07

2.6K 149 1
                                    

"Ka-kalian siapa?"

Tania memandang penuh tanya pada kedua orang yang ada di hadapannya. Mereka juga sama terkejutnya saat melihat Tania. Tidak ada yang memulai percakapa, mereka larut dalam keterkejutannya masing-masing. Sampai akhirnya, Aldo datang menghampiri mereka.

"Mama, Papa?" kaget Aldo saat melihat kedua orang itu adalah orang tuanya.

__Salah Masuk Kamar__

Di sinilah mereka, berada di ruang tamu dan saling menatap. Setelah Aldo menjelaskan semua yang terjadi padanya dan Tania. Ketegangan akan terjadi di malam ini.

Dilla, selaku mama Aldo, tak habis pikir dengan putra semata wayangnya yang ternyata telah menikah tanpa sepengetahuannya. Bagaimana bisa, anaknya menjadi kurang ajar seperti itu?

"Kenapa kalian menikah tanpa restu dari kami dulu?" tanya Daniel kepada anak dan menantunya.

"Gimana sama Tasya dan keluarganya nanti?" sambung Dilla menatap tajam anaknya itu.

"Aldo nikahin Tania, karena Aldo cinta sama Tania," ucap Aldo dengan menggengam erat tangan Tania.

"Dan untuk Tasya sama keluarganya, Aldo udah nggak ada perduli sama mereka."

Orang tua Aldo terkejut mendengar penuturan anaknya yang terdengar seperti membantah ucapan mereka.

"Aldo, kamu tau 'kan keluarga mereka udah banyak ngebantu kita!" tegas Dilla mengingatkan anaknya itu.

"Mah, Tasya cuman masa lalu Aldo. Dan Tania, masa depan Aldo!" ujar Aldo menekan setiap kalimatnya.

"Mulai sekarang, lupain Tasya. Terima Tania sebagai menantu Mama!" sambung Aldo.

Di tengah pertengkaran mereka, Tania hanya menunduk tanpa bersuara. Dia merasa bersalah atas apa yang terjadi hari ini. Jika dulu, dia tidak salah masuk kamar, mungkin pertengkaran keluarga mereka tidak akan terjadi.

Mungkin juga, rasa semua rasa sakit ini tidak akan pernah ia rasakan. Tetapi, ah sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur.

"Aldo, lebih baik kamu berpisah dengan wanita itu. Sebelum mama bertindak lebih jauh!" desak Dilla kemudian berjalan keluar dari apartemen.

"Papa nggak nyangka, ternyata anak papa udah sebesar ini," ucap Daniel membuat Aldo terkejut mendengarnya. Apa maksud papanya itu?

"Maksud Papa?"

"Perjuangin cinta kamu, Do. Masalah Mama, biar Papa yang urus," bisik Daniel di telinga anaknya. Setelah itu memberikan tepukan di pundak putranya itu setelahnya pergi dari apartemen menyusul istrinya yang keluar lebih dulu.

Hanya berdua di ruang tamu, membuat Tania dan Aldo merasa canggung. Aldo melihat Tania memaikan Jari-jemarinya, langsung menarik tubuh perempuan itu ke dalam pelukannya.

"Maaf, karena tadi gue udah nyakitin elo," lirih Aldo sembari memberikan kecupan di pucuk rambut Tania.

Perlakuan manis Aldo, membuat jantung Tania berdetak tak karuan. Hatinya berdesir membuat lengkungan indah terbit di bibirnya.

'I Love You, Do.' Ungkap Tania dalam hatinya. Saat ini, ia takut mengungkapkan langsung pada suaminya itu.

__Salah Masuk Kamar__

Ke esokan harinya ....

Tania berjalan menuju pasar. Pagi ini, dia akan memasak spesial untuk Aldo. Karena telah membelanya kemarin malam.

"Udah semua, Bang? Bungkus kalo gitu," ucap Tania pada penjual sayur-sayuran.

"Ini aja? Nggak mau yang lain, Mbak?" tanya pedagang sayur itu kepada Tania.

"Enggak, Bang. Itu aja."

Tania menerima kantung belanjaan yang penuh dengan sayur itu. Kemudia berjalan menuju taksi untuk pulang ke apartemen. Saat akan menaiki taksi, tiba-tiba saja, Dilla datang dan menarik tangan Tania menjauh dari keramaian.

Bruk!

Tubuh Tania di dorong kasar oleh Dila sampai dia terjatuh di jalanan. Tania meringis, setelah itu menatap penuh tanya pada mertuanya itu.

"A--apa maksud, Mama?" tanya Tania dengan nada gugup.

"Mama? Kamu panggil saya Mama?" Dilla mendekat dan mencengram kuat pipi Tania sembari menatap tajam gadis itu.

"Denger, saya bisa lakuin apapun untuk misahin kalian! Sebelum itu terjadi, lebih baik kamu tinggalin anak saya!" tegas Dilla melepas kasar cengraman pada pipi Tania.

"Tania nggak bakal ninggalin Aldo, Mah. Tania sayang sama Aldo." Ucapan Tania membuat Dilla melebarkan matanya. Kesal dengan apa yang menantunya itu katakan.

Plak!

"Sadar! Kamu itu bukan kalangan dari kami! Dan saya, nggak sudi punya menantu miskin kaya kamu!" cecar Dilla setelah itu berdiri dan menjauh dari Tania.

"Saya peringatkan sekali lagi, segera berpisalah dengan anak saya. Sebelum, kamu akan menyesal!" tegas Dilla kemudian pergi dari sana.

Tania duduk tak berdaya. Air mata sedari tadi terjatuh dari pelupuk matanya. Rasa sesak menjalar di dadanya. Apakah hidupnya sesial ini? Apakah dia tidak layak bahagia seperti orang-orang di luar sana?

Apa yang sebenarnya tuhan rencanakan dalam takdirnya?

___Bersambung___

Btw, konflik sudah dimulai. Harus sediakan tisu di part selanjutnya!

Salah Masuk Kamar [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang