•• Games Sambung Cerita ••

21 2 0
                                    

Games Sambung Cerita Antara Admin dan Member
Selasa, 12 Januari 2021

Perempuan itu datang saat baskara masih malu-malu, burung-burung berkicauan. Seorang gadis kecil berlari-lari menuju taman kanak-kanak dengan girangnya. Secercah baswara di wajah mungilnya terlihat.

Siapapun yang melihatnya akan terikuti ekspresinya tersebut. Tak lupa, ada seorang perempuan dewasa yang melihatnya dari jauh, dengan lengkungan kecil melihat aktivitas gadis kecil itu.

Lengkungan bibirnya tak mampu berbohong, gejolak emosinya masih membekas melebur dalam sebuah partikel-partikel oksigen.
{Kurun}

Teras sesak seketika,
Daksaku tungkap. Setetes ayar aksa mengalir, yang sedari tadi tak dapat kubendung, membasahi kedua pipi ini.
{Sam}

   "Nak, awas, loh, nanti kamu jatuh." Perempuan dewasa yang bisa dibilang Ibu dari anak tersebut mengingatkan sang putri yang sedang aktif-aktifnya.
{Ali}

Gadis kecil yang dipanggil 'Nak' itu bernama Aliyah Keysya di umur yang balita, ia termasuk gadis kecil yang pintar dan ..., licik?

Brakkk

Sang Ibu terkejut melihat putrinya terjatuh di atas lumpur dengan badan tengkurap di bawahnya.

Ketika ia menghampirinya siapa sangka sang putri kesayanganya malah tertawa terbahak-bahak dengan wajah yang konyol.

Mau tak mau sang Ibu pun ikut tertawa dan bertanya di dalam hati.

Kenapa anakku tidak menangis?

Dan anehnya lagi sang putri memuntahkan cairan perutnya yang berwarna emas, dilihatnya sang Ibu, anak bernama Aliyah tersebut mengukir senyuman sinis.

Senyuman yang menyeramkan.

Sisi gelapku menggila menikam luka yang entah kapan membara. Cukup Tuhan yang tahu segalanya. Kuharap setelah ini luka terkubur jauh dalam kepingan rasa tertelan asmaraloka.
{Kurun}

Ah, cittaku terasa curna. Bak bianglala yang hirap karena gata di nabastala.
Emosiku kian bangkit, seakan tak terima karena afsun hirap tanpa kata permisi.
{Sam}

Sulit memang, namun batinku seakan tidak ingin menerimanya. Seakan semua hanyalah kebohongan belaka.
{Windi}

   "Ah, mungkin harus rehat dulu, deh," monologku.
{Sam}

Kurebahkan diri ini tepat di atas kasur empuk nan nyaman.
Aku terdiam dan berpikir sejenak.
Aroma rinai seakan mengisi ruang kamarku saat itu. Kuputuskan untuk keluar dan mengeceknya.
Namun, tanpa berpikir panjang, kusambut rinai itu dan bersiap bermain dengan suka cita.

Sesuai dengan rencana, aku basahi seluruh tubuh ini dengan rinai. Menikmati setiap rintik yang seakan membunuh perasaan lelah dalam hati ini.
{Miya}

Aku terus menari di bawah hujan. Tak peduli dengan sekitar yang menatapku seolah kekanak-kanakan. Aku hanya ingin melepaskan beban. Hingga netraku menangkap sebuah pemandangan, yang sungguh tak pernah kuharapkan.

Seketika aku sadar, kulihat nabastala sudah tak berawan, aku melihat bianglala yang menawan. Tanpa kusadari, Aliyah pergi ke sebuah tempat yang sangat antimenstrim. Sampai aku tak sadar, ia bukan anak yang sembarangan. Ia lebih dari manusia pada umumnya.
{Manda}

   "Aliyah, kamu sedang apa?" tanyaku.

   "A-apa, Bu? Aliyah hanya duduk-duduk di atas air."

Aku terkejut mendengar jawaban santai dari putri tunggalku itu. Dengan segera aku membawanya pulang, dan berharap dia tak 'kan melakukan hal-hal yang aneh lagi.

Malam telah tiba, chandra memercikkan indurasminya melalui celah di dekat jendela kamar Aliyah. Sunyinya malam hanya terdengar serayu yang berhembus di seberang jalan.

Langit menjadi saksi bisu perjanjian masa lalu. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya. Sesosok bayangan mengawasi dalam gelap, hanya kegelapan yang tahu akan keberadaannya. Ia hanya diam, mengamati Aliyah kemudian pergi bersama hembusan angin malam. Pergi ke tempat yang tak pernah terpikirkan oleh siapapun. Jauh sekali, tak bisa digapai dengan mudah. Di mensi lain.
{Nadin}

Goresan PenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang