Ini kisah seorang cowok yang baru lulus kuliah S1 jurusan teknik sipil. Cowok rumahan yang nggak dimanja Ibunya ini bernama Deni Sumantri. Nggak tanggung-tanggung si Deni blasteran dari tiga negara.
Sayangnya si Deni yang ganteng dan keren ini memp...
Siang ini gue mengajar les lagi. Makin lama makin bertambah nih temennya si Vita yang ikut les di sini. Gue heran deh, si Vita promosi pakai apaan sih?
Ada 15 anak SMP termasuk si Vita, tapi...kalo gue teliti...kayaknya ada yang kurang satu. Dengan kening merapat sorot mata gue kembali memeriksa dengan lebih teliti, oooh ternyata gue gak melihat Nilam. Hmm mungkin dia ada keperluan, atau berhenti ikut les di sini.
"Kak Deni, kalo ada soal kayak gini gimana caranya?" Tanya Tiur. Kemudian teman-temannya mengiyakan.
"Aaah itu gampang..." Sahut Vita.
"Coba kamu kerjain kalo gampang." Kata Randi.
"Oke. Sini Kak mana spidolnya, biar Vita yang kerjain! Kak Deni lihat aja." Suara Vita tegas sambil bangkit berdiri dan merebut spidol dari gue.
"Yaaa silahkaaan kalo bisa Kak Deni malah seneng, jadi gak susah nerangin. Abis ini kamu terangin ke temen-temen, kalo jawabannya udah bener." Di akhir perkataan suara gue tegas. Eh si Vita gak membalas, tapi serius mengerjakan soal matematika di white board. Sementara teman-temannya serius melihat.
"Assalammualaikum..."
"Waalaikumsalam..." Jawab gue sama anak-anak les hampir serentak.
"Kak Mey gak sakit, Nilam cuma bantuin buat persiapan pernikahan. Yaaa masih lama sih...nikahnya..., tapi kata Kak Mey, "Mumpung ada waktu, nyicil persiapannya dari sekarang, karena semua orang di rumah punya kesibukkan"."
Rasa-rasanya jantung gue udah mulai rontoh nih, lantaran syok mendengar berita pernikahan Dokter Meyda. Wajah sama mata gue sama-sama tegang. Otak gue amburadul.
Nih jantung sama paru-paru gue udah sold out, hancur gak bisa gue rasa lagi. Gue pun lekas mendekap dada kiri, merasakan detak jantung gue yang semakin keras berdetak, gak beraturan, trus tiba-tiba aja melemah.
"Kak Deni kenapa?" Tanya Nilam.
"Kak Deni sakit? Atau kena serangan jantung? Wajahnya pucat amat." Tanya Randi. Teman-temannya mengiyakan.
Dengan kening merapat Vita cepat menoleh. "Kak Deni, jangan pingsan dulu."
***
Di waktu maghrib gue paksakan berangkat ke masjid, walau hati sama jantung gue gak enak, lemah banget. Soalnya gue pikir, gue harus banyak-banyak berdoa sama Allah, minta diberi jalan keluar yang baik buat gue dari semua masalah gue.
Di depan masjid tanpa sengaja gue melihat Dokter Meyda berjalan sendiri ke arah masjid. Gue pun mendadak berhenti melangkah. Trus terpaku melihat Dokter Meyda sampai masuk ke dalam masjid.
Buru-buru gue mendekap dada kiri, soalnya tiba-tiba aja jantung gue berdetak keras. Gak lama kemudian I qomad lantang terdengar. Gue cepat naik ke teras masjid dan langsung bergabung sama jamaah laki-laki yang udah bersiap.
Sejenak imam masjid memberi isyarat untuk merapikan saf. Gue menoleh ke sebelah kanan, dan tetiba aja gue kaget setengah mati melihat laki-laki di sebelah kanan gue adalah laki-laki yang sama dengan laki-laki yang gue pernah lihat sama Dokter Meyda. Gue baru tahu kalo calon suaminya ternyata tinggal di kompleks ini juga, tapi kenapa gue baru lihat dia?
"Astaghfirullah haladziiiim, sabar kan dan kuat kan gue Ya Allah..." Ucap gue pelan.
Selesai Sholat maghrib berjamaah dan berdoa, Pak Hamid takmir masjid mengambil mikrofon. "Mohon Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak jangan meninggalkan masjid dulu, ada pengumuman yang ingin disampaikan oleh Pak...eeee saudara Andi. Silahkan Nak Andi."
Di ujung perkataan pandangan Pak Hamid tertuju pada laki-laki di samping gue. Gue baru tahu ternyata namanya Andi. Mmm kalo dilihat dari wajah...kayaknya umurnya di atas gue, dan cocoknya....gue panggil Bang Andi.
Bang Andi segera maju ke depan, trus menghadap semua jamaah. Jamaah laki-laki ada di baris depan dan jamaah perempuan di baris belakang, tapi ada sekatan dari kain putih yang membatasi saf laki-laki dan saf perempuan.
"Assalammussalaikum Warahmatullah Wabarakhatu." Kata Bang Andi.
"Waalaikumsalam Warahmatullah Wabarakhatu." Para jamaah serentak dan keras.
"Saya mohon maaf, bila saya mengambil waktu Bapak sama Ibu sekalian. Supaya tidak terlalu lama, langsung saja pada intinya. Dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur saya pada Allah, saya ingin meminta doa dan keikutsertaan Bapak dan Ibu dalam acara syukuran sekaligus pembacaan sholawat di masjid ini, insya Allah besok Sabtu setelah sholat maghrib. Syukuran dalam rangka menjelang pernikahan saya. Saya berterima kasih pada Pak Hamid, beliau mengijinkan acara syukuran dilakukan di masjid. Itu saja yang ingin saya sampaikan terima kasih, wassalammussalaikum warahmatullah wabarakhatu."
"Waalaikumsalam Warahmatullah Wabarakhatu." Semua jamaah hampir bersamaan.
Kedua mata gue sampai melotot, hampir lebas, seperti jantung gue nih. Hati gue remuk banget, hancur bagaikan piring pecah. Ternyata benar, Dokter Meyda mau menikah sama Bang Andi. Kayaknya gue gak sanggup lama-lama di masjid ini, gue cepat berdiri dan keluar masjid.
Sepanjang jalan gue cuma menundukkan kepala, lantaran kedua mata gue udah berair. Sampai di rumah gue cepat masuk ke kamar gue di lantai dua. Saat ini kata-kata Bang Andi masih lekat di otak gue, kalo Dokter Meyda mau menikah sama Bang Andi.
Remuk banget hati gue rasanya. Gue gak kuat lagi, jadinya gue menangis sekeras-kerasnya. Baru suka sama cewek, tapi dia keburu diambil orang. Coba kalo gue punya kerjaan, gue kan bisa langsung melamar Dokter Meyda. Pasti Nyokap sama Bokap juga setuju, apalagi si Vita. Soalnya dia bakal punya saudara baru, si Nilam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bang Andi
Hello guys apa kabar nih? aku harap kalian baik baik aja yaa....
Disini aku gaakan banyak banyak ngetik buat iklan, jadi to the point aja. Kalian jangan lupa vote, komen and follow yaaa....
Buat kalian jangan lupa jaga kesehatan yaa.. eh iyah jangan baper sama perhatian aku ya nanti kalian suka lagi sama aku wkwkwk..yaudah ah aku lagi gaada ide buat ikaln segi aja bye bye kalian sehat sehat yaa....
