Jilbab Pink

92 9 0
                                    

Gue seneng banget karena PT. Menara Jaya membalas surat lamaran elektronik yang gue kirim beberapa hari yang lalu. Dan pagi ini adalah hari yang gue tunggu-tunggu; wawancara dengan HRD PT. Menara Jaya. Semoga aja....gue diterima kerja. Aamiin....

Selesai mandi gue memakai kemeja sama celana panjang, gue juga udah semprotkan parfum ke badan, biar wangi, soalnya nanti jam sembilan gue mau ke PT. Menara Jaya, mau wawancara.

Tapi gue baru ingat kalo wawancaranya kan jam 10 pagi, ngapain juga gue pakai kemeja dan celana yang udah rapi sekarang. Daripada entar lecek, mending sekarang gue pakai celana pendek sama kaos oblong dulu, yang penting kan gue udah mandi dan wangi.

Santai gue turun ke lantai satu, trus duduk di depan meja makan sambil senyum-senyum, sementara Nyokap masih menyiapkan makanan di meja makan dan Vita sama Bokap belum kelihatan. Sejenak Nyokap melihat gue dengan kening berkerut.

"Deni, kamu sudah mandi?" Tanya Nyokap.

"Udah Bu." Gue tersenyum lebar.

"Tumben...memangnya kamu mau ke mana? Sudah mandi, trus wangi gini." Di ujung kata-katanya, Nyokap tersenyum.

Gue gak segera menjawab, soalnya bingung mau bilang apa. Mmm tapi...gue harus rahasiakan dulu kalo gue dapat panggilan wawancara kerja, biar Nyokap gak mendoakan yang jelek. Supaya gue bisa menjalanai hari ini dengan lancar.

"Ya udah gak usah dijawab. Ibu malah seneng, pagi-pagi kamu udah mandi, trus wangi."

Gak lama kemudian Bokap keluar kamar. Seperti biasa Bokap cuma memakai sarung sama kaos oblong. Duduk di kursi di depan gue, Bokap langsung mengambil cangkir kopi di meja, trus nyeruput kopi panas sambil ditiup-tiup.

"Gak seperti Bapak kamu ini, dan ingat mulai sekarang jangan ditiru." Nyokap melirik Bokap. Gue sama Vita sontak aja cengar-cengir.

Seperti hari-hari biasa, kecuali hari minggu, selesai makan gue naik Scoopy, mengantar si Vita ke sekolahnya. Scoopy udah gue hidupkan, trus gue memutar gasnya pelan hingga keluar pagar rumah dan berhenti di depan rumah.

Dengan mesin menyala gue injak besi di kolong Scoopy, trus gue tarik Scoopy ke belakang, sampai akhirnya Scoopy hitam manis yang udah kinclong ini bisa berdiri sendiri. Gue putar-putar gasnya hingga suara Scoopy semakin merdu, dan pastinya tambah sehat lantaran yang punya keringetan.

Selesai memanaskan motor kesayangan gue cepat naik Scoopy. Dengan kening berlipat gue menoleh, melihat rumah lantai dua bercat hitam, biru tua, putih. Kayaknya belum ada tanda-tanda si Vita nih. Lama-lama gue jadi kesal. Masak setiap pagi gue yang paling rajin mau ke sekolah, padahalkan bukan gue yang sekolah.

Gue cuma mengantar si Vita resek adik cewek satu-satunya. Ehmm sama nganter Nyokap belanja sih. Buat si Vita....kayaknya gue harus buat undang-undang atau peraturan dalam negeri eh peraturan dalam rumah khusus antar jemput ke sekolah, biar si Vita gak kelewat manja dan dia gak semena-mena sama gue.

Selang 5 menit kemudian, dengan santai Vita keluar rumah, trus duduk di belakang gue. "Ayo Bang, berangkaaat."

Gue cuma menghela nafas panjang. Gue gak menyalakan scoopy, tapi bersiul-siul santai. Gue pura-pura gak mendengar perkataan si Vita. Makin lama si Vita makin kenceng ngasih komando. Dan gue juga masih santai siul-siul sambil sesekali kepala gue mendongak ke atas, ke kanan dan ke kiri.

"Bang...ayo jalan...Vita udah telat nih..." Vita lebih keras.

Hmm akhirnya gue si Vita kesal juga. Sama seperti yang gue rasain kalo nunggu dia. Kayaknya gue berhasil memberi pelajaran untuk si Vita.

TUPAI ( TERUNTUK KAMU YANG TAK BISA KUGAPAI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang