Tak terasa kini sudah satu bulan aku berada di penjara suci ini, sudah kurasakan bagaimana pahit dan manisnya bahkan sesak pilu pun sudah kurasakan, jauh dari orang tua membuatku terkadang sangat merindukan mereka, walaupun di sini ada abi dan umi tapi tetap saja tak akan ada yang menggantikan kedua orang tuaku.
Tentang hatiku, tak ada perubahan sedikitpun, tak ada kemajuan dalam usahaku melupakan satu nama tersebut, aku tidak tau sebenarnya hatiku yang menolak atau memang aku yang tidak mau kehilangannya.
Semenjak hari dimana Marwa mengakui perasaannya, semenjak itu pula aku selalu mendengar pujaan Marwa tentang gus Abyan saat kami bertemu, semenjak saat itu pula aku selalu menghindarinya untuk bertemu, aku bukan menjauhinya Marwa hanya saja aku tidak bisa menahan rasa cemburuku.
Setelah pulang mengajar aku langsung ke ndalem untuk mengganti baju dinasku, namun saat aku akan melewati ruang tamu, aku mendengar dua orang yang sedang berbicara dan menyebutkan nama Marwa, aku memundurkan langkahku dan berdiam di samping pintu, kali ini saja maaf atas kelancanganku karena telah menguping pembicaraan orang lain.
"Jadi kamu mau gimana ?"
"Aku tidak tau Dan"
"Kamu sudah dewasa pasti kamu tau mana langkah yang harus kamu ambil"
"Masalahnya aku tidak tau apakah dia mengingatku atau tidak Zidan"
"Kamu benar benar menyukai Marwa ?" tanya lelaki yang bernama Zidan tersebut.
"Iya aku menyukainya" jawab pria tersebut dengan penekanan di setiap ucapannya.
Deg
Jantungku berdetak kencang, aku tidak salah mendengar bukan ? Tidak, aku tidak mungkin salah mendengarnya. Allah, apa lagi ini ? Kenapa tak henti hentinya engkau membuatku patah ? Jadi selama ini orang yang aku puja di hadapanmu ternyata menyukai gadis lain Dan itu sahabatku ?.
"Assalamualaikum" ucapku saat akan masuk ke dalam.
Aku sudah tidak kuat, aku butuh ruangan untuk menumpahkan sesakku dan tempat terbaik adalah kamar.
"Waalaikumussalam"
Aku tidak menoleh ke arah mereka, aku langsung berjalan menuju kamarku dan menguncinya, kini sudah tak ada harapan lagi untukku, dia yang selama ini selalu ku pinta pada tuhanku ternyata dia menyukai gadis lain yang juga menyukainya, sungguh indah kisah mereka tanpa di duga tanpa direncana tanpa saling mengenal Allah gerakkan hati mereka untuk saling menyukai.
Air mataku luruh tak lagi bisa terbendung, kini aku tau bagaimana rasa pahitnya berharap pada sesuatu yang bukan milikku, ujian ini seharusnya sudah cukup menyadarkanku untuk melupakannya, lalu kenapa hatiku enggan untuk kehilangannya ?.
Lalu kedepannya apa lagi ? Apakah aku harus mengikuti alur kisah mereka ? Apakah aku harus menatap dengan nyata bagaimana mereka saling berjuang ? Atau aku harus melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana mereka menjadi satu dalam lantunan akad ?.
Kisahku yang pahit apakah harus berlanjut ataukah harus terhenti ? Karena kurasa tak ada yang perlu di lanjutkan, mereka sama sama saling mencintai lalu aku untuk apa mengharapkannya lagi ?.
***
Tok tok tok
"Aisyah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Gus
Teen FictionBila nanti lisanku tak sampai untuk mengatakannya biarkanlah tulisan ini yang menjadi pengungkap disegala cerita. "Aku memperjuangkanmu Bahkan sebelum aku menemukanmu Tak henti hentinya kuterbangkan namamu dalam langit doaku Aku berharap Semoga tuha...