46

5.5K 318 56
                                    

"Sayang, ke masjidnya sama mas." Teriak pria itu dari dalam kamar.

Syafa yang masih merasa kesal dengan suaminya itu berusaha tidak menghiraukan teriakan dari dalam sana, ia melengos menuju dapur dan menegak segelas air putih hingga tandas.

Syafa hanya merasa takut, takut jika dia harus kehilangan Gus Abyan kembali atau berbagi hati kembali bersama wanita lain. Namun memang dasar suaminya itu kurang peka dengan perasaannya dan Syafa mewajarkan hal itu, dia tahu Gus Abyan belum bisa sepenuhnya mencintai dirinya.

"Sayang mas minta tunggu, ke masjid sama sama." Ujar pria itu yang akhirnya memilih menyusul Syafa ke area dapur.

Gus Abyan menyayangkan dirinya yang telah berwudhu, melihat bagaimana raut wajah istrinya saat ini benar benar membuat Gus Abyan merasa gemas dan ingin sekali mencubit pipi bulat itu yang sedikit menggembung.

"Kamu marah sama mas ?"

Syafa menggelengkan kepalanya, dia tidak marah dengan pria itu tetapi rasa kesallah yang melanda hatinya.

Tiba tiba terdengar suara adzan berkumandang dari speaker masjid, pria itu melirik istrinya yang sedang melihat ke arah jendela yang menampakkan warna jingga dari langit, ternyata senja sedang indah indahnya kala itu.

"Dik, ayo ke masjid."

Syafa menoleh pada Gus Abyan, tanpa sepatah kata wanita itu berjalan terlebih dahulu membuat sang suami yang melihatnya kembali menggeleng gelengkan kepalanya heran.

Gus Abyan mengejar langkah istrinya dan berjalan beriringan, ia terus memperhatikan Syafa yang masih sibuk melihat ke arah dimana mata hari akan tenggelam.

"Mas baru tahu, ternyata dimata kamu ketampanan mas bisa kalah sama senja."

Syafa kembali menoleh pada sang suami sembari mengernyitkan kedua alisnya.

"Syafa tidak bilang begitu."

Gus Abyan tersenyum ketika mendengar suara itu kembali ia dengar.

"Habis Maghrib mas di kelas tahfidz sampai adzan isya." Ujar Gus Abyan tiba tiba.

"Iya mas."

Hanya itulah yang Syafa jawab, Gus Abyan tahu bahwa Syafa masih menyimpan rasa kesal, ia tidak tahu apa sebabnya namun ia berjanji setelah urusannya selesai ia akan mencoba membujuk sang istri.

"Mas masuk ke dalam dulu ya, jangan lupa habis sholat minta yang banyak sama Allah." Ujar Gus Abyan dengan tersenyum lembut.

Sebelum pergi pria itu menyempatkan mengelus pucuk kepala sang istri sembari berdoa dalam hati agar hubungan pernikahan mereka tetap kekal hingga sampai akhirat nanti.

Tak banyak yang Gus Abyan harapkan, ia hanya ingin wanita itu selalu merasa aman di sisinya walau sebelumnya hubungan mereka disambut masalah yang cukup rumit, Gus Abyan ingin Syafa kembali mempercayainya seperti dulu sebelum rencana perjodohan itu di umumkan.

Syafa mengamati punggung tegap itu yang berjalan semakin menjauh darinya, ia berharap semoga pemilik punggung itu selalu menjadikannya rumah untuk kembali dengan rasa aman dan nyaman.

***

Selepas sholat Maghrib, kali ini Syafa tidak kembali menuju ndalem. Wanita dengan mukenah berwarna putih terusan itu menghabiskan waktunya dengan mengaji dan berdzikir. Itulah yang bisa ia berikan sebagai ucapan syukur atas keselamatannya dan hubungan pernikahannya yang kian membaik.

Syafa juga memutuskan untuk sering berpuasa di hari Senin dan Kamis sebagai ungkapan rasa terimakasihnya pada Tuhan yang sudah mengabulkan rintihan doa doanya di sepertiga malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Assalamualaikum GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang