27. Hari Pertama

2.5K 169 15
                                    

Setelah merasakan malam paling nyaman selama hidupku, aku pun terbangun tepat di pukul setengah empat subuh, kurasakan lengan kokoh yang sedang memeluk pinggangku dengan erat membuatku tersenyum lagi dan lagi, rasanya masih terus ingin berada di posisi seperti ini namun aku kembali ingat kepada siapa yang memberikan nikmat yang kini aku rasakan.

Allah sudah memberikan Gus Abyan menjadi milikku, tak pantas jika aku melupakannya hanya karna semua sudah kumiliki.

Aku menepuk pipi mas Abyan dengan lembut seraya memanggil namanya.

"Mas Abyan."

Dia tampak mengerang dan mata itu pun mengerjap menyesuaikan dengan cahaya remang di kamar ini, aku tersenyum saat mas Abyan melihat ke arah wajahku.

"Bangun, sholat tahajud ayo." Ucapku.

"Jam berapa dik ?" Tanyanya dengan suara khas orang bangun tidur.

Aku kembali tersenyum mendengar suara serak mas Abyan, jadi seperti ini suara mas Abyan ketika bangun tidur ? Bahkan wajahnya sangat lucu dengan muka bantal yang masih terlihat gurat kelelahannya.

"Udah setengah empat mas, empat puluh menit lagi adzan subuh." Jawabku.

Mas Abyan menggerakkan tubuhnya untuk duduk sehingga aku pun ikut duduk di sampingnya.

"Mas mandi dulu ya sebentar biar seger."

"Aku siapin bajunya boleh ?" Izinku padanya.

"Boleh dik."

Mas Abyan mengelus pucuk kepalaku yang tidak tertutupi hijab sebelum beranjak, aku pun memperhatikan pergerakannya yang berjalan menuju kamar mandi dengan bibir yang melengkung, ah jika setiap bangun tidur disuguhi pemandangan seperti ini rasanya Syafa akan mengidap diabetes dikemudian hari.

Suara air mulai terdengar dari arah kamar mandi, Syafa pun berdiri dan menghampiri lemari yang berisikan baju baju milik mas Abyan, matanya tertuju pada sarung berwarna marun gelap dan baju Koko berwarna putih. Sekarang Syafa tau sepertinya suaminya itu sangat menyukai baju baju berwarna putih, lihatlah rata rata baju Koko dan kaosnya berwarna putih dengan model yang berbeda beda membuatnya menggelengkan kepalanya pelan.

Setelah meletakkan setelan itu di atas kasur, Syafa lalu menggelar dua sajadah untuknya dan Abyan.

Suara gemericik air mulai berhenti tak lama pintu kamar mandi pun terbuka menampilkan Abyan yang bertelanjang dada dan hanya menggunakan handuk sebatas pinggangnya, Syafa yang melihat suaminya cepat cepat memalingkan wajahnya, pipinya memanas dengan kuat dia menggigit bibir bawahnya agar tidak tersenyum.

Abyan yang melihat tingkah istrinya pun hanya tersenyum tanpa malu, dia kemudian kembali memasuki kamar mandi untuk memakai bajunya, meninggalkan sang istri yang sedang sibuk menahan salah tingkahnya.

Lima menit kemudian Abyan kembali keluar kali ini dia melihat Syafa yang tengah duduk di tepi ranjang menunggunya.

"Aku udah selesai, kamu wudhu dulu habis itu langsung sholat."

Syafa menuruti perintah Abyan, memasuki kamar mandi dan mengambil wudhu.

Setelah menunaikan sholat Sunnah dua rakaat Syafa mengemasi sajadahnya tanpa melepas mukenah miliknya karna sebentar lagi adzan subuh akan segera berkumandang.

"Lima menit lagi adzan, kita kemasjid bareng ya." Ucap mas Abyan.

"Gapapa emangnya ? Soalnya biasanya aku kemasjid bareng Aisyah mas."

"Udah gapapa, dia pasti udah faham kok."

Aku pun mengangguk, mas Abyan membuka pintu kamar itu lalu menutupnya kembali, kami pun mulai berjalan berdampingan menuju masjid.

Assalamualaikum GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang