16. Perjodohan

2.3K 165 16
                                    

"Gadis tersebut adalah Syafa"

Aku tersentak kaget mendengar penuturan Mas Zidan, berbanding terbalik dengan Aisyah yang nampak sangat biasa saja.

Nyeri di hatiku semakin perih setelah mengetahui kenyataan bahwa Gus Abyan lah yang membantu mas Zidan untuk melamar ku, apakah ini disebut balas jasa oleh Gus Abyan setelah aku membantunya menyampaikan surat itu ? Syafa benar benar sangat kecewa.

Ku tundukkan kepalaku dalam dalam menahan ledakan hebat di hatiku.

"Apakah kamu sudah mengenal Syafa sebelumnya ?" tanya abi pada mas Zidan.

"Mungkin ini terlalu cepat bi, Zidan mengenal Syafa baru beberapa minggu ini tetapi Zidan sudah memantapkan hati Zidan untuk memilih Syafa bi" Ucap Zidan tegas.

"Begini nak, Maaf untuk ini Abi tidak bisa menerimanya sekali pun Syafa menerimamu"

"Bi, ada apa ?" ucap gus Abyan yang nampak tidak setuju.

"Ada hal lain yang membuat abi dan umi tidak bisa menyetujuinya"

Zidan menunduk, merasa kecewa dengan tindakannya yang kurang berkomunikasi pada kiyai Halim, malu benar benar dirasanya, ditolak di hadapan wanita yang ia suka tidaklah pernah ada dalam bayangan Zidan.

"Baiklah bi, Zidan tidak apa jika memang itu keputusan abi, namun jikalau nanti masih ada kesempatan untuk Zidan, segeralah hubungi Zidan dan Zidan akan membawa orang tua Zidan untuk bertemu abi dan keluarga Syafa" ucap Zidan.

Hati Syafa berangsur lega, ruang dadanya yang awalnya menyempit terasa memiliki ruang udara untuknya bernafas. Syafa akui Mas Zidan adalah pria baik, ia juga salut atas keberanian pria itu.

"Sebelumnya Abi minta maaf ya nak"

"Tidak perlu meminta maaf bi, justru Zidan lah yang meminta maaf untuk hal ini, kalau gitu Zidan izin pamit ya bi"

"Baiklah, kamu hati hati ya"

"Assalamualaikum"

Zidan keluar dari ruang keluarga yang diikuti oleh gus Abyan.

"Aku minta maaf ya Dan tidak bisa membantumu, aku juga tidak menyangka dengan keputusan Abi." Ucap Abyan penuh rasa bersalah.

"Santai aja Yan, kalau jodoh gak kemana kok, aku pulang dulu ya, Assalamualaikum"

"Hati hati nyetirnya Dan, Waalaikumussalam"

Saat itu juga Aisyah yang duduk tepat di sampingku mengajakku untuk ke kamar dan kami duduk di tepi ranjang.

"Ada apa Syah ?"

"Alhamdulillah untung aja abi nolak bang Zidan"

Aku mengernyitkan alisku tak mengerti. "Kenapa memangnya ?"

"Tidak apa apa" jawab Aisyah dengan senyum misteriusnya.

"Sebenarnya Aisyah sudah tau lama mba kalau bang Zidan itu suka ke mba" ucapnya yang membuatku kaget.

"Kamu tau dari siapa ?"

"Nguping" jawabnya sambil terkekeh.

"Dosa tau nguping pembicaraan orang"

"Waktu itu pas bang Zidan bertamu, Aisyah gak sengaja lewat terus denger pembicaraan mereka, mangkanya Aisyah tau. Waktu itu Aisyah kesel banget pas tau bang Abyan malah mau bantu bang Zidan buat ngelamar mba"

"Kenapa kesel ?"

"Ada deh hehe, ya udah Aisyah ke kamar dulu ya"

Aku menatap kepergian Aisyah yang meninggalkan kamarku, pintu kembali tertutup. Aku memijat kepalaku yang terasa pening akibat telat makan dan kurang tidur.

Assalamualaikum GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang