10. Mama

94 12 13
                                    

****

Jika ada yang bertanya hobi Ceza.

Maka, rebahan adalah jawaban yang paling tepat.

Seperti sekarang ini, Ceza sedang rebahan dengan ditemani oleh musik yang berasal dari speaker di kamarnya.

Ketukan pintu membuat ceza mengalihkan pandangannya dari layar handphone.

"Non, disuruh turun sama Oma," bi Surti menyembulkan kepalanya.

Ceza mengangguk lalu bangkit dari atas kasur dan berjalan keluar menuju lantai bawah.

Sesampai nya di bawah, Ceza bisa melihat Oma-nya sedang duduk dengan seorang wanita yang tak lain adalah Vanya, mama Ceza.

Ceza bisa mendengar ucapan mamanya yang sedang berbicara dengan Oma.

"Aku mau anak-anakku tinggal sama aku semua, Ma. Aku harap mama bisa ngerti," ujar mamanya, sepertinya mereka belum menyadari kehadiran Ceza.

"Mama ngerti, tapi kamu gak bisa dadakan seperti ini. Kamu mikirin perasaan dia gak sih..." ada nada kesal dan kecewa pada ucapan oma, "Lagian kamu juga harus ijin papa kamu dulu, jangan ngelakuin hal sesuka kamu tanpa berunding dengan keluarga!" lanjut oma.

"Iya, aku ngerti, Ma. Tapi kan dia anak aku, aku punya hak untuk membawa dia kapan saja."

Sepertinya Ceza mulai mengerti arah pembicaraan mama dan oma nya, ada rasa senang ketika menyadari bahwa mama nya ingin semua anaknya tinggal dengan dia. Itu artinya dia dan kakaknya akan diajak pindah ke rumah orang tua mereka.

Mereka menghentikkan pembicaraan ketika melihat Ceza melangkah maju ke arah mereka.

"Ma, apa kabar?" Ceza mencium puggung tangan mamanya lalu mengambil duduk di samping Oma-nya.

"Baik." Vanya menjawab, tanpa berniat menanyakan kabar putrinya.

Ceza hanya mengangguk sambil tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan sikap mamanya itu.

"Siapa yang mau pindah?" Ceza bertanya sambil melihat ke arah dua koper yang ada di depan dekat pintu utama. Pura-pura tak tahu.

"Ah, itu. Emmm..." Oma terlihat bingung menjawab pertanyaan Ceza.

"Abang kamu, dia tinggal dengan mama mulai sekarang." jawab Vanya.

"Abang?" tanya Ceza memastikan, bisa saja Mamanya itu lupa mengucapkan namanya.

"Kamu mau ikut tinggal sama mama kamu?" pertanyaan Oma membuat mata Ceza bersinar. Tentu saja dia mau tinggal bersama orang tua nya, bersama kakak dan adiknya. Tinggal satu rumah dengan keluarga lengkap.

"Boleh, Oma?"

Anggukan dari Oma membuat Ceza segera bangkit dan berlalu cepat menuju kamarnya, dia tak menyadari muka masam Vanya yang terlihat sangat jelas. Namun, Ceza masih bisa mendengar ucapan mama nya yang mampu membuat nya tertampar dan tersadar kembali.

****

"Loh, kok kamu belum siap, Cez?" Oma bertanya ketika melihat Ceza turun masih dengan penampilan yang tadi.

"Ceza gak jadi ikut, kalau Ceza tinggal sama mama nanti gak ada yang nemenin Oma," Ceza berusaha tersenyum sambil melihat kepada Oma, Mama, dan Abangnya. "Lagian kalaupun Ceza mau pergi dari sini Ceza harus ijin dulu sama Opa." lanjutnya.

"Itu lebih baik, mending kamu di sini jagain Oma dari pada ikut sama mama dan bikin keadaan jadi runyam," Ceza tersenyum miris mendengar ucapan mamanya.

Dia mengalihkan perhatiannya pada abangnya yang sejak tadi hanya diam memperhatikan semuanya tanpa berniat mengucapkan apapun.

Ceza mendekat lalu memeluk abangnya itu, dia lagi-lagi tersenyum miris ketika tak mendapat balasan pelukan dari sang abang. "Abang, semoga betah ya tinggal di sana. Ceza sayang sama abang." Kenandra hanya terdiam sambil memandang lurus ke depan dengan kedua tangan yang terkepal di samping badannya.

PARALYZEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang