13 - Ego

3.6K 456 57
                                    

Yerim tengah sibuk membersihkan meja toko yang sebentar lagi ditutup. Walaupun fisiknya bekerja tak bisa dipungkiri kalau perasaannya masih belum sembuh.

Kejadiannya sudah dua hari berlalu tapi Yerim tidak bisa begitu saja melupakan semuanya. Dia sampai membatasi interaksi dengan teman-temannya karena sudah pasti ketika melihat mereka dia teringat dengan pemuda itu.

"Jangan dipaksakan, sayang." Ibunya keluar dari arah dapur. Tentu saja dia tidak tega melihat anaknya bekerja dengan tatapan kosong, awalnya ia sempat kecewa mendengar anaknya dibuang begitu saja. Namun, setelah beberapa waktu berlalu dia bisa menerima kenyataan karena memang keluarganya tidak sebanding dengan keluarga Jungkook.

Yerim hanya membalas dengan senyuman, meyakinkan ibunya bahwa dia baik-baik saja. Bisa dia lihat ibunya menghela nafas sebelum keluar dari toko.

Yerim terbiasa pulang larut sekarang, bahkan ketika ibunya mengajak pulang lebih awal Yerim akan menolak. Dia jadi lebih suka waktu sendiri. Bahkan tak jarang dia menginap di toko, mungkin malam ini dia akan melakukannya lagi.

Yerim duduk dengan ditemani secangkir kopi. Dia tahu mengonsumsi kopi di malam hari tidak sehat, tapi dia tidak bisa menghindarinya.

Memandang jalanan di depannya dengan tenang. Yerim suka saat saat seperti ini, saat dimana pikirannya bisa tenang, saat dimana dia bisa tersenyum tanpa ada beban. Dia jadi lebih sering merenung seperti ini.

Sampai waktu semakin larut yang memaksa Yerim untuk segera beranjak dari tempatnya duduk dan segera beristirahat.

°
°
°

Keesokann harinya seperti biasa toko buka saat pagi. Ada satu perasaan yang sangat nyaman ketika wangi kue terhirup oleh indera penciumannya. Meskipun hal sepele tapi itu berharga untuknya. Yerim menghembuskan nafas, dia bersyukur sekarang jadi mudah mensyukuri hal-hal kecil.

Baiklah, kali ini dia yang bertugas membeli keperluan dapur. Tidak apa, sekali-kali keluar dari sangkar cukup menyenangkan. Melakukan rutinitas lamanya dengan senang seperti pergi dengan bus atau menyapa beberapa orang yang ia temui.

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit kini dia tinggal mencari barang terakhir tapi ia merasa kebingungan karena ada pengubahan tata letak beberapa rak barang. Sungguh ia tak mengerti kenapa supermarket sekarang sering sekali mengubah tata letaknya padahal hanya membingungkan pembeli saja.

Akhirnya dia menemukan pewangi pakaian yang ia cari tapi tangannya kalah cepat dengan seseorang. Yerim berbalik dan terkejut tidak menyangka akan bertemu lagi.

"Ah, Yerim. Kita bertemu lagi." Lesung di pipinya muncul saat tersenyum menambah kesan manis.

"Aku tidak menyangka kita bertemu disini, Jaehyun." Yerim membalas sapa. Tapi fokusnya teralih pada pewangi pakaian di tangan pria di depannya. Tinggal satu dan tidak ada lagi, bagaiamana ini. Yerim suka dengan wanginya dan dia tidak mau menggunakan yang lain.

Jaehyun tertawa ketika menyadari arah tatapan Yerim. "Kau mau ini? Ambilah." Tanpa persetujuan, Jaehyun menyimpan barang itu pada keranjang Yerim.

Yerim sedikit malu saat pikirannya disadari. "Terima kasih. Tapi kenapa belanja di sekitar sini, ini kan jauh dari apartemen?" Yerim sedikit kebingungan dengan hal itu karena disekitar apartemen pun banyak supermarket.

Jaehyun menggaruk belakang kepalanya. "Itu...aku mencari pewangi ini. Sudah habis disemua toko dekat apartemen." Wah. Yerim jadi semakin merasa bersalah kalau begini. Tapi dia juga suka, bimbang.

"Tapi tidak apa-apa kok aku bisa mencarinya lagi. Itu untukmu saja." Ujarnya hangat. Huh, andai saja dia bertemu Jaehyun sebelum bertemu dengan Jungkook sudah pasti tanpa berpikir ulang dia akan menjatuhkan hatinya pada pria itu.

POSESIF [Jungri]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang