Kusodorkan kertas berwarna marun dengan ukiran mas itu kepada seseorang dihadapan ku yang kini menatap diriku dengan rasa tak percaya, mati matian aku kembali menahan rasa bersalah ini, lihatlah perjodohan itu kembali mematahkan harapan kedua kalinya pada orang yang berbeda.
"Apa ini Yan ?" Ucapnya tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
"Dan aku bener bener minta maaf, aku gak tau harus mulai jelasin dari mana tapi aku yakin cukup dengan kertas itu kamu pasti faham tanpa aku jelasin."
"Jadi ? Ini alasan Abi menolak aku Yan ?"
"Iya Dan, maaf aku bener bener gak tau soal rencana itu, setelah kamu pulang saat itu semuanya baru terungkap."
Zidan menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki, mencoba menyabarkan dan menyadarkan dirinya, ia faham bahwa Abyan tidak salah apa pun, ini salah dirinya yang terlalu gegabah tanpa mau mencari tau seluk beluk Syafa, kini Zidan benar benar kecewa pada dirinya, ia yakin Abyan akan selalu merasa bersalah hingga nanti pernikahan itu terjadi.
"Dan sekali lagi aku minta maaf, andai bisa aku juga ingin menolak perintah Abi untuk kali ini saja, namun aku tidak seberani itu Dan lagi lagi aku hanyalah seorang anak yang harus menuruti perintah orang tuanya."
"Gak gak, aku gak nyaranin kamu buat menolak perjodohan itu Yan." Ucap Zidan cepat.
Abyan mengernyit tak mengerti dengan ucapan pria di hadapannya, "Maksudnya ?"
"Yan, Syafa adalah wanita baik, walaupun dia bukan wanita yang berasal dari pesantren namun dia berhasil menjaga dirinya sendiri, bahkan dia berhasil menjaga agamanya, dia juga gadis cantik dan berpendidikan, walaupun aku tidak tahu seperti apa keluarga kecilnya namun saat pertama kali aku melihat Syafa aku yakin bahwa orang tuanya sudah berhasil membimbing Syafa." Jelas Zidan yang membuat Abyan sedikit tersentil dan mulai sadar.
Kali ini Zidan menegakkan tubuhnya dengan raut wajah serius, "Yan, kamu masih belum berhasil membuka hati untuk Syafa ?"
Abyan tidak menjawab, tidak mampu menjawab. Pria itu hanya mampu menatap sahabatnya dengan sorot mata tak meyakinkan.
"Kalau pun kamu belum bisa mencintai Syafa setidaknya jaga dan hargai Syafa demi aku orang yang gak berhasil dapetin dia, bimbing dia Yan, dia butuh kamu, kamu boleh gak mencintai Syafa tapi kamu gak boleh memperlakukan dia secara kasar, aku orang pertama yang bakalan narik dia ke hidupku kalau kamu gak memperlakukannya secara layak." Tegas Zidan.
Perkataan Zidan terus terngiang di kepala Abyan, fikirannya semakin gusar mau seperti apa pun hati Abyan masih terisi nama Marwa tidak sedikitpun ada dibayangannya bahwa Syafalah yang akan menjadi calon istrinya dan kenyataan ini benar benar tidak seperti apa yang dia rencanakan.
Kini giliran Abyan yang menyandarkan tubuhnya pada kursi yang ia duduki dengan hembusan nafas yang semakin terlihat kegusarannya.
"Yan, kamu ngerti kan yang aku maksud ?"
"InsyaAllah Dan insyaAllah." Ucap Abyan.
***
Aku membuka pintu mobilnya yang baru saja tiba di halaman rumah yang dikelilingi gedung pesantren itu, kakiku melangkah akan memasuki pintu rumah sebelum akhirnya terhenti setelah retinaku menatap seseorang yang akhir akhir ini merubah rencana masa depan yang sudah ku tata.
Langkahku memutar arah, urung untuk berniat merebahkan tubuh di kasur empuk di dalam sana.
Gadis itu belum mengetahui keberadaanku terlihat masih asik melihat hamparan langit yang bertabur bintang.
"Hmm." Dehemku berupaya memecahkan keheningan itu.
Sontak gadis dengan kerudung berwarna coksu itu sedikit terkejut dengan apa yang aku lakukan, dia membalikkan tubuhnya dengan mata yang sedikit terbelalak lalu kembali menormalkan rasa kagetnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Gus
Teen FictionBila nanti lisanku tak sampai untuk mengatakannya biarkanlah tulisan ini yang menjadi pengungkap disegala cerita. "Aku memperjuangkanmu Bahkan sebelum aku menemukanmu Tak henti hentinya kuterbangkan namamu dalam langit doaku Aku berharap Semoga tuha...