13. Tragedi Kereta Api

98 11 5
                                    

Aku revisi ngebut ini, biar bisa cepet up part baru wkwkwk
Part kemarin dapat 5 vote lagi😬
Mwweheeheh thanks ya yang udah baca!!
Enjoy gaissss!

****

Bel pulang baru saja bunyi beberapa menit yang lalu, Ceza dan kedua kawannya sedang berjalan menuju parkiran. Hari ini Ceza akan pulang dengan Alvaro.

Dari kejauhan Ceza dapat melihat Alvaro sedang berbicara dengan seorang gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Salsa.

Ceza mendengus tak suka dan segera berjalan ke arah Alvaro.

"Eh, anjir! Kaget gue bego!" maki Alvaro ketika jok belakangnya tiba-tiba diduduki oleh seseorang.

"Oalah, cacar gue toh." Ceza memutar bola matanya malas mendengar ucapan Alvaro, lalu pandangannya beralih menatap Salsa yang masih berdiri di samping motor Alvaro.

"Hai, Sal! Ada apa?" Salsa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil, ia melirik Alvaro sekilas lalu pergi meninggalkan mereka.

"Lah, gak jelas tuh orang," gerutu Ceza

"Mau kemana kita, Car?" tanya Alvaro sembari melirik Ceza dari kaca spionnya.

"Pulang lah! Emang nya kemana lagi,"

"Mau pulang kemana?"

"Ke rumah Tuhan!" Ketusnya.

Alvaro tergelak mendengar ucapan Ceza. Ia menyalakan klakson, berpamitan kepada teman-temannya yang masih ada di parkiran. Lalu mulai menjalankan motornya keluar dari area sekolah.

"Ngomong jangan asal-asalan, Car. Nanti beneran pulang ke rumah Tuhan nyesel loh," Alvaro menjeda kalimatnya, lalu menepikan motornya di pinggir jalan. "Emang nya lo mau pulang ke rumah Tuhan sekarang? Kita kan belum nikah, Car." lanjutnya.

"Terus ngapain berhenti disini?"

"Lo belum pake helm, Car."

Alvaro turun dari motor setelah memastikan Ceza turun terlebih dahulu, lalu menyerahkan helm yang sedari tadi ia gantung di tangan kirinya pada Ceza.

"Pake maskernya, Car. Banyak debu,"

Ceza mengambil masker medis berwarna biru dari saku baju seragam lalu memakainya.

Setelah itu dia memakai helmnya.

"Dih! Mana boleh gitu, kalau waktunya mati ya mati aja. Emangnya lo bisa nego sama Tuhan?" Ceza kembali membahas pembicaraan tentang hidup dan mati yang sempat tertunda.

"Nih ya, kalau Tuhan maunya gue mati sekarang. Gue bakal mati sekarang juga dengan posisi kayak gini dan dalam keadaan kayak gini juga, ngerti gak?" Alvaro hanya berdehem menjawab petuah Ceza, tangannya sibuk mengikatkan hoodie yang tadi ia keluarkan dari tasnya pada pinggang Ceza.

"Ngerti gak?!"

"Iya, ngerti, Princeza." ujar Alvaro penuh tekanan.

"Lagian lo ngapain sih ngebahas mati-mati segala?" tanya Ceza ketus, "Bahas hal yang penting aja, gak usah ngebahas tentang hidup dan mati,"

Alvaro melongo mendengar ucapan Ceza, bukannya tadi Ceza yang mulai ya? Kok jadi dia yang kena omel.

"Tadi dia sendiri yang ngebahas rumah Tuhan," gerutunya pelan, sembari naik kembali ke atas motor diikuti oleh Ceza, lalu menjalankan motornya.

"Apa?!" Ceza mencondongkan mukanya kearah depan agar bisa mendengar Alvaro.

"Hah? Itu--gue berdoa semoga lo matinya nanti aja pas kita udah nikah," ujar Alvaro santai

PARALYZEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang