Dunia sihir beserta isinya
milik J.K Rowling
.
.
.
.
Selamat membaca :)
Rasa curiga yang sempat muncul dalam benak Jack Christoph masih kalah dengan rasa berbunga-bunga di hatinya. Dia berjalan-jalan di halaman kastil bersama ukulele nya, bermandikan cahaya jingga dari matahari di ufuk barat, saat ini dia memang sedang tak ada pekerjaan di rumah kaca.Senyum yang terus tersungging di bibirnya itu menunjukkan betapa senangnya dia, kemudian dipetiknya ukulele yang menggantung di lehernya itu lantas dia bersenandung
"Oh please, help me to tell her how I feel.." (1)
Baru satu baris lagu yang Jack nyanyikan, dia dibuat terkejut ketika melihat Lexie berjalan setengah berlari menyeberangi halaman kastil. Dan jika diperhatikan lagi, wanita itu terlihat seperti menutupi wajahnya -dilihat lagi oleh Jack dan dia tau, bahwa Lexie sedang menangis.
Maka asisten profesor Herbology itu memutuskan untuk menyusul Lexie, Jack terus mengekor sampai akhirnya berhenti karena Lexie menaiki tangga menuju Menara Astronomi -salah satu tempat yang coba Jack hindari.
Dia meraba kepalanya, tiba-tiba saja rasa sakit ketika Severus membantingnya tempo hari muncul kembali. Mendadak dia dirasuki perasaan bersalah atas apa yang ia lakukan bertahun-tahun yang lalu.
Tapi dia harus tau apakah Lexie benar-benar menangis, jika Lexie menangis setelah mengikuti Severus yang buru-buru keluar tadi maka tangisnya itu pasti ada hubungannya dengan apa yang membuat Severus pergi tanpa pamit.
Jack harus naik, jika memang Severus telah mencurangi Lexie maka tak ada alasan kalau pria itu akan datang dan dia pula tak kan punya kewenangan untuk melempar Jack dari atas Menara Astronomi. Maka setelah menimbang beberapa saat, Jack Christoph akhirnya menaiki tangga.
Ketika telah sampai, dia melihat wanita yang ia cintai sedang berdiri membelakanginya "Dia.. menangis" gumam Jack.
Jack melangkah mendekat, kemudian dengan ragu-ragu dia mencoba berbicara "M..maaf- P..profesor Prince?"
Dari gestur tubuhnya, Lexie nampak terkejut dan buru-buru mengusap air matanya. Jack yang mengerti itu menghela nafas dan tiba-tiba saja sebuah oemikiran muncul di otaknya. Dia merasa sudah terlalu lama berusaha menghindar, kali ini dia akan bersikap masa bodoh, kemudian memejamkan matanya sejenak dan dalam benaknya dia mengumpat
'persetan dengan masa lalu, persetan dengan Severus, wanita yang kau cintai sedang menangis di depanmu! Tak adakah hal yang bisa kau katakan?'
"Menangislah-" kata itu tiba-tiba saja meluncur dari mulut Jack "Menangislah sepuasmu jika itu membuatmu lebih baik.." dia menunda kalimatnya beberapa detik sampai akhrinya "..Lexie."
Wanita itu berbalik dan menatap pria berkacamata dihadapannya, dia bisa melihat dibalik kacamata Jack -mata yang biasanya dipenuhi rasa gugup dan keraguan itu kini berubah tajam dan tegas.
Mulut Lexie terbuka, air matanya mengalir lagi. Dia lantas menerjang dan mendekap Jack dengan erat dan menangis tersedu di pundaknya.
Jack sendiri telah menjatuhkan ukulele nya sebagai respon dari keterkejutannya atas tindakan Lexie yang tiba-tiba itu, namun kemudian dia mengusir segala macam rasa ragu dan beban masa lalu -lantas balas memeluk Lexie.
Sementara wanita itu masih menangis, bahkan ia tak segan-segan memukul punggung pria yang dipeluknya seolah melampiaskan semua emosinya. Dan si pria tetap diam, ia mengerti sakit di punggungnya itu tak ada apa-apanya dibandingkan sakit yang Lexie rasakan dalam hatinya. Dia tetap diam, membiarkan Lexie memuaskan kejengkelannya, dia tetap diam membiarkan bahunya basah akan air mata wanita yang dicintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Touch of Destiny | Lexius Snape
FanficMengambil latar sembilan belas tahun setelah kejatuhan Pangeran Kegelapan. Lexius Snape, putra dari mantan agen ganda. Memiliki kepribadian yang sedikit berbeda dari ayahnya, dia sedang berbelanja keperluan tahun keempatnya ketika dia bertemu seseor...