08

2.4K 143 1
                                    

Tania berjalan di bawah guyuran hujan yang turun membasahi bumi juga dirinya. Gadis itu berjalan sembari memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan. Bahkan tubuhnya sudah menggigil sedari tadi.

Gadis itu tidak perduli dengan orang-orang yang memandangnya aneh. Pikirnya sedang kacau balau saat ini. Apa yang harus ia pilih? Meninggalkan suaminya atau tetap bersama suaminya? Tetap mendapat hinaan dan penderitaan atau memilih pergi?

"Akh!" ringis Tania saat kakinya tak sengaja menyandung batu di depannya. Darah segar mengalir dari ibu jari kakinya. Tetapi, gadis itu acuh dan tetap melanjutkan langkahnya.

"Gu--e ha--rus ke mana?" monolog Tania saat melihat persimpangan. Satu menuju apartemen Aldo dan yang satunya menuju jalan lainnya.

"Apapun yang terjadi, gue harus pulang ke apartemen," putus Tania sembari berjalan menuju apartemen Aldo.

Tok tok!

"Aldo," lirih Tania mengetuk pintu apartemen.

Tania tak kuasa menahan tubuhnya. Dia bersandar pada pintu apartemen karena lemas. Kemana Aldo? Apa dia tidak mendengar panggilan istrinya saat ini? Jika dibiarkan seperti itu, nyawa Tania akan menjadi taruhannya!

Tak lama setelah itu, Aldo membuka pintu. Pria itu terlihat kaget saat melihat tubuh istrinya ambruk di hadapannya. Untunglah dengan sigap, Aldo menahan tubuh Tania yang akan terjatuh ke bawah.

"Astagfirullah, Tania!" pekik Aldo saat melihat wajah istrinya pucat pasi dan tengah pinsan itu.

Tanpa berpikir panjang, Aldo langsung menggendong Tania ala bridal style dan membawanya ke dalam mobil. Tujuannya saat ini adalah rumah sakit. Membawa istrinya ke sana dan berharap para dokter bisa mengobatinya.

"Bertahan, Sayang. Sebentar lagi kita sampai."

****

Di koridor rumah sakit, Aldo menatap cemas pada ruangan tempat istrinya tengah diperiksa. Beberapa kali, lelaki berkulit putih itu memanjatkan do'a pada-Nya untuk kesembuhan sang istri.

"Gimana, Dok, keadaan istri saya?" tanya Aldo saat melihat dokter keluar dari ruangan istrinya.

Dokter itu melepas stetoskop yang bertengger di telinganya. "Bapak tidak usah cemas, istri anda baik-baik saja. Jika saja bapak tadi terlambat sedikit saja, maka istri anda tidak akan tertolong," jelas dokter yang diketahui name tag nya bernama Ryan itu.

"Terima kasih, Dok," ucap Aldo menjabat tangan dengan dokter Ryan.

"Sama-sama. Kalau begitu, saya duluan ya. Masih banyak urusan," ujar dokter Ryan kemudian berjalan meninggalkan Aldo.

Aldo melangkah masuk ke dalam ruangan Tania. Di mana gadis itu tergeletak tak berdaya di atas ranjang rumah sakit. Ditambah selang infus yang ada di tangan Tania, membuat hati Aldo semakin merasa bersalah. Tadi, tidak seharusnya dia membiarkan Tania pergi seorang diri ke pasar. Seharusnya sebagai suami, Aldo menemani istrinya itu.

"Maaf, Tan," lirih Aldo sembari menggengam tangan Tania.

"Gue emang nggak becus, jadi suami. Gue emang bego, Tan!" Aldo memukul brutal kepalanya sendiri. Dia merasa sangat bersalah kepada Tania sampai membuatnya masuk rumah sakit.

Gerakan Aldo membuat Tania membuka matanya perlahan. Dia terkejut melihat Aldo yang memukul-mukul kepalanya sendiri dengan brutalnya. Tak mau terus-terusan Aldo menyakiti dirinya, Tania mencekal tangan Aldo. Walau kekuatannya saat ini sangatlah lemah.

"Aldo, berhenti nyakitin diri sendiri," lirih Tania saat Aldo berhenti memukul kepalanya sendiri.

Aldo mendengar penuturan Tania, langsung berhambur ke pelukan Tania. Walaupun Aldo membuatnya masuk rumah sakit, tetapi Tania masih saja memikirkan suami yang tak becus seperi Aldo itu.

"Maaf, Tan," lirih Aldo di dalam pelukan Tania. Wajahnya yang basar oleh air mata membuatnya enggan untuk menatap Tania.

"Iya. Aku maafin. Jangan pernah nyakitin diri sendir ya?" ucap Tania dengan nada seraknya.

"Iya." Aldo menghapus air matanya dan melepas pelukan mereka. "Gue janji bakal ngelindungin lo. Ini adalah janji dari seorang Revaldo Daniel Attala!"

Sebuah senyuman terbit di bibir pucat Tania. Ternyata keputusannya kembali tidak membuatnya menyesal. Malah dia bersyukur karena keputusannya itu, membuat suaminya berjanji untuk melindunginya. Dan juga mendapatkan perhatian dari Aldo adalah suatu keberuntungan.

"Kenapa lo tadi hujan-hujanan?" tanya Aldo menatap serius pada istrinya.

Glek!

Tania yang mendapat pertanyaan itu, hampir tersedak ludahnya sendiri. Bagaimana ia menjelaskan kepada suaminya itu jika mamanya lah yang membuatnya seperti ini.

"Umm ... anu, itu ...."

"Tania. Bicara yang jelas!" tegas Aldo menatap tak suka Tania.

Tania cukup tersentak mendengar nada bicara Aldo yang terdengar sangat tegas. Perempuan itu memilih menghela napas sebelum menceritakan yang sebenarnya pada Aldo.

Hufh

"Jadi, mama kamu tadi nemuin aku di pasar."

"Mama? Ngapain?"

"Negasin yang semalem. Yang nyuruh kita buat pisah. Mama kamu ngancem kalo kita nggak segera pisah, maka mama yang akan ngebuat kita berpisah. Aku takut, Do," jelas Tania. Kejadian tadi pagi berputar kembali di memorinya. Kejadian yang membuatnya ingin mengakhiri hidupnya sendiri.

Aldo menggengam tangan Tania kemudian memandang teduh mata perempuan yang berstatus istrinya itu. "Cara apapun yang mama lakuin, percaya sama gue. Nggak akan ada yang misahin kita," ucap Aldo setelah itu memberikan satu kecupan di kening Tania.

'Iya, Do. Aku juga berharap cara apapun yang dilakukan mama, nggak akan bisa misahin kita. Ya Rabb, jangan biarkan mama merusak hubunganku dan Aldo'

____Bersambung____

Apa yang kalian lakuin ke mamanya Aldo kalo ada di posisi Tania?

Salah Masuk Kamar [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang