96 21 7
                                    

Rose, bangunlah.

Cepat bangun, Rose.

Gadis bersurai pirang itu mendengar jelas suara itu. Tapi entah mengapa ia sulit sekali untuk membuka matanya. Yang bisa ia lihat sekarang hanya hitam, tapi suara itu terus ia dengar. Ia tau jelas, itu suara Arabelle, ibunya. Sama seperti kedua matanya yang tak bisa ia buka, begitupun mulutnya yang seolah tak bisa ia gerakkan.

Rose, dengarkan, Mommy. Apapun yang terjadi, tetaplah percaya pada isi hatimu. Tetap. Percaya. Pada. Hatimu. Sekarang bangun, Sayang.

Bangun, Rose.

Seolah mendapat energi penuh, kedua mata Rosie sontak terbuka lebar. Sejenak ia terdiam kebingungan. Sorot matanya bergerak ke segala arah, tapi tak satupun bagian dari sudut ruangan itu yang bisa ia kenali. Ditengah kebingungannya itu, ia pun baru tersadar kalau tubuhnya diikat di kursi dan mulutnya juga tertutupi lakban. Rosie sontak panik dan mulai berusaha bergerak di posisinya sembari berusaha teriak walau tak bisa. Justru ikatan di tubuhnya semakin erat dan hanya membuang energi nya. Denga nafas yang masih memburu, Rosie sontak menoleh ketika mendengar suara pintu yang dibuka persis lurus di depannya. Dan munculah sosok bayangan seorang pria yang melangkah masuk ke dalam.

"Remember me, Girl?" Tanya sosok itu sembari berjalan mendekat. Rosie hanya menggerakkan kepalanya mundur karena ketakutan. Tapi otaknya juga mengingat suara tak asing ini.

"Sepertinya terlalu banyak bius yang kuberikan padamu sampai kau benar-benar bingung." Pria itu menghela nafas panjang lalu menyilangkan tangan di dada, terlihat dari siluet pria itu. Karena posisinya cahaya berada di balik pintu yang pria masuki itu tadi, dan sebelum itu hanya cahaya remang yang bisa Rosie lihat.

"Biar ku bantu. Kau sedang di kantor, lalu orang-orangku menyekap mu yang kebetulan sedang sendirian disana. Bagaimana, kau ingat?"

Masih dengan kebingungannya, seketika sekelebat ingatan muncul di benaknya. Ya, ia ingat. Disaat ia sedang sendiri, tiba-tiba beberapa orang berbadan besar langsung menyergapnya dan membawa ia pergi. Tapi siapa yang menyuruh mereka?

"Dari ekspresimu, sepertinya kau masih bingung. Well-

Omongan pria itu terpotong, detik berikutnya pria itu melangkah maju sembari menunjukkan tangan kanannya. Dan sinar lampu yang meskipun tidak terlalu terang bisa menyinari wajahnya. Rosie seketika terpaku. Alarm pertanda bahaya seolah menyala dalam dirinya. Tidak, ia tidak ingat bahkan tidak tau sosok itu. Tapi yang jelas, sebuah cincin berwarna emas yang melingkar di jari tengah pria itu sudah membuktikan kalau Rosie belum bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

-YOU AND I-

"AILEEN! APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Gadis yang di sebutkan namanya itu langsung memasang wajah tak terimanya melihat siapa yang menerobos masuk ke apartmentnya itu. Apalagi posisinya saat itu ia masih menggunakan bathrobe dan dengan muka yang masih tertutupi masker kecantikan.

"Dimana sopan santunmu Chan Cadmon yang terhormat? Apa kedua orang tua mu tak pernah mengajarimu sopan santun?!" Balik Aileen marah.

"Persetan dengan sopan santun. Mana perkataanmu yang bilang tak akan mengganggu Rosie lagi? Sekarang kau kemana kan dia?!" Tanya Chan tanpa basa-basi begitu tiba dj hadapan Aileen. Urat-urat di wajahnya menonjol, menunjukkan ia benar-benar marah dengan sosok di depannya ini. Bahkan ia tak peduli lagi dengan penampilannya yang acak-acakkan sepulangnya dari kantor. Karena begitu mendengar kabar Rosie hilang, hanya satu orang yang terlintas di pikirannya. Aileen.

"Apa maksudmu? Kau ini terlalu lelah, Chan. Lebih baik kau istirahat sejenak dan kit-- What's wrong with you?!"

Aileen yang tadi berusaha menyentuh Chan untuk mengajaknya duduk mendadak bingung dan tak suka karena Chan menyentak kedua tangannya.

YOU AND ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang