30. Secangkir Kopi

2.2K 156 16
                                    

Sepulang dari masjid setelah sholat isya, aku pulang dan menemukan mas Abyan yang sedang duduk di kursi teras sembari memangku kitabnya dan sesekali membolak balikkan lembarannya. Aku tersenyum setiap kali melihat pemandangan indah seperti ini, dimana aku bisa melihat berbagai ekspresi yang mas Abyan keluarkan, mulai dari kedua alisnya yang mengerut saat mencoba memahaminya atau alisnya yang terangkat sebelah saat isinya membingungkannya dan berbagai ekspresi lainnya.

Aku pun segera mendekat ke arahnya dengan senyum yang sudah terpatri di bibirku.

"Assalamu'alaikum mas." Salamku lalu mas Abyan pun mengalihkan tatapannya dari kitab di pangkuannya saat aku menghampirinya.

"Waalaikumussalam, tumben baru pulang."

Aku mengambil tangan mas Abyan untuk kusalami, "Tadi Syafa ngobrol sebentar sama Ustadzah Zahwa, mas udah pulang dari tadi ?"

"Baru pulang juga dik."

"Kalau gitu Syafa nyimpan mukenah dulu ya, mas mau dibikinin kopi ?" Tawar ku yang langsung diangguki cepat olehnya.

"Habis itu temani mas ya di sini."

Aku mengangguk lalu berlalu menuju kamar, mengganti mukenahku dengan hijab terusanku. Setelah itu aku berjalan menuju dapur dan membuatkan kopi dengan takaran yang biasanya mas Abyan minum.

Setelah selesai aku kembali menuju teras dimana mas Abyan berada, dengan masih memangku kitabnya aku menaruh kopi tersebut di hadapannya.

"Kopinya mas."

Mas Abyan menutup kitabnya dan meletakkannya di meja yang tepat berada di hadapan kami, aku duduk tepat di samping mas Abyan sembari melihatnya mengambil cangkir kopi tersebut lalu menyeduhnya perlahan.

"Rasanya pas." Ucap mas Abyan sembari tersenyum membuat bibirku tertular senyumnya.

Suara barzanji dari speaker pesantren menjadi pengiring kebisuan kami, hingga akhirnya aku tertawa geli ketika melihat salah satu santri putra yang terpeleset saat akan turun dari tangga masjid dan semakin tertawa saat ternyata santri tersebut mulai menyadari keberadaanku dan mas Abyan membuatnya cepat berlari.

Abyan yang tidak menyadari hal itu dibuat heran dengan tingkah istrinya yang tertawa tidak jelas. Namun, Abyan tidak segera bertanya, dia masih asik memandangi bagaimana wajah istrinya ketika tertawa, hingga akhirnya tawa itu pun usai disertai setetes air matanya yang ikut meluruh saking kerasnya wanita itu tertawa.

"Kamu kenapa ?" Tanya Abyan disertai kerutan dikedua alisnya.

"Mas gak lihat tadi ?"

Mendapat pertanyaan seperti itu sontak Abyan pun menggelengkan kepalanya.

"Tadi ada santri putra yang kepeleset di tangga masjid, lucu banget apa lagi ngeliat wajah kagetnya waktu sadar ada kita di sini."

Abyan menggelengkan kepalanya heran, perihal itu saja membuat istrinya tertawa hingga mengeluarkan air mata ?.

"Mas jadi tau sesuatu."

Kini Syafalah yang menatap suaminya dengan tatapan bertanya, "Tau apa ?"

"Pasti kalau temenmu ada yang jatuh kamu tim yang ngerasain dulu baru nolongin kan ?" Tuduh Abyan membuat Syafa kembali tertawa.

"Tuhkan pasti bener dugaan mas."

Syafa sibuk menarik dan mengeluarkan nafasnya untuk sekedar meredakan tawa tersebut, namun ketika melihat ekspresi mas Abyan yang menatapnya curiga membuat Syafa kembali tertawa.

Syafa kembali mencoba meredakan tawanya mati matian, "mas itu udah jadi hal biasa dikalangan pertemanan, jangan ditanyakan lagi dong."

Abyan menggelengkan kepalanya saat tahu tingkah ajaib istrinya itu, walau dia juga tahu bahwa hal seperti itu juga sudah biasa dikalangan pertemanan.

Assalamualaikum GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang