Sepulang sholat isya Nyokap beneran memberi gue tugas. Dengan lemas gue menerima perintah dari Nyokap, membeli martabak keju sama kacang. Dengan lemas juga gue turun tangga sambil memakai jaket, trus mengambil kunci scoopy di samping kulkas.
Gue balik badan bersamaan Nyokap berjalan ke arah kulkas. Langkah gue terhenti saat Nyokap bilang, "Deni, kenapa gak ganti baju? Ini kan kaos tadi sore. Lagian tadi waktu makan malam kaos kamu bukan yang ini deh."
Tetiba kening sama kedua alis gue menggulung kayak telor gulung. Gue pun meneliti kaos oblong yang gue pakai. "Iya ya..., kenapa Deni pakai lagi kaos ini?"
"Udah cepat ganti dulu, masak mau beli martabak pakai kaos bau. Nanti gak dapat martabak, tapi malah dapat omelan." Kata Nyokap tegas.
Gue pun langsung mematung. "Iya Bu, Deni ganti sama kaos baru dan pakai parfum biar wangi." Setelah itu gue tergesa naik tangga.
"Deni pakai kemeja aja...jangan kaos lagi, nanti kemejanya jamuran soalnya gak pernah kamu pakai." Suara Ibu keras.
Mendadak gue berhenti melangkah di depan tangga di lantai dua. Trus kening gue berkerut lagi. "Waduh, jamuran? Apa iya baju bisa jamuran kalo lama gak dipakai? Kayak roti aja."
"Deni cepat...nanti keburu malam, angin juga semakin dingin." Kata Nyokap keras.
Setelah mengganti baju dengan kemeja dan celana panjang gue turun ke lantai satu. Sebelum keluar rumah seperti biasa Nyokap selalu mengingatkan memakai jaket, helem dan membawa handphone.
Scoopy hitam manis yang malam ini kelihatan lebih hitam dan manis melaju pelan meninggalkan rumah Bokap, trus melaju di jalanan kompleks. Mendadak gue kepikiran Dokter Meyda, soalnya udah beberapa hari ini gue gak ketemu sama Dokter Meyda.
Tetiba scoopy ini berhenti sebelum belokan ke arah pintu gerbang kompleks. Gue lagi bingung nih. Pikiran gue mendadak bercabang kayak jalan di depan gue ini. "Apa...gue balik lagi aja, trus gue lewat rumah 11 K."
Scoopy pun melaju lagi pelan dan mau putar balik, tapi gak jadi lantaran sedan hitam mendadak berhenti di samping kanan Scoopy ini. Gak lama abis itu kaca samping bagian depan terbuka, ternyata Nilam di dalam mobil. "Kak Deni mau ke mana?"
"Ehhmm...mau..."
Nilam pun lebih agak melongok keluar jendela. "Kak Deni, cepat ke rumah Dokter Meyda! Malam ini Dokter Meyda mau dilamar."
Gue begitu kaget mendengar perkataan Nilam yang bagi gue seperti sambaran petir di malam hari, "Dokter Meyda mau dilamar malam ini", sampai-sampai kedua mata gue hampir jatuh. Berita yang membuat gue Syok banget, bingung dan panik banget. Aduh, gue harus gimana nih!
"Trus Kak Deni harus gimana?" Tanya gue panik.
"Kalo Kak Deni beneran suka sama Dokter Meyda sekarang cepat ke rumah Dokter Meyda sebelum keduluan sama yang lain."
"Sekarang?"
"Iya..." Jawab Nilam geregetan.
"Nilam udah selesai? Kita pergi sekarang, nanti toko bunganya keburu tutup." Kata perempuan berkerudung di depan kemudi. Nilam pun menoleh pada perempuan di sampingnya di depan kemudi, yang kayaknya gue pernah lihat nih.
"Oh iya Kak Indah."
"Kak Deni, Nilam pergi dulu mau beli bunga."
Setelah itu sedan hitam melaju keluar dari...gue baru inget ternyata gue ada di dekat pos jaga di gerbang kompleks. Masya Allah...gue harus cepat pergi nih sebelum si Beki anjing penunggu pos satpam kompleks ini menggonggong dan mengejar gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUPAI ( TERUNTUK KAMU YANG TAK BISA KUGAPAI )
RandomIni kisah seorang cowok yang baru lulus kuliah S1 jurusan teknik sipil. Cowok rumahan yang nggak dimanja Ibunya ini bernama Deni Sumantri. Nggak tanggung-tanggung si Deni blasteran dari tiga negara. Sayangnya si Deni yang ganteng dan keren ini memp...