Dunia sihir beserta isinya
milik J.K Rowling
.
.
.
.
Selamat membaca :)Xius memakai kemeja hitam lengan panjang diatas kaos hitam lengan pendeknya. Dia sedang memasang kancing kemejanya ketika Kanha tiba-tiba menghentikan permainan serulingnya.
"Malam-malam pun kau mengenakan pakaian hitam", ujar Kanha, dia duduk di tempat tidur dan menunjuk-nunjuk Xius dengan serulingnya. "Mau jadi kelelawar?".
"Diamlah, kau seperti baru mengenalku saja", tukas Xius. Dia telah selesai dengan kancing kemejanya dan beranjak menghampiri kopernya.
"Bukan begitu, aku heran kenapa banyak cewek yang suka kepadamu, padahal fashion mu sangat monoton", Kanha berkomentar.
Sementara Xius menyeringai, "Karena aku tampan, Kanha. Memakai apapun, cewek-cewek pasti tetap tertarik kepadaku".
"Kau ini percaya diri sekali-", Kanha merengut, "Tapi kenapa tidak satupun dari mereka yang mendekatimu ada yang kau dekati balik?".
Wajah Xius memerah seketika, dia teringat kepada Alhena -tentu saja, meskipun kepercayaan diri yang tadi Kanha bicarakan hilang seketika saat dia bertemu dengan gadis kecil Black itu.
"Er.. um.. itu..", dia menjawab dengan gugup, bahkan dia jadi lupa mau mengambil apa dari kopernya."Woah!", jerit Kanha, melompat dari duduknya dan berdiri diujung tempat tidur.
Xius yang ada disamping tempat tidur Kanha dan melihat tingkah sahabatnya itu mengernyit, "Kau kenapa?".
Wajah Kanha seperti dia baru saja melihat sesuatu yang mengerikan, "Jangan-jangan.. jangan-jangan kau suka kepada cowok!".
Xius langsung memelototi Kanha, dia mencoba meraih apapun yang ada didekatnya -dan dia menemukan sepatunya. Langsung saja, Kanha dia timpuk dengan sepatu itu dan tepat mengenai wajahnya.
"Jangan sembarangan kalau bicara, Maholtra!", katanya kesal, "Aku sudah punya cewek yang kusuka tau!".Kanha yang terjengkang sekarang sedang mengelus wajahnya yang memerah berbentuk alas sepatu, kemudian dia berkata, "Aku kan becanda, Snape!", lalu dia bergumam, "Aduh.. sakit sekali".
Xius yang masih kesal akhirnya menemukan apa yang dia cari di kopernya; segulung perkamen kosong, sebotol tinta, dan sebuah pena bulu.
Dia kemudian memungut buku Telaah Muggle dari nakas, "Aku mau ke pondoknya Paman Jack!", pamitnya kepada Kanha -yang melemparkan sepatu Xius ke pintu saat si pemilik sepatu menutup pintu itu dari luar.
•••
Butuh beberapa kali ketukan di pintu sampai Jack membukanya, "Oh kau, masuklah".
Xius langsung duduk di satu-satunya meja yang ada disana.Pondok itu tidak luas, hanya ada ruang tamu, satu kamar, dan dapur. Tapi tempat ini bersih, sama sekali berbeda dengan pondok Hagrid. Perapiannya rapi, diatasnya menggantung gitar tua yang bertambal sana-sini, juga sebuah ukulele kecil yang masih bagus bersandar dibawahnya.
"Hey, dimana gitarmu?", kata Jack setelah kembali dari dapur dengan dua gelas dan se-teko kopi, "Kenapa malah bawa alat tulis?".
"PR Telaah Muggle, paman", kata Xius sambil memasang muka melas, "Masak menulis essay setengah meter hanya diberi waktu satu hari".
Jack menuangkan kopi, "Biasanya kau tidak masalah dengan itu".
Xius menempelkan jidatnya ke meja, "Tapi kan seharusnya malam ini aku belajar kunci balok denganmu".
"Kita bisa melakukannya lain kali", jawab Jack, mengoper salah satu cangkir kearah Xius dan menarik buku Telaah Muggle yang Xius bawa, "Memang essay tentang apa?".
KAMU SEDANG MEMBACA
The Touch of Destiny | Lexius Snape
FanfictionMengambil latar sembilan belas tahun setelah kejatuhan Pangeran Kegelapan. Lexius Snape, putra dari mantan agen ganda. Memiliki kepribadian yang sedikit berbeda dari ayahnya, dia sedang berbelanja keperluan tahun keempatnya ketika dia bertemu seseor...