11. Kisah kelam Syafa

2.2K 177 5
                                    

Di malam hari di teras ndalem, aku duduk di salah satu kursi dengan meja di hadapanku, disertai suara tadarus dari speaker masjid yang membuat tentram.

Kisah kelam itu tak sengaja berputar kembali di ingatanku. Dulu ada salah satu santri pria yang benar benar membuatku merasa sangatlah rendah, kami sempat dekat saat itu, namun dia berkata jika kelak kami sama sama siap untuk melanjutkan ketahap yang selanjutnya, dia tidak akan melamarku sebelum aku mau masuk pesantren, saat itu dengan tegas aku menolaknya mentah mentah.

Sungguhlah sangat disayangkan jika niatku masuk pesantren hanyalah untuk seorang pria, aku tidak ingin hal itu terjadi padaku, aku terus menolaknya sedangkan dia terus memaksaku, dia berkata dia ingin memiliki seorang istri santriwati yang membuatku hancur detik itu juga, aku merasa menjadi wanita tak berguna, hingga memandang diriku sendiri tidak pantas untuk pria Sholeh mana pun.

Aku selalu berfikir, apakah sangat rendah untuk kami para wanita yang tidak menjadi santri ? Apakah kami sangat hina hanya karena ilmu dan pengalaman kami tidak seluas para santri ? Dan apakah kami tidak pantas mendapatkan pria baik baik hanya karena kami bukan santri ?.

Kala itu disetiap malam aku selalu menangis dalam diam dengan fikiran yang tak mau tenang, aku merasa diriku tidak pantas untuk siapa pun, aku selalu merasa aku tidak akan mendapatkan pria baik hanya karena aku bukan santri.

Jika pria selalu mencari wanita sempurna dengan kealimannya lalu bagaimana dengan kami para wanita biasa ? Bagaimana caranya islam berkembang jika masih banyak wanita yang tidak dibimbing ? Bukankah yang akan melahirkan penerus selanjutnya adalah wanita ?

Aku sadar, aku hanyalah wanita biasa yang tidak banyak mengenal apa itu islam, bahkan mungkin mengajiku masih banyak kesalahannya, tapi dengan lancangnya aku jatuhkan hatiku pada seorang gus di pesantren ini yang bahkan, jika kami disandingkan pun tak ada sisi yang dapat membuat kita terlihat serasi.

Malam semakin membuatku kelam, apakah ada wanita seberani diriku ? Yang menyodorkan hatinya pada sang luka ? Padahal sudah tau ending di akhir cerita, tetapi tetap saja berkelana mencari dunianya.

Dulu sebelum mengenalnya aku berkata bahwa tak ingin lagi jatuh cinta, hatiku sudah mati rasa dan jiwaku sudah sangat lelah, tapi cinta kembali datang lewat pintu yang sudah ku tutup rapat.

"Sedamai malam, bintang dan bulan tau cara menyempurnakan langitnya"

Aku tersentak saat mendengarkan suara seseorang yang tak asing ditelingaku, kini gus Abyan berjalan menuju kursi di hadapanku dan dia duduk di kursi tersebut.

"Suka malam ?"

"Tidak ada hal yang membuat saya tidak menyukai malam" jawabku setenang mungkin.

"Ada" ucapnya menatap tepat pada manik mataku.

Aku mengernyitkan alisku bingung.

"Malam perpisahan, kita tidak tau kapan kita akan berpisah dengan orang yang kita cintai di dunia ini, mungkin saja pagi hari, siang, sore atau pun malam, segalanya pasti akan memberikan ceritanya masing masing"

Dari ucapannya aku semakin yakin dia memang benar benar pintar dalam menguraikan segala kosa kata, tak ada hal yang membuatku tidak takjub saat mendengarkan setiap ucapan atau tulisannya, bahkan damainya malam semakin membuatku tentram dan mengudara bersama rasa yang semakin membara.

Tuhan, jika makhluk di hadapanku ini bukanlah sosok yang engkau ciptakan untuk menjadi teman separuh hidupku, aku mohon padamu untuk hapus namanya dalam hatiku dan bantulah aku untuk ikhlas melepasnya, aku tak akan berdaya saat kelak takdirmu benar benar menunjukkan siapa tulang rusuk yang sedang dia tunggu saat ini.

Assalamualaikum GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang