25. Wedding Day👑

2.3K 166 24
                                    

Masih melekat dalam kepalaku bagaimana aku menemukan dirinya tiga tahun yang lalu, sang penyair yang kala itu mampu membuatku tersipu lewat untaian untaiannya yang indah bak penyair terkenal.

Tiada henti ku serukan namanya di setiap doa doaku, dengan buih buih kesabaran yang tidak tuhan pastikan memang tertakdir untukku, setiap malam aku hanya bisa berkhayal tentangnya hingga lelah sendiri sebab hal itu justru membuat hayalanku tumbuh membesar.

Kini untuk pertama kalinya jantungku berdetak sehebat ini, keringat dingin membasahi pelipisku namun beruntungnya AC dan kipas angin di ruangan ini dapat digunakan dengan baik, namun kedua alat itu juga tidak mampu meredakan kegugupanku, sedangkan bibirku saat ini terus melafazkan dzikir dan sholawat agar acara di luar sana dapat berjalan lancar.

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan"

"Sah"

"Sah"

Air mataku jatuh, tanganku bergetar hebat mendengar suara tersebut, suara dari seorang pria yang sudah aku cintai sejak lama, bibirku terbungkam dengan cucuran air mata yang terus berjatuhan, dengan hati yang terus mengucapkan hamdalah berkali kali, sungguh nikmat Allah benar benar aku rasakan, tiada henti rasa Syukur terusku junjung hingga lelehan air mata itu semakin deras saat bunda membuka pintu kamar yang aku tempati dan menatap putri satu satunya ini dengan mata yang memancarkan kebahagiaan.

Aku berdiri dari dudukku lalu berhambur kedalam pelukan wanita yang telah melahirkanku itu untuk sekedar menuntaskan tangisku, tidak lagi perduli dengan make up cantik yang sudah terlukis indah di kulit wajahku.

"Anak bunda udah besar ya ternyata, udah jadi istri orang." Ucap bunda dengan tangan yang sibuk menyeka air mataku.

"Jangan nangis lagi, kasian udah cantik belum dilihat suami masa udah luntur duluan cantiknya." Ucapnya lagi mencoba mencandai ku.

Aku menatap lekat wanita dihadapan ku yang sudah mulai timbul kerutan di beberapa area wajahnya.

"Maafin Syafa ya bunda belum bisa banggain kalian semu."

"Syafa udah jadi kebanggan kita dari dulu kok, dengan kamu bisa menjaga harga diri kamu sampai saat ini saja kita udah sangat bangga nak."

"Makasih yah bunda udah mau ngerawat Syafa sampai saat ini." Ucapku tulus.

"Iya sayang, tapi sebelum kita keluar bunda mau tanya dulu jawab yang jujur ya."

Aku mengernyit bingung, "mau tanya apa bund ?"

"Kamu bahagia sama pernikahan ini ?"

Syafa mencoba tersenyum untuk menenangkan keresahan yang ada di hati bundanya tersebut, "Syafa bahagia bunda."

Syafa tidak bohong bukan ? Dia bahagia bisa menikah dengan Gus Abyan walaupun hati pria yang kini sudah menjabat sebagai suaminya itu masih terisi nama gadis lain, mengingat kenyataan itu ada sedikit sesak yang Syafa rasakan ketika raga itu sudah menjadi miliknya namun tidak dengan hatinya.

"Alhamdulillah."

Bunda mengecup keningku lama membuat mataku kembali berkabut, namun sekuat tenaga ku tahan air mata tersebut agar tidak kembali luruh.

"Ya udah ayo keluar, suamimu pasti udah nunggu." Goda bunda padaku membuat pipiku sontak bersemu merah.

Aku masih belum menyangka bahwa kini gelarku sudah menjadi seorang istri dari pria yang kucintai dalam diam, kini pria itu menjadi suamiku, pembimbingku dan pendamping hidupku. Kini aku semakin percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah terutama membolak balikkan hati hambanya.

Assalamualaikum GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang