****
"CEZAAAA!"
Teriakan tersebut terdengar di sepanjang koridor sekolah, dan mampu membuat semua pandang mata melihat pada orang yang berteriak tadi. Clarissa Imannuela itulah nama orang yang berteriak.
"Apaan sih lo Sa, berisik tau gak," Clarissa yang mendapat omelan hanya nyengir sembari menunjukan watados nya. "Apa kabar Ceza yang cantiknya ngalahin Mimi Peri?"
"Hiliihh, baru jadi kembarannya Kekeyi aja bangga banget," Cibir gadis yang dipanggil Ceza tersebut.
"Bangga dong, setidaknya dia udah bisa punya single lagunya sendiri," Clarissa mejawab diikuti dengan gaya menyibakkan rambutnya.
"Bau anjir rambut lo," Ceza menoyor kepala sahabatnya itu lalu berlalu pergi.
"Iiihhh.. Ceza tungguin gue woyyy!" Clarissa berlari mengikuti Ceza yang sudah berjalan lumayan jauh sambil bernyanyi lagu milik kembarannya yang berjudul
****
Bel tanda istirahat baru saja berbunyi, namun Ceza dan kedua temannya yaitu Clarissa dan Stephany sudah berada di kantin. Tadi ketika di kelasnya pelajaran ekonomi masih berlangsung, Ceza, Clarissa dan Stephany secara bergiliran keluar kelas dengan dalih ijin ingin ke toilet. Bukannya ke toilet mereka bertiga malah berbelok menuju kantin lalu tidur di kantin dan tidak kembali ke kelas sampai bel istirahat berbunyi.
"Bu Ros gak bakal marah kan karena kita gak balik lagi ke kelas?" Ceza bertanya sembari melihat suasana kantin yang mulai ramai karena murid mulai berdatangan satu per satu.
"Gak bakalan inget dia, santuy aja."
Ceza mendengus, "Gue cuman lagi gak mood aja di suruh berdiri ngadep tiang bendera, gue juga lagi gak mood buat bersihin toilet apalagi kalau lari keliling lapangan." ujar Ceza sembari menyimpan kepalanya di meja kantin dengan lengan sebagai bantal.
"Gue juga lagi males dihukum," ucap Stephany sembari mengikuti kegiatan yang dilakukan Ceza tadi.
"Ah lo pada, tadi aja semangat banget pas ngebolos, giliran sekarang sok merasa bersalah banget." Clarissa mencibir sembari beranjak dari duduknya. "Mau pesen apa lo pada?"
"Gue bakso sama es jeruk,"
"Gue samain."
"Punya gue jangan pake cuka dan di bening," ucap Ceza dengan mendongakkan sedikit kepalanya untuk melihat Clariss, Ceza adalah golongan orang yang jika memakan bakso tidak pernah menggunakan saus dan kecap ia hanya akan menambahkan sambal cabe saja. Ah mantap
"Perintah siap dilaksanakan Tuan Putri." Clarissa membungkukan badannya dan berlalu pergi.
"Waduh cacar nya gue kenapa nih, kok lemes banget," baru juga memejamkan matanya, sebuah suara sudah mampu merusak mood-nya, tanpa melihat pun Ceza sudah tau itu suara siapa.
Suara itu milik Sebastian Alvaro Wayangkara, cowok yang mampu merusak hari-harinya selama berada di sekolah. Sumpah demi apapun jika berhubungan dengan merusak mood Ceza maka seorang Alvaro sangat jago melakukannya.
"Cacar cacar lo kira gue penyakit," Ceza mendengus lalu mengubah posisinya meenjadi duduk tegap.
"Bukan dong," Ujar Alvaro lalu duduk di sebelah Ceza, tangannya pun tak tinggal diam langsung merangkul pundak Ceza dan mendapat pelototan tajam dari sang empunya.
"Hehe..." Alavaro melepas tangannya dari pundak Ceza lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Lagian cacar itu bukan penyakit Cez, tapi singkatan."
"Singkatan dari apa tuh?" Tanya Morgan, lalu ikut duduk di bangku Ceza dan diikuti oleh teman-teman Alvaro yang lainnya.
"Calon pacar." Jawab Alvaro
"Uhuyyyy."
"Ekhemmm."
"Gasss terus, Ro."
"Calon terus, dari kelas sepuluh gak ada perubahan." ujar Sean dengan wajah datarnya, dan membuat suasana hening seketika.
"Yahh, kok jadi penuh sih. Terus gue duduk di mana?" Clarissa berdiri di samping meja dengan memegang nampan berisi makanan.
"Sini duduk sama akang aja," Ujar Malik sambil menepuk-nepuk pahanya. Clarissa mendelik lalu duduk di kursi yang diambilkan oleh Sean.
Menjadi tontonan semua orang yang berada di kantin sudah biasa bagi Ceza, Alvaro dan teman-teman mereka, karena statusnya sebagai orang populer di sekolah membuat semua hal yang mereka lakukan akan selalu diperhatikan.
Melihat seorang Alvaro mengejar-ngejar Ceza juga sudah menjadi hal biasa bagi semua murid SMA Pohon Beringin, Sudah bukan hal asing lagi menyaksikkan Alvaro sedang mencari perhatian pada Ceza, juga bukan hal asing melihat Ceza selalu menolak dan menghindar dari Alvaro. Itu semua menjadi hiburan tersendiri bagi semua murid SMA Pohon Beringin.
"Jangan banyak-banyak sambelnya, Cez." larang Alvaro ketika melihat Ceza akan memasukan sendok sambel yang ketiga kalinya kedalam mangkok baksonya.
Bukannya mendengarkan perintah Alvaro , Ceza dengan sengaja malah memasukkan kembali dua sendok sambel. "Nanti kalau sakit perut, gue gak tanggung jawab, ya." ujar Alvaro
Ceza mendelik, "Siapa juga yang minta pertanggung jawaban lo!" lalu besiap memakan baksonya.
"Berdoa dulu, Princess," Alvaro menjauhkan sendok yang sudah berada di pintu masuk mulut Ceza. Ceza mendengus namun tak urung mengikuti ucapan Alvaro.
"Nurut banget sih jadi calon pacar." Alvaro mengacak rambut Ceza secara asal lalu berlalu pergi kocar-kacir dari kantin.
"ALVAROOOO!" geram Ceza karena rambutnya yang baru di catok tadi pagi jadi berantakkan lagi.
****
Princeza melangkahkan kakinya ke dalam rumah megah yang ia tempati, di rumah ini ia tinggal bersama nenek-kakeknya dan juga bersama abangnya. Princeza dan abangnya memang tinggal terpisah dari orangtua mereka, sejak kecil mereka dirawat oleh nenek-kakeknya.
Princeza merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, ia memiliki satu abang, satu kakak perempuan dan juga adik perempuan yang hanya selisih dua tahun darinya. Kakak perempuan dan adiknya tinggal dengan orangtua Princeza, sedangkan Princeza dan abangnya tinggal dengan kakek dan neneknya.
Dulu tinggal terpisah dari kedua orang tuanya bukan hal mudah bagi Ceza, terkadang ia ingin merasakan hangatnya sebuah keluarga.
Bukan berarti Ceza tak mendapatkan kasih sayang dari Nenek dan Kakeknya. Tentu saja Ceza mendapatkannya. Bahkan Nenek dan Kakeknya selalu mengabulkan apa yang Ceza inginkan.
Tapi, tetap saja ada perbedaannya. Beda rasanya tinggal bersama kedua orang tua dan tinggal bersama Nenek dan Kakek.
Namun, seiring berjalannya waktu Ceza jadi terbiasa dengan semua ini.
"Kamu udah pulang,?"
"Ya, oma" Ceza melangkahkan kakinya lalu duduk di sebelah Sarah--omanya.
"How about your school?" tanyanya sembari mengelus rambut cucu kesayangannya yang sekarang sudah bersandar di bahu Sarah. "Not bad," jawab Ceza sembari menyembunyikkan kepalanya di ceruk leher sang oma.
"Why? What's wrong with you?" melihat sang cucu tak biasanya bermanja-manja seperti ini membuat Sarah merasa khawatir.
"No, I'm just tired."
"Oke, sekarang kamu naik dulu terus mandi abis itu istirahat ya. Kamu udah makan belum?" Tanya Sarah sembari masih mengelus rambut cucunya.
"Udah oma. Aku mau istirahat aja, nanti aku turun pas makam malam." Ucap Ceza lalu berlalu menuju pergi ke kamarnya.
****
Senin, 08-Februari-2021
Princeza

Alvaro

KAMU SEDANG MEMBACA
PARALYZED
Teen Fiction[PSC#1] "Ceza, lo suka cowok yang kayak gimana sih?" Alvaro bertanya untuk menghilangkan suasana canggung di antara mereka berdua. "Yang kayak lo," Ceza menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari arah depan. Sedangkan Alvaro sudah senyum mesem men...