Subhanallah, Bahagianya Gue

84 11 1
                                    

Dari tadi siang sampai jam 4 sore ini gue masih mengajar sebelas anak SMP di rumah Bokap gue. Hari ini Nyokap mengganti white board lama dengan white board baru yang lebih gede yang baru dibeli Bokap. Dan yang keren lagi white board-nya punya dua kaki, jadi gak perlu bingung mau ditaruh mana, tinggal seret aja ke tempat yang kita mau. Tapi gue jadi semakin heran alias bingung sama Bokap dan Nyokap, soalnya mereka beneran serius gak pingin gue dapat kerja.

Sejurus waktu gue selesai mengajar les dan semua temen-temen Vita udah pulang, tapi cuma satu orang yang belum pulang dan masih ngobrol sama Vita. Sejenak gue memperhatikan temennya yang juga pakai kerudung. Trus hati gue bilang, "Kayaknya gue pernah lihat, tapi...di mana ya?"

"Kak Deni. Nilam mau pulang dulu." Kata Vita.

"Ooo ya udah hati-hati di jalan."

Sejenak Nilam tersenyum sambil menganggukkan kepala. Gue pun membalas sambil senyum tipis. Tetiba si Vita pinjem Scoopy hitam manis kesayangan gue buat nganterin si Nilam. Gue gak asal kasih pinjem dong! Walaupun yang minjem adik gue yang resek. Gue khawatir scoopy gue balik ke garasi udah babras, cemong. Si Vita kan suka ugal-ugalan meski belum lancar pake motor.

"Pulang ke mana?"

"Ya ke rumahnya..." Jawab Vita gregetan.

"Maksudnya rumahnya di mana?"

"Itu loh Kak...yang dulu Kak Deni nganterin Vita malem-malem, Vita mau ngembaliin buku." Jelas Vita. Dengan kening berlipat tetiba gue tertegun, mencoba mengingat, trus manggut-manggut. Sementara si Vita langsung mengambil kunci scoopy yang digantungkan dekat kulkas.

"Oooh iya iya iya, Kak Deni inget sekarang." Ucap gue setengah kaget.

"Ya udah Kak, Vita anterin Nilam pulang dulu ya..." Kata Vita sambil berlalu. Mendadak gue bertambah kaget saat baru ingat dan sadar, kalo rumahnya Nilam kan dekat sama cewek manis itu. Kayaknya gue yang harus nganterin si Nilam nih.

Gue buru-buru nyusul si Vita di teras rumah, trus merebut kunci motor dari tangan si Vita. "E ee eeeh tunggu-tunggu, biar Kak Deni aja yang nganterin Nilam. Kamu di rumah aja, bantuin Ibu."

"Lho kenapa? Nilam kan temen Vita, bukan temen Kak Deni."

"Yaaa emang temen kamu, tapi kan Kak Deni yang ngajar les, jadi Kak Deni harus bertanggungjawab sama murid les yang belajar di sini. Makanya Kak Deni yang anterin Nilam pulang." Gue tegas.

"Udah yuk Nilam, Kak Deni anterin. Mumpung belum maghrib." Kata Gue sambil balik badan. Vita pun makin manyun melihat gue melangkah pergi ke garasi, trus naik scoopy.

"Ya udah gak apa-apa Vit, biar Kak Deni aja yang nganter aku." Kata Nilam.

"Iya iya, tapi jangan macem-macem sama Kakak aku ya." Suara Vita tegas dan ketus trus manyun. Gue jadi senyum-senyum lihat Vita manyun. Apa itu tandanya kalo si Vita resek khawatir sama gue? Ah, khawatir apaan, gue kan gak ngapa-ngapain.

Setelah Nilam duduk di belakang gue, gue langsung tancap gas. Belum sampai 10 menit Scoopy hitam ini berhenti di depan rumah Nilam, tapi sorot mata gue celingukan ke rumah nomor 11 K. Rumahnya sepi banget, pasti cewek itu belum pulang kuliah. Oh iya, kata Pak Paimin nama cewek itu Meyda. Dan dia...S2 kedokteran spesialis organ dalam.

"Tapi...masak gue suka sama Meyda. Dia kan...pasti lebih tua dari gue." Ucap gue pelan sambil mata gue celingukan ke rumah 11 K.

"Kak Deni ngomong sama siapa?" Tanya Nilam agak keras.

"Oh, ahmmm...gak ngomong apa-apa kok." Jawab gue terbata-bata.

Nilam pun senyum-senyum, trus sejenak melihat rumah yang tadi gue lihat. "Oooo Kak Deni mau ke rumah Bu Dokter ya? Kak Deni sakit?"

TUPAI ( TERUNTUK KAMU YANG TAK BISA KUGAPAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang