15 - You're mine

4.6K 455 62
                                    

Ada yang kangen ga? :')

---

Jungkook kehilangan kesadaran selama beberapa saat. Hiruk pikuk di sekelilingnya tak ia hiraukan, isi gelasnya masih utuh kali ini lantaran tubuhnya sudah tidak bisa menerima lebih banyak cairan.

Tiap Jimin menjauhkan gelasnya dia akan meraihnya kembali. Membuat Jimin berdecak malas. Sudah bisa ditebak dia yang aka direpotkan lagi kali ini.

Sebenarnya tidak masalah kalau dia yang harus mengantarkan Jungkook tapi kebiasaan laki-laki di sebelahnya saat mabuk agak membuatnya risih. Jungkook selalu meraba-raba seraya meracau tidak jelas atau bahkan mengecup-ngecup, siapa yang tidak jijik diperlakukan seperti itu oleh sesama jenis. Memang pemuda kelebihan hormon.

Sekelebat ide muncul di otaknya membuat bibirnya tersenyum samar. Jimin menepuk pundak Jungkook pelan.

"Kali ini kau harus berterima kasih padaku."

Jimin pamit pada temannya yang lain untuk mengantarkan Jungkook, dia sempat memukul tangan Jungkook beberapa kali saat tangan itu mulai aktif.

Dengan sengaja dia meletakan Jungkook di kursi belakang agar dia bisa menyetir dengan aman dan nyaman.

"Kau terlihat mengenaskan sekali sekarang. Kubantu sedikit mengurangi rasa frustasi mu, kook. Kau harus berterima kasih pada hyung-mu ini." Jimin terus berceloteh selama perjalanan meskipun tahu Jungkook tidak akan menyahut. Tak apa hanya mengisi keheningan.

Selama beberapa saat berkendara akhirnya Jimin sampai di tempat tujuannya. Sebelum mengeluarkan Jungkook dia menarik lengan kemejanya agar lebih leluasa. Memang tadi sepulang dari kantor langsung ke bar tidak sempat pulang ke rumah untuk berganti pakaian.

Jungkook di arahkan untuk duduk di depan sebuah toko. Meskipun susah sekali sih karena terus-terusan tergeletak tidak bisa duduk dengan benar.

Jimin sampai bersusah payah membenarkan letak Jungkook beberapa kali sampai ia kira sempurna.

Jimin menepuk-nepukan telapak tangannya seolah-olah telah bekerja keras. Kini dia harus pergi sebelum seseorang datang.

°
°
°

"Yakin bisa nyebrang sendiri?" Jaehyun memastikan sekali lagi, dia tidak masalah mengantarkan Yerim sampai ke depan pintu sekalipun. Tapi sedari tadi gadis yang ia ajak bicara terus menolak tawarannya.

"Yakin. Sudah biasa kok. Apa terima kasih cukup? Kau benar-benar pendengar yang baik." Yerim benar-benar berterima kasih, dia jadi bisa jalan-jalan di malam hari tanpa rasa takut juga bercerita dengan santai. "Sudah sana pulang. Ini sudah terlalu malam." tambahnya lagi.

Jaehyun mengangguk pasrah dan mengusap pucuk kepala Yerim sebelum meninggalkan gadis itu.

"Baiklah. Aku pulang, kalau butuh teman jangan lupa panggil aku lagi." Lesung di pipinya terlihat kala tersenyum. Meskipun ini malam hari tapi ketampanan Jaehyun tetap tak bisa dibantah, malah semakin manis saat dibawah cahaya temaram seperti sekarang.

Yerim mengangguk, baru beberapa langkah lelaki itu tiba-tiba berbalik.

"Jangan lupa jawaban pertanyaanku tadi ya." Disusul kedipan genit yang membuat Yerim terkekeh pelan. Wajahnya terasa panas untuk sesaat. Netra nya tak lepas memandang punggung Jaehyun yang semakin menjauh lalu menghilang.

Yerim menyebrang jalan dengan hati-hati, suasana malam disini sangat cantik. Meskipun banyak orang yang berlalu lalang tapi Yerim tetap tidak berani jika harus keluar rumah sendiri saat malam.

POSESIF [Jungri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang