Sudah setahun lebih aku meninggalkan tempat ini. Walau begitu tempat ini sudah banyak berubah. Banyak kapal-kapal besar yang berlabuh, tapi tak sebesar kapal Dawn Trender. Banyak awak-awak kapal yang bersemangat bekerja, tapi tak sesemangat awak kapal di Dawn Trender. Beberapa orang yang dipercayai menjadi kapten kapal tampak tegas memerintah bawahannya, tapi tak setegas kapten kapal Dawn Trender.
Angin datang berhembus, memberi kesejukkan di sekelilingku, membuat rambutku yang sengaja aku gerai menjadi sedikit berantakan. Aku hanya berdiri di depan pintu masuk pelabuhan terbesar di negeri ini. Sedikit melamun, mengingat semua kenangan yang ada di sini.
Di mana untuk pertama kalinya aku naik ke kapal dalam gendongan ayah. Pertama kalinya aku mulai tertarik pada pedang dan mulai berlatih walau harus diam-diam. Pertama kalinya aku belajar membaca arah mata angin, mengendalikan layar, mengemudikan kapal.
Hingga tak sadar seseorang menepuk pundakku dari belakang. Saat aku menoleh, aku tersenyum.
"Caspian!"
Orang itu tampak mengernyitkan dahi. "Pardon?"
"Eh?" Aku menggaruk tengkukku tak gatal. Sedikit malu. "Sorry..."
Martin -orang yang rela mengorbankan jabatannya untuk melatihku menggunakan pedang- hanya tertawa kecil dan kembali menepuk pundakku. "Yang benar saja, Herminia. Kau melupakan aku?"
"Aku tak melupakanmu, Martin. Hanya saja parasmu mirip sekali dengan orang yang pernah aku temui." Ucapku.
"Benarkah? Kalau begitu jika di suruh memilih antara aku dan dia, kau memilih siapa?" Tanyanya.
Ketika aku hendak menjawab, dia malah menyelaku. "Oh, aku tau kau pasti memilihku."
"In your dream!" Ucapku.
Aku terkekeh ketika melihat raut cemberut di wajahnya.
"Aku memang tak bisa berharap lebih padamu." Ucapnya. "Kau mau mengunjungi kapal ayahmu?"
"Bolehkah?" Tanyaku sedikit bingung.
"Tentu. Aku kan kaptennya. Ayahmu mempercayakan hampir semua kapalnya padaku."
"Benarkah?! Kau tidak dipecat?"
Seketika itu juga Martin menjitak keningku. "Kau menyumpahku dipecat? Inikah yang kau berikan padaku setelah sekian lama aku mengajarkanmu menggunakan pedang?."
Aku dengan kasar mengelus keningku dan membalasnya dengan memukul tangannya. "Kenapa kau suka sekali menjitakku dari dulu hingga sekarang?"
"Karna aku suka." Jawabnya dengan tertawa kecil. "Sudahlah. Ayo, aku bawa kau berkeliling. Selama setahun kau pergi, ada banyak sekali perubahan-perubahan di pelabuhan ini. Aku jamin kau pasti akan takjub melihatnya." Martin membantuku membawa barang bawaanku dan menuntun aku berkeliling pelabuhan.
Memang benar kata Martin, aku benar-benar takjub dengan perubahan pelabuhan sekarang. Padahal hanya setahun, tapi pelabuhan sudah berkembang secepat ini.
Setelah selesai berkeliling, Martin membawaku naik ke salah satu kapal besar. Aku berdiri termangu melihat sekelilingku. Aku merindukan Dawn Trender. Aku merindukan Narnia. Aku juga merindukan E--
"Hei!" Kejut Martin dari belakangku. Aku melotot padanya yang terkekeh.
Hah, bisa-bisanya aku merindukan dia saat aku berada jauh darinya.
"Melamunkan apa?" Tanyanya. Aku hanya diam dengan pandanganku yang lurus ke depan, melihat betapa luas dan indahnya laut bebas. "Hei!" Martin melambaikan tangannya di mukaku.
Aku dengan malas menoleh ke arahnya. "Kenapa?"
"Seharusnya aku yang menanyakan hal itu. Kenapa kau jadi suka melamun saat tiba di pelabuhan? Sungguh tidak seperti gadis kecilku yang dulu." Ucapnya menatapku, dengan senyum yang menampakkan lesung pipinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/253841082-288-k742647.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Explore Your Heart【Edmund Pevensie】
FantasíaHerminia Geraldine, gadis yang bercita-cita menjadi seorang penjelajah lautan hebat namun dia harus memendam cita-citanya karena di tentang oleh sang ayah yang merupakan kapten kapal terkenal di Inggris. Hingga dia tidak sengaja bertemu dengan sahab...