Chapter 14

169 41 1
                                    

Setelah sekian lama menghilang tanpa kabar, ada sebuah foto beredar yang menunjukkan bahwa sosok putri dari keluarga Thomson masih hidup. Apakah itu benar? Dug-

Layar televisi itu dimatikan oleh Alden. Ia meletakkan remote tv itu di meja dengan sedikit kasar. Kedua alisnya menyatu seolah sedang memikirkan sesuatu. Bagaimana mereka bisa tau?

"Ada apa, Alden?" Panggil sang ayah sambil beranjak turun dari tangga. Saat ini, mereka semua sudah di rumah. Alden yang sedang menonton tv sambil bersantai, sang ayah, Gerald yang baru saja selesai mandi, dan Younghoon yang masih di kamarnya entah apa yang dilakukannya.

Gerald menghampiri putra sulung nya di ruang keluarga dan duduk di sampingnya. Alden menolehkan pandangannya menghadap sang ayah. "Kabar Rosie masih hidup sudah tersebar, Dad. Sia-sia kita mencoba menutupinya." Alden menghela nafas kesal.

Gerald mengambil remote
tv itu dan menyalakan alat elektronik itu. Berniat untuk melihatnya, tapi berita yang ada di acara itu sudah ganti. "Pasti suatu saat orang-orang akan tau, Alden. Toh nama Rosie tidak berubah, dia hanya tidak menggunakan nama keluarga saja." Gerald menjelaskan itu seolah tidak apa-apa. Tapi memang begitu kan? Kalau kita menutupi sesuatu, suatu saat orang lain pasti akan tau entah itu dari kita sendiri ataupun orang lain.

"Tapi Dad, aku hanya belum siap melihat Rosie kem-"

"Rosie pasti baik-baik saja." Gerald memotong ucapan Alden. Ia menarik nafas sebelum melanjutkan. "Ini sudah takdir. Bahkan ia sudah dikelilingi oleh mereka tanpa dia sadari. Kita hanya bisa berusaha agar dia tetap baik-baik saja. Jangan paksakan dia untuk mengingat."

"Mereka siapa maksudmu, Dad?" Younghoon yang entah kapan ada disitu tiba-tiba bertanya. Sebenarnya ia sudah mendengar keluhan Alden sejak awal tadi, tapi ia menunggu jawaban dari sang ayah yang akhirnya membuat dia penasaran.

Younghoon duduk bersila di karpet ruangan itu. Jadi posisinya, Alden dan Gerald duduk di sofa, sedangkan Younghoon di karpet di bawah mereka. "Mereka siapa, Dad?" Tanya Younghoon lagi, meminta jawaban.

"Merek-"

"Aku sudah menceritakannya padamu kan?" Alden memotong ucapan sang ayah. Gerald menoleh ke arahnya. "Kenapa bisa?"

Alden menyandarkan tubuhnya ke sofa. "Younghoon menemukan kotak itu, Dad." Mata Gerald membelalak kaget. "Kau membawanya dari Australia?"

Alden mengangguk. "Itu salahku. Seharusnya aku meninggalkannya disana saja."

Younghoon yang mulanya hanya diam memperhatikan, mulai membuka suaranya kembali. "Kenapa hanya aku yang tidak tau ini, Dad?"

Gerald mengelus puncak kepala si bungsu yang berada di bawahnya. "Karena Mommy mu yang tidak mengizinkannya. Kau juga tidak di Korea kan saat itu, tapi kau betah tinggal di rumah Paman Gan dulu sampai lulus sekolah menengah atas." Jelas Gerald panjang lebar.

Alden yang mendengar itu mengernyit bingung. "Bagaimana Mommy memberitahumu, Dad?"

Gerald sedikit mengingat. "Dulu dia sempat menulisnya di buku hariannya. Tapi aku lupa menyimpannya. Banyak yang ia tulis disana termasuk apa pemicu Rosie seperti sekarang."

"Sebentar." Younghoon mengalihkan pandangangannya pada Alden. "Buku? Hyung, Bukankah di kotak tidak ada?" bertanya sambil membuka salah satu toples di meja itu dan memakan kue coklat di dalamnya.

"Ah, iya. Aku baru ingat. Kemana buku itu, Dad?"

"Jadi bukunya hilang?" Gerald mulai panik.

Younghoon malah bingung dengan reaksi sang ayah. "Apa ada sesuatu yang penting disana, Dad?"

YOU AND ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang