Setelah hari itu Jungkook jadi beralih profesi menjadi pelayan di tokonya, entah siapa yang menggantikannya di kantor yang jelas Yerim tidak peduli.
Yerim sudah berusaha bersikap tak acuh sekeras mungkin, bahkan ekspresi yang ia tampilkan setiap harinya tak lain adalah ekspresi muak, marah, kesal.
Tidak tahu lagi bagaimana dia harus bersikap agar Jungkook kapok dengannya atau setidaknya pergi dari hadapannya.
Jika kalian bertanya apa Yerim benar-benar membenci Jungkook maka jawabannya tidak tahu, karena sampai sekarang Yerim masih bingung dengan perasaannya. Ya, memang sih sakit hati dan kecewa masih mendominasi terlebih memang dia pernah dipatahkan kepercayaannya.
tetap saja kadang ada rasa tak tega melihat Jungkook kelelahan di seberang ruangan. Atau apakah wajar seseorang yang kita benci selalu berlarian dalam pikiran? Jadi Yerim merasa bingung dengan itu.
Tapi jika Yerim disuruh memaafkan dia masih belum bisa. Mungkin hanya belum siap, otaknya masih belum bisa berdamai dengan hatinya.
Jari-jarinya menaut di atas meja kasir sesekali mengetuk menimbulkan bunyi yang random. Hari ini pelanggan yang datang tidak sebanyak biasanya karena diluar sedang hujan. Padahal semenjak Jungkook ada disini tokonya sudah pasti ramai setiap harinya.
Tidak sadar padahal di seberang sana sedang diperhatikan oleh Jungkook.
Selang beberapa waktu tidak ada yang berubah sedikit pun. Tokonya masih sepi, bahkan kini tidak ada seorang pun pelanggan duduk disana.
Yerim agak gelisah karena ibunya belum kunjung pulang dari kegiatan belanjanya. Tahu begini tadi Yerim saja yang belanja. Tak sengaja Yerim melihat Jungkook berjalan ke arahnya. "Boleh aku duduk disana?" Jungkook menunjuk ke kursi kosong di sampingnya, Yerim mengangguk merasa tak ada masalah dengan itu toh sejauh ini masih belum ada pelanggan yang masuk lagi sejak pelanggan terakhir pergi meninggalkan tokonya jadi Jungkook tidak perlu siaga di depan.
"Ada apa? Kau terlihat gelisah dari tadi." Yerim menoleh, bingung apa dia harus memberitahunya atau tidak.
"Uhmm. Itu ibu belum pulang sampai sekarang. Hanya takut terjadi sesuatu." Jungkook menganggukan kepala beberapa kali. Berpikir sebentar, "Aku akan menjemputnya. Kau tunggu disini."
"T-tapi..."
Jungkook mengangkat sebelah tangannya menandakan tidak menerima penolakan. Padahal di luar hujan deras dan Yerim hanya merasa tidak enak sudah merepotkan Jungkook untuk ke sekian kalinya.
"Baiklah." Yerim pasrah lagipula dia memang sangat mengkhawatirkan ibunya.
Jungkook mengganti pakaiannya dengan pakaian yang ia pakai saat berangkat ke toko. Keluar dari kamar ganti dengan kancing terakhir yang dimasukan.
"Aku berangkat." Yerim mengangguk.
Bertepatan dengan itu pintu toko terbuka, sosok Jaehyun muncul disana bersama ibunya yang terlihat tengah menggunakan jas Jaehyun sebagai penutup kepala.
"Oh, Yerim-ah ibu bertemu dengannya di jalan." Ibunya mengusap bahu Jaehyun sebagai ucapan terima kasih.
"Duduklah dulu." Jaehyun mengangguk seraya tersenyum sopan. Fokusnya tetap tertuju pada hal yang mengganggunya dari tadi, yaitu Jungkook yang tengah menggulung lengan kemejanya sampai siku. Mereka bertemu pandang beberapa kali dengan tatapan tajam.
"Terima kasih ya sudah mengantar ibu." Yerim mendudukan dirinya di depan Jaehyun.
"Tidak masalah." Seperti biasa Jaehyun dengan senyumannya. "Tapi kenapa dia bisa ada disini?" Tanya Jaehyun dengan tatapan mengarah pada Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF [Jungri]
FanfictionKim Yerim adalah miliknya, selamanya seperti itu. Kim Yerim milik Jeon Jungkook. Start : 6 Desember 2020 End : 19 Maret 2021