7 - Fault (1)

4.5K 437 23
                                    

Seperti biasa Yerim yang akan bangun pertama dan mempersiapkan keperluan kekasih tampannya. Ya setidaknya dia menumpang hidup tapi masih tahu malu. Itulah rutinitasnya selama tiga bulan mereka tinggal dalam satu atap.

Mereka bahkan belum menikah tapi sudah tinggal serumah, dan yang lebih anehnya lagi orang tuanya mengizinkan ketika dengan gamblangnya Jungkook meminta Yerim agar tinggal bersamanya.

Yerim tidak mengerti jalan pikiran orang tuanya. Apa sepercaya itu mereka pada seorang Jeon Jungkook? Saat itu tentu saja Yerim tidak bisa menolak ajakan Jungkook, ditambah kedua orang tuanya terlihat senang dengan itu hingga Yerim merasa seperti terbuang.

Tapi Yerim memang mengakui Jungkook sangat menjaganya. Bahkan meskipun Yerim tahu pikiran Jungkook sangat mesum dan hormonnya meledak-ledak tapi Jungkook tidak pernah menyentuhnya lebih dari sekedar cuddle dan ciuman.

Yerim melangkahkan kakinya menuju dapur, sarapan yang akan dia buat kali ini yaitu roti bakar diselimuti telur kesukaan Jungkook.

Yerim menyelesaikannya dengan cepat, itu sudah kebiasaanya. Lekas kakinya melangkah menuju kamar mereka kembali setelah sarapan tertata di meja makan.

Lihatlah laki-laki itu tertidur pulas dengan mulut sedikit terbuka. Menggemaskan.

Apa ini laki-laki yang selama ini ia kenal? Seorang dominan dan seksi. Ketika tidur begini malah seperti bayi kelinci yang seakan minta dicium berkali-kali.

Yerim mendudukan dirinya di tepi ranjang lalu tangannya mengusap surai pemuda itu.

"Jeon, bangun." Jungkook membuat sedikit pergerakan tapi matanya tetap tertutup rapat, mulutnya seperti sedang mengunyah sesuatu.

Tidak. Yerim sungguh tidak kuat menahan kegemasan ini, dualisme seorang Jeon Jungkook sangat berbahaya.

"Jeon, bangun. Kau harus pergi ke kantor." Yerim tidak menyerah dan terus mengusap surai pria itu, lalu mencubit kecil pipinya. Karena tidak ada pergerakan juga, dia mengapit hidung pria itu.

Tentu saja matanya langsung terbuka.

"Kau ingin membunuhku?" Protesnya dengan suara serak. Nyawanya belum terkumpul sepenuhnya. Dan gadis di depan Jungkook hanya menampilkan senyum jahil.

"Itu salahmu, Jung. Susah sekali dibangunkan."

"Tapi jangan seperti itu, Squirtle. Kalau aku sedang bermimpi melihatmu mendesah dibawahku dan tiba-tiba nafasku hilang itu tidak lucu."

Pipi Yerim memerah mendengar itu. Tangannya berniat memukul dada pria itu tapi ditarik oleh Jungkook, hingga posisinya sekarang berada di atas pemuda itu, Jungkook memeluknya erat. Tangannya mengusap punggung Yerim dengan pola acak.

"Dasar mesum." Setelah mengatakan itu Yerim menelusupkan wajahnya ke dada Jungkook. Pipinya sudah memerah sedari tadi.

"Itu wajar untuk laki-laki. Kalau tidak bermimpi seperti itu disaat ada seorang perempuan seksi di kasurmu. Kurasa dia tidak normal."

Yerim tidak bisa menahan tangannya untuk membungkam mulut pemuda itu. Sedangkan Jungkook tertawa melihat pipi kekasihnya yang memerah. Lucu sekali.

"Cepat. Sarapanmu sebentar lagi dingin."

Yerim tidak tahan berdiam di posisi dan suasana seperti itu lebih lama lagi. Dia membantu Jungkook beranjak dari kasur kesayangannya.

Keduanya makan dengan hening. Yerim akan menyelesaikan makannya duluan karena ia akan menyiapkan keperulan yang lainnya.

"Aku akan menyiapkan air hangatnya. Kau ingin memakai pakaian yang mana hari ini?"

"Apapun asal itu pilihanmu aku akan memakainya."

POSESIF [Jungri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang