11 - Birthday

3.4K 408 43
                                    

"Bisa tidak diam sebentar di sebelahku." Jungkook mengudarakan protesnya, pasalnya sejak tadi Yerim tidak bisa diam selalu saja ada yang dikerjakan. Kan Jungkook tidak bisa memeluknya sampai puas.

Yerim menghentikan kegiatannya dari membereskan meja. Mengalihkan tatapannya ke arah Jungkook yang kini melipat tangan di dada. Uh manis sekali. Yerim memundurkan tubuhnya sampai menyandar di sofa, menarik Jungkook mendekat.

Meskipun awalnya agak susah karena sikap sedikit jual mahalnya tapi setelahnya lelaki itu menurut dan menelusupkan wajahnya ke sisi dada Yerim tak lupa tangannya merangkul erat pinggang Yerim.

"Dasar manja. Tahu seperti ini tidak usah di tato sekalian." Walaupun mulutnya tidak berhenti mengomel, Yerim tetap mengelus surai pria itu dengan lembut. Sesekali Jungkook mengusak menyamankan posisi.

"Bukan karena itu kok. Memangnya bermanja seperti ini tidak boleh?" Daripada meladeni pertanyaan Jungkook yang sudah pasti tidak akan ada habisnya Yerim lebih memilih mengelus lembut punggung serta kepala Jungkook agar dia cepat tertidur. Yerim berencana untuk meneruskan pekerjaan rumahnya.

Sebab daritadi Jungkook terus mengganggunya saat bekerja. Seperti minta diambilkan kue, punggungnya gatal, dan sebagainya sampai Yerim geram sendiri. Meskipun saat meminta, lelaki itu menunjukan wajah lugunya tetap saja terasa menyebalkan.

Sembari tangannya bekerja untuk membantu Jungkook tertidur tiba-tiba pikirannya melayang pada hari esok. Menurutnya hari yang spesial, hari ulang tahun Jungkook. Yerim bingung harus memberi hadiah apa terlebih dia tidak punya uang sendiri. Tapi Yerim sudah berencana menyiapkan makan malam spesial dengan masakannya sendiri. Membayangkannya saja sudah membuatnya tersenyum sendiri. Yerim harap Jungkook menyukai kejutannya.

Saat dirasa Jungkook tertidur tangannya terulur meraih bantal sofa untuk mengganti posisi Yerim. Menjahili Jungkook sebentar dengan menekan bibirnya agar tertutup beberapa kali sampai Jungkook merasa terusik. Baru setelah itu Yerim melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

°
°
°

Setelah dasi terpasang sempurna Yerim menuntun Jungkook sampai keluar rumah. Pagi ini lelaki itu masih membuat alasan untuk tidak masuk ke kantor. Tentu saja Yerim menentangnya, bagaimana dia bisa menyiapkan kejutan kalau Jungkook ada di rumah lagipula dia memang sudah sehat hanya saja memanfaatkan keadaan untuk bermanja.

Yerim menyerahkan tas Jungkook kemudian mendapat kecupan di bibir sebelum Jungkook masuk ke dalam mobil.

"Hati-hati, Oppa." Yerim cekikian setelah mengatakan itu. Agak aneh karena belum terbiasa memanggil Jungkook dengan sebutan itu.

Tapi setelah beberapa saat mobilnya tak kunjung melaju malah kaca samping kemudi terlihat diturunkan, lalu tangan Jungkook mengisyaratkan pada dirinya untuk mendekat. Tanpa berpikir lagi Yerim mendekat, tanpa aba-aba lehernya ditarik dan bibirnya diraup, dilumat dalam.

Puas dengan bibirnya, Jungkook melepaskannya kemudian dengan segera melajukan mobil tanpa berkata apapun. Yerim melongo di tempat, apa itu tadi?

°
°
°

Tidak ada yang bisa menggambarkan suasana hatinya kini. Sedikit berdebar takut Jungkook tidak suka dengan masakannya dan selebihnya Yerim merasa senang tengah memasak untuk kejutan ulang tahun Jungkook.

Tangannya dengan cekatan melakukan tugasnya seperti hafal dengan letak semua benda dan terlatih memotong bahan. Senyumnya tetap tak luntur sebelum seseorang membuka pintu dengan tidak sopannya.

Tatapan Yerim berubah sejak fokusnya menangkap seseorang berdiri disana dengan senyuman congkak. "Oh, calon kakak ipar terlalu bekerja keras sepertinya." Wonhee melangkahkan kakinya mendekat ke arah pantry.

"Aku rasa itu bukan sapaan yang sopan untuk seorang tamu yang baru saja masuk." Jawabnya dengan tenang namun menusuk. Dia tidak tahu apa tujuan gadis ini datang kemari yang pasti hari ini dia sedang tidak sudi meladeni segala tingkahnya.

Sebelah sudut bibir Wonhee terangkat. "Memangnya calon kakak ipar yakin Jungkook Oppa akan datang?" Yerim tidak mengerti apa maksud gadis di depannya ini tapi mendengar Wonhee berbicara dengan nada dibuat-buat menyebabkan tangannya agak gatal ingin melayangkan satu benda ke wajah menyebalkan di depannya.

"Itu bukan urusanmu. Jungkook pasti datang." Yerim tidak peduli seberapa pun gadis di depannya mengoceh sampai berbusa dia hanya akan menganggapnya seperti angin lalu. Tangannya tetap melanjutkan tugas yang sempat tertunda.

"Aku ingatkan sekali lagi jika Jungkook Oppa tidak datang jangan menangis, hmm?" Yerim menjauhkan dagunya saat disentuh. "Dia mencintaiku. Sudah pasti datang." Jawabnya dengan penuh penekanan.

"Ku harap kau mengerti posisimu."

"Bukankah aku yang harusnya bertanya seperti itu?" Jawab Yerim tak kalah.

Wonhee hanya tersenyum meremehkan. Tanpa berkata apapun lagi dia meninggalkan tempat itu. Dan Yerim hanya memandang kepergian gadis iblis dengan pandangan kesal. Jadi untuk apa dia datang kemari? Hanya untuk berbicara seperti itu? Secara tidak sadar dia memotong sayuran dengan keras. Sembari menghembuskan nafas kasar.

°
°
°

Yerim menyusun piring terakhir di mejanya. Menepuk telapak tangannya seolah-olah sudah bekerja sangat keras. Walaupun memang benar sih, dia terlalu sibuk sampai tidak menyadari matahari mulai tenggelam. Sekarang tinggal membersihkan diri lalu duduk manis menunggu Jungkook, sebelumnya dia sempat mengirim pesan pada kekasihnya, tentu saja Yerim tidak memberi tahu rencananya. Dia hanya menyuruh Jungkook agar cepat pulang dan mengingatkan bahwa dia menunggunya pulang.

Yerim sempat bimbang memilih mana dress yang cocok untuk malam ini, sampai menghabiskan waktu yang tidak sebentar. Bahkan parfumnya ia pakai yang spesial. Semua terpasang sempurna, riasan wajah pun terlihat sempurna.

Yerim bukan tipe orang yang senang dengan riasan wajah saat malam. Sungguh ia merasa itu tidak sehat untuk kulitnya, tapi malam ini adalah pengecualian dia rela melakukannya untuk Jungkook. Pemikirannya secara tidak sadar membuat gadis itu tersenyum di depan cermin.

Tapi memang benar kadang kala ekspektasi tidak sesuai dengan realita juga mungkin memang benar kata menunggu itu tidak enak. Karena sekarang Yerim tengah menunggu kedatangan Jungkook dengan rapi, kakinya sudah terasa pegal, bokongnya juga. Apalagi perutnya, ia sengaja tidak mengisi perutnya karena ingin menghabiskan makanan dengan Jungkook. Tapi ini sudah satu jam berlalu dan Jungkook belum terlihat batang hidungnya sama sekali, Yerim mengusap lengannya yang terasa dingin karena tidak tertutupi.

Sebentar lagi makanan di depannya sudah pasti dingin. Yerim mungkin harus menghangatkannya nanti.

Waktu terus berlalu dan Yerim tidak bisa merasakan tanda-tanda pintu akan terbuka. Matanya sudah mulai terasa berat, tapi lebih dari itu suatu perasaan kini menyeruak di dadanya. Perasaan yang membuat tenggorokannya tercekat. Perasaan yang membuat dadanya sesak. Dan perasaan yang mendorong satu bulir air mata jatuh.

Percakapannya dan Wonhee semakin berdengung di pikirannya seakan mengolok-olok dirinya yang kini terlihat menyedihkan.

Yerim tersenyum miris. Apa benar Jungkook tidak akan datang sama sekali? Ini rumahnya jika ia lupa. Tangannya terulur untuk memakan masakan di depannya meskipun terasa dingin dan hambar. Air mata tidak berhenti begitu saja menemani kesendirian Yerim kini.

Dia terlihat menyedihkan bukan? Usahanya seharian penuh tidak ada artinya. Yerim rasa itu salahnya, merasa terlalu percaya diri.

Yerim mengingat sesuatu. Yerim mengetik sesuatu di ponselnya. Tak lama setelah itu balasan muncul yang semakin mencabik hatinya. Pesan dari Min Yoongi-sekertaris Jungkook. Mengatakan jika laki-laki itu sudah pulang dari kantor dua jam lalu.

Kini Yerim duduk menghadap cermin di depannya untuk menghapus riasan wajah yang sudah kacau. Riasannya luntur karena tadi sempat menangis.

Makanan yang tadi sudah Yerim bereskan semua, dia tidak mengharapkan lagi kekasihnya pulang. Atau mungkin memang sudah tidak ada harapan?

---

Tanganku gatel pengen update hehe
Maaf ya kalau feelnya ga dapet :(

POSESIF [Jungri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang