Dari kaca jendela kamarku, aku memperhatikan seorang wanita yang memakai baju dinasnya sedang berjalan menuju sekolah putri dengan membelakangiku, sedari semalam entah kenapa wanita itu benar benar mengusikku. Syafa ? Nama itu sangatlah tidak asing, dulu aku sempat mengenal seorang wanita dengan nama panggilan yang juga bernama Syafa, tapi apakah mereka adalah dua orang yang sama ?.
Aku benar benar dibuat bingung, inginnya tidak memikirkan namun rasa penasaranku justru membuatku merasa terganggu.
Bagiku kehadiran Syafa dirumah ini sedikit berguna, setidaknya kamar disebelahku tidak lagi kosong dan sunyi yang membuat suasana tampak mengerikan saat dimalam hari, sampai terkadang aku bingung mengapa terlalu banyak kamar di rumah ini, sedangkan tamu saja jarang menginap di sini.
"Abyan"
Tiba tiba ada yang memanggilku dari arah belakang tepatnya pintu kamar, aku segera menoleh dan mendapati umi berjalan memasuki kamarku.
"Ada apa umi ?"
"Kamu belum sarapan ? Sarapan dulu gih, bukannya kamu nanti ada jam ngajar ? Syafa tuh yang tadi masak bukan mba santri loh" ucap umi dengan nada menggoda di akhir ucapannya, membuatku mengernyitkan kedua alisku.
"Sebentar lagi Abyan makan umi. oh iya Abyan mau tanya siapa yang bersihin kamar Abyan kemarin ? Tumben sekali lebih bersih dari biasanya"
"Kamu suka ?"
"Iya, suka"
"Kalau umi yang nyuruh dia bersihin kamar kamu setiap hari gimana ?"
"Itu terserah umi, Abyan juga gak maksa dia untuk bersihin kamar Abyan setiap hari, Abyan cuma suka aja soalnya keliatan lebih bersih"
"Baiklah, nanti umi coba tanyain sama orangnya"
"Memangnya siapa yang bersihin mi ?" Tanya Abyan penasaran.
"Syafa" ucap umi yang kembali dengan senyum menggodanya.
Waw, aku benar benar tidak menyangka dia bisa masuk sekaligus membersihkan kamarku, padahal baru saja beberapa hari dia di sini dan umi sudah memberikannya kepercayaan yang begitu besar, di sini pastinya tidak semua santri bisa membersihkan ruangan pribadi keluarga ndalem, hanya beberapa santri tertentu dan yang bisa dipercayalah yang akan kami persilahkan untuk membersihkan ruangan kami, semuanya tidak bisa sembarangan keluar masuk, karena tentunya disetiap ruangan pasti ada barang yang kami jaga.
"Umi sepercaya itu pada Syafa ?"
"Lebih dari kata percaya" ucap umi dengan senyum dibibirnya. "Ya sudah sekarang kamu makan, ini sudah siang nanti makanannya keburu dingin"
Kemudian umi beranjak meninggalkan kamarku, aku pun juga melaksanakan perintah umi untuk sarapan terlebih dahulu.
Saat sudah di meja makan aku melihat berbagai hidangan disuguhkan di depan mataku, makanan yang benar benar tampak memanjakan lidah membuatku tergiur untuk segera mencicipinya.
****
Sepulang mengajar siang ini, aku menyempatkan untuk bertemu Marwa di tempat dia tinggal, rasanya sangat rindu dengan wanita itu sebab beberapa hari ini aku hanya sesekali bertemu dengannya saat berpapasan di masjid pesantren.
"Assalamualaikum"
Aku mengucap salam di depan sebuah pintu kamar berwarna coklat milik Marwa, tempat tinggal di sini sangatlah bersih, rapi dan wangi. Andai boleh aku pun ingin tinggal di tempat ini dari pada harus bertemu gus Abyan setiap harinya. Astaghfirullah Syafa! rasanya sangat kurang bersyukur sekali aku ini padahal banyak orang di luar sana yang tentunya ingin tinggal bersama orang orang sholeh dan sholehah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Gus
Teen FictionBila nanti lisanku tak sampai untuk mengatakannya biarkanlah tulisan ini yang menjadi pengungkap disegala cerita. "Aku memperjuangkanmu Bahkan sebelum aku menemukanmu Tak henti hentinya kuterbangkan namamu dalam langit doaku Aku berharap Semoga tuha...