11. Alvaro nyebelin

94 11 11
                                    


****

Sesuai persyaratan kemarin, kini Ceza sudah duduk manis di jok motor Alvaro.

Tadi ketika masih pagi sekali, Alvaro sudah berada di ruang tamu. Bahkan Ceza pun belum mandi ketika mendapati Alvaro di rumahnya.

Selama perjalanan menuju sekolah tak ada satu patah kata pun yang terlontar dari mulut mereka berdua, Ceza yang memang sedang tidak dalam kondisi yang baik sangat enggan untuk berbicara. Dan Alvaro yang merasa Ceza sedang murung pun, memilih untuk diam saja dan tidak memancing kemarahan Ceza.

Tidak terasa setelah 20 menit mereka sudah sampai di sekolah, Ceza segera turun dari motor dan melepas helm nya lalu menyerahkannya pada Alvaro.

"Thanks, Al." ujarnya, lalu pergi meninggalkan Alvaro.

"Cez," Ceza menoleh dan mendapati Alvaro sudah ada di samping nya, "Gue gak bisa nganter pulang nanti." Ceza mengerutkan keningnya seolah sedang menanyakan alasan Alvaro, "Gue udah janji mau nganterin Salsa beli kado buat Lexi." lanjut Alvaro.

"Terus? Gue balik gimana? Jalan kaki gitu? Lo kenapa gak ngomong dari tadi! Ngapain lo ngajak gue berangkat bareng kalau lo gak bisa ngajak balik bareng juga. Tau gini mendingan gue bawa mobil tadi." Ceza mengatakannya dengan rasa kesal yang memuncak, entah kenapa mendengar Alvaro akan pergi dengan perempuan lain membuatnya kesal tak jelas dan membuat moodnya yang tadi buruk menjadi sangat buruk.

"Eh, gak gitu. Gue pesenin taksi atau ojol nanti." Alvaro kelimpungan melihat kekesalan di raut wajah Ceza.

"Nggak mau! gue berangkat bareng lo, jadi gue harus pulang bareng lo juga," kekeuh Ceza.

"Tapi Cez, gue udah janji jauh-jauh hari sama Salsa. Gak enak kalau tiba-tiba ngebatalin," Alvaro masih berusaha membujuk Ceza agar mau mengalah.

"Makanya kalau udah janji sama satu cewek gak usah janji ke cewek lain. Gue gak mau tau, pokoknya gue mau balik sama lo!" ungkapnya kesal, lalu masuk ke dalam kelasnya.

Alvaro hanya terkekeh melihat tingkah Ceza yang seperti itu, lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju kelasnya.

****

"Kenapa tuh bibir, maju kayak bebek." Ceza mendengus mendengar ucapan Clarissa.

"Lo kenapa, sih? Lagi ada masalah?"

Ceza menggelengkan kepalanya sebagai jawaban untuk pertanyaan Clarissa.

"Lo kenapa?" tanya Stephany sembari menoyor pelan kepala Ceza.

Stephany mengalihkan pandangannya kepada Clarissa, dia menunjukkan ekspresi bertanya pada Clarissa sembari menunjuk Ceza dengan dagunya. Clarissa mengedikkan bahunya tanda tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi pada Ceza.

"Akhhhhh, gue kesel bangetttt," Ceza berteriak sembari mengacak rambutnya frustasi.

"Kenapa, lo? Anjir, ngeri banget." Clarissa bergidik melihat penampilan Ceza dengan rambut acak-acakkannya.

"Lo kenapa sih, Cez?" tanya Stephany.

"Gak tau. Pokoknya hari ini gue kesel banget, gue lagi bad mood tingkat dewa. So, jangan ada yang macam-macam dulu sama gue." peringat Ceza lalu pergi keluar dari kelas.

"Kenapa tuh si Ceza?" tanya Ridwan, salah satu teman sekelas mereka.

"Lagi dalam mode senggol bacok." jawab Clarissa.

****

Ceza bercermin pada kaca yang ada di toilet, dia merapikan rambut dan bajunya yang sempat berantakan tadi.

PARALYZEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang