16 - Process

3.9K 413 41
                                    

"Kurasa dia sedang tidak sehat, Bu." Yerim berujar pada ibunya yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangan dari lelaki yang sedang melayani pembeli.

Yerim tahu memang hati ibunya sangat lembut hingga bisa dengan mudah memafkan seseorang.

Tapi tidak disaat seperti ini juga.

Yerim heran bagaimana ibunya bisa membiarkan seseorang yang sudah menyakiti hati putrinya berkeliaran di toko dengan bebas bahkan kini tengah meng-cosplay dirinya menjadi pelayan toko yang ramah.

"Maaf, ibu tidak bisa melarangnya." Jawab ibunya sebelum pergi ke dapur. Yerim menghembuskan nafas berat. Sudah bisa ditebak jawaban apa yang akan keluar dari mulut ibunya. Yerim bingung tidak tahu siapa yang salah disini.

Seharusnya dia yang tadi pagi mengurus toko dan bukan ibunya, agar makhluk seperti Jungkook tidak bisa masuk ke dalam toko seenaknya dan memporak-porandakan kedamaian hatinya di pagi yang cerah seperti sekarang.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Bagaimana pun dia menolak dan mengusir Jungkook sudah bisa dipastikan tidak akan berpengaruh sama sekali bagi pemuda itu.

"Aku rasa melamun saat jam kerja bukan perilaku yang baik, nona." Entah sejak kapan Jungkook sudah berada di depan meja kasirnya dengan tangan bertopang pada bar.

Ini bukan Jungkook sekali. Bagaimana dia bisa berucap dengan nada tengil seperti itu. Sampai siapapun yang mendengarnya pasti akan jengkel.

Yerim bungkam, tidak tahu harus merespon seperti apa. Yang pasti kini dia tengah menahan kesal yang sudah sedari tadi meluap.

"Sekedar info, toko kami tidak membutuhkan karyawan tambahan."

"Aku hanya membantu, tidak perlu di gaji dengan uang, bagiku melihat putri pemilik toko seharian sudah cukup." Disusul kedipan mata dan dan bibir mengerucut seolah melemparkan kecupan. Bahkan terdengar bunyi khas kecupan yang membuat Yerim mengernyit jijik. Setelahnya Jungkook pergi melayani kembali pembeli yang datang.

Baiklah, pertama-tama Yerim tidak tahu persis apa yang sudah terjadi pada Jungkook sampai membuatnya seperti ini. Yang kedua ini sangat tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Tolonglah, Sampai-sampai sedari tadi dia harus mengingatkan pada hatinya berulang kali bahwa pria itu sama dengan pria yang telah menyakitinya tempo hari.

Sial, lihatlah sekarang bagaimana mungkin bos yang otoriter bisa berperilaku seramah itu.

Yerim memijat pelipisnya.

Kenapa dia harus berpikir serepot ini sih. Ayolah, Kim Yerim biarkan saja. Anggap saja dia tidak ada.

Pandangan Yerim sudah seperti orang yang mengibarkan bendera perang meskipun tak di hiraukan sama sekali oleh Jungkook, malah beberapa kali dibalas senyuman gemas.

Jujur, ini pertama kali dalam hidupnya dia melihat Jungkook bertingkah ramah pada orang lain. Awalnya memang terlihat kaku tapi saat pandangan mereka beberapa kali bertemu, Jungkook jadi terlihat lebih santai kembali.

Senyuman Jungkook tak pernah luntur dari wajahnya. Ternyata ini menyenangkan juga. Wajah marah dan kesal Yerim bahkan terlihat sangat menggemaskan dari sisi Jungkook.

Kenapa tidak dari dulu saja dia seperti ini. Dasar ego sialan.

Sebenarnya Jungkook bahkan setiap hari mengunjungi toko ini hanya saja dia sekedar melihatnya dari dalam mobil tidak berani keluar. Berbeda dengan tadi pagi, dia sudah memikirkannya berulang kali kalau dia harus bertindak sekarang. Itu sebabnya dia memberanikan diri keluar dari mobilnya dan menghampiri ibu Yerim di toko.

Tadi pagi saat menghampiri ibu Yerim yang merapikan toko sebelum dibuka. Dia sempat memikirkan berbagai prasangka buruk yang akan diterimanya, dia memang rela karena mungkin memang pantas untuknya. Tapi karena pada dasarnya ibu Yerim adalah wanita yang baik, Jungkook malah terperangah dengan respon yang ia dapat, ia mendapat usapan di pundaknya dan sebuah kalimat yang mengizinkannya untuk mendekati putrinya kembali.

POSESIF [Jungri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang