****Malu!
Itulah yang Ceza rasakan sekarang, bisa-bisanya dia percaya dengan Alvaro dan menanyakan langsung semuanya pada Salsa.
Kan sekarang jadi Ceza yang malu.
Huwaaaa... Oma tolong Ceza!
Ceza gak bisa diginiin, dia akan membalas Alvaro. Sekarang juga!
Tujuan Ceza sekarang adalah menemui Alvaro dan memberinya pelajaran. Ceza gak terima! Dia gak terima diperlakukan kayak gitu sama Alvaro.
Oke, itu terlalu lebay.
Intinya, Ceza bakal bikin Alvaro menyesal karena sudah membuat dia malu.
Ceza sudah sampai di kelas Alvaro, sayang seribu sayang. Kelas Alvaro malah ada gurunya, kan Ceza jadi gak bisa nyelonong masuk. Dia juga gak mungkin nungguin sampe gurunya pergi. Kurang kerjaan banget dia.
Lagian Alvaro juga sih, tumben-tumbenan masuk kelas. Biasanya juga bolos di kantin, jangan-jangan dia sengaja masuk kelas supaya bisa lolos dari Ceza.
Baiklah, Alvaro menang kali ini. Ceza akan membiarkan Alvaro lolos dulu, tapi nanti dia akan ngerjain Alvaro habis-habisan.
Ceza melangkahkan kembali kakinya menuju ke kelas. Dia baru ingat hari ini adalah pelajaran Pak Gugun, guru paling killer di sekolah ini.
Tapi, mungkin hari ini Ceza memang sedang sial. Pintu kelas sudah ditutup dan dia sudah bisa mendengar suara Pak Gugun.
"Aduh, mati gue. Masuk atau bolos," Ceza berdiskusi dengan dirinya sendiri. "Bolos aja deh, lagi males gue denger ocehan dia," Ceza membalikkan badannya berniat bolos.
"Princeza!"
Sial! Pak Gugun ngapain keluar sih.
Ceza membalikkan kembali badannya, dia bisa melihat pak Gugun dengan muka masam andalannya. "Hai, pak." Sapa Ceza sembari menyengir menampilkan deretan gigi putihnya.
"Dari mana kamu?" hardik pak Gugun, Ceza memutar otaknya memikirkan alasan yang bisa mengelabui Pak Gugun.
"Dari toilet pak, tadi saya mules banget," Ucap Ceza dengan memegang perutnya, berharap mendapat empati dari pak Gugun.
"Ngeles aja kamu, ke toilet kok lama banget. Ngapain kamu di toilet? Ngadain konser?" cerocos Pak Gugun yang mampu membuat mood Ceza makin anjlok.
Ceza menghela nafasnya kasar, "Yaudah, sekarang bapak maunya saya gimana?"
"Kamu gak boleh ikut pelajaran saya hari ini, dan kamu harus merangkum Sejarah bab 5 tentang Perkembangan Negara-Negara Kerajaan Maritim Islam di Indonesia," jelas Pak Gugun.
Ceza meringis di tempatnya, seingat dia bab itu lumayan panjang. Aduh mana Ceza tuh paling males kalau disuruh nulis kek gini.
Lagian kenapa masih harus nulis sih! Dia kan punya buku paket. Apa gunanya buku itu kalau ujung-ujungnya masih harus disalin di buku tulis.
"Besok pagi tugas kamu harus udah ada di meja saya!" lanjut pak Gugun lalu kembali masuk ke dalam kelas.
Ceza mendengus di tempatnya, lalu melangkah menjauh dari kelas.
"Semua gara-gara Alvaro," runtuk Ceza.
Tapi kalau di pikir-pikir beruntung juga dia tidak bertemu Alvaro. Coba bayangkan jika Ceza bertanya pada Alvaro, maka Alvaro akan tahu kalau Ceza mengatakan hal yang iya-iya pada Salsa.
Apa coba yang akan ada di pikiran Alvaro? Pasti cowok itu akan mengira Ceza cemburu! Dih! Kesenengan nanti tuh cowok! Nanti Alvaro mengira Ceza berharap sama Alvaro. Walaupun kenyataannya emang iya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARALYZED
Teen Fiction[PSC#1] "Ceza, lo suka cowok yang kayak gimana sih?" Alvaro bertanya untuk menghilangkan suasana canggung di antara mereka berdua. "Yang kayak lo," Ceza menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari arah depan. Sedangkan Alvaro sudah senyum mesem men...