Uh, Kesel Gue!

204 20 6
                                    


Di depan kantor perusahaan kontraktor, gue sempatkan menarik nafas perlahan dan dalam banget kayak dalamnya lautan trus menghembuskan perlahan juga. Terakhir gue memaksa senyum sebelum melangkah. Mudah-mudahan jantung gue aman.

Tas kecil hitam udah gue silangkan ke pundak yang isinya buku agenda, surat panggilan sama bulpen. "Ayo Deni, lo harus senyum, tapi jangan kelihatan gigi dan jangan terlalu lebar."

Setelah melangkah beberapa meter, gue melewati pos satpam, trus masuk ke halaman kantor, dan masuk ke dalam kantor. Di meja pegawai depan kantor gue menyerahkan surat panggilan. Setelah ngisi lembar biodata, gue disuruh naik ke lantai 3 dan menunggu wawancara di sana.

Di lantai 3 ternyata udah ada beberapa orang yang kayaknya mau wawancara juga. Ada 4 cowok dan 3 cewek yang memakai baju dengan warna yang sama, putih hitam. Cuma gue yang memakai kemeja batik warna biru dan celana hitam, tapi gue santai yang penting baju gue sopan.

"Kayaknya gue kesiangan datang." Ucap gue pelan sambil garu-garuk kepala.

Karena gak ada kursi kosong, jadi terpaksa gue berdiri di dekat pot besar di sebelah pintu kaca yang terbuka. Sejenak gue melihat wajah-wajah yang mau wawancara. Hmm wajah yang kelihatan lecek, gak ada ramah-ramahnya dan gak asik. Sebagian manyun, sebagian mengerutkan dahi, dan sebagian lagi merem melek.

Akhirnya gue menghela nafas panjang, rasanya jadi bosan berdiri sendiri di dekat tanaman besar dalam pot. Tetiba hati gue melempar bisikan, "O iya. Kenapa gue gak nyanyi aja biar gak bosen, kayak Bokap waktu di mobil."

Gue balik badan menghadap tanaman pakis haji dalam pot yang tingginya hampir setinggi badan gue. Sejenak gue tersenyum memandang tanaman ini, trus tangan kanan gue memegang daun pakis haji yang keras. Trus kepala gue mulai manggut-manggut mengikuti irama lagu yang gak gue kerasin, cuma di dalam hati. Hingga perlahan senyum di wajah gue ikut mengembang.

"Mas Mas. Kalau kebelet ke toilet, jangan pipis di sini." Seseorang menepuk pundak gue. Sontak gue menoleh ke asal suara. Eh ternyata di hadapan gue udah berdiri seorang pegawai OB alias office boy yang lagi senyum-senyum melihat gue.

"Siapa yang mau pipis, orang lagi....ehmm dansa! Sama nih tanaman!" Di ujung perkataan suara gue tegas.

Sontak si OB tersenyum lebar, trus sambil cekikikan bilang, "Kalau begitu maaf Mas, silahkan dilanjutkan."

Akhirnya OB berbadan kurus itu pergi juga, sementara gue cuma geleng-geleng kepala. Trus gue alihkan kedua mata ini sama suara berisik di belakang gue. Eeeeh ternyata 7 orang yang lagi menunggu di kursi tunggu juga ikut ketawa.

"Haaa...gak ada kerjaan apa!" Bisik hati gue tegas.

"Tapi gak apalah, yang penting hari ini gue udah berbuat baik, membuat orang tertawa." Sambut sisi hati gue yang lain.

"Ting." Suara lift jauh di belakang gue, lalu lift terbuka.

Setelah itu dari dalam lift keluar seorang cewek berambut panjang yang memakai baju serba super banget, dan subhannallah banget...soalnya gue laki-laki normal, jadi pasti bilang kayak gitu. Menyusul jantung gue deg-degan, cepat dan keras banget bersamaan gue berhenti menyanyi dengan kedua mata gue masih melihat dari dinding kaca cewek seksi itu berjalan ke arah gue. Kayaknya dia mau masuk ke ruangannya.

"Astaghfirullah halladziiiim..." Suara gue agak keras sambil cepat mengelus dada.

Tetiba cewek berambut panjang dan seksi itu berhenti melangkah, tepat di samping gue di depan pintu dari kaca. Sigap gue memejamkan kedua mata.

"He, kamu kenapa?" Tanya cewek itu. Dengan mata terpejam gue gak menjawab, tapi cuma menggeleng-gelengkan kepala.

"Kamu sakit?"

TUPAI ( TERUNTUK KAMU YANG TAK BISA KUGAPAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang