Ch. 20 Truth

222 40 25
                                    

Dunia sihir beserta isinya
milik J.K Rowling
.
.
.
.
Selamat membaca :)

Lexie terbangun dengan kepala yang masih pusing akibat alkohol yang dikonsumsinya tadi malam, dia duduk termenung selama beberapa saat di tempat tidurnya. Kemudian sedikit demi sedikit mengingat kembali apa yang terjadi semalam, bagaimana dia bisa berpindah dari Three Broomsticks ke kamarnya.

Jack, pria itu yang membantunya. Mungkin Lexie akan terbangun di meja Three Broomsticks yang berbau alkohol yang menyengat itu jika Jack tidak datang. Tapi lagi-lagi sikapnya berubah, sehari dia menghindar, sehari dia sangat peduli kepada Lexie. Entah apa yang ada dalam benak pria pirang itu.

Setelah mengusap wajahnya dengan kasar, Lexie beranjak untuk membersihkan diri –dia tak buru-buru sebab hari ini dia tak punya jadwal mengajar. Setelah berpakaian, ia keluar dari kelas Telaah Muggle.

Meskipun ingatannya yang samar-samar menampilkan bahwa semalam Jack memberitahunya bahwa Severus pergi tiga hari, ia toh akhirnya naik ke Menara Kepala Sekolah –dan seperti yang diduganya, suaminya itu tak berada disana.

Kemana Severus pergi? Apakah dia pergi bersama Mira –si wanita perebut suami orang itu. Atau ada urusan di Kementerian? Ah, entahlah.

Wanita itu menutup pintu dan melangkah pergi, di koridor dia kembali mengingat kalimat Jack yang lain –bahwa Jack sendiri juga akan pergi selama tiga hari, tentunya dia dan Severus tidak pergi dengan tujuan yang sama kan?

Sedang menggeleng menanggapi pemikirannya sendiri, Lexie berbalik ketika seseorang memanggilnya.

"Mum!"

Itu Xius, berlari mendekat –memakai seragam Quidditch dengan sapu di pundaknya.

"Hai, son" sapa Lexie.

"Hey.." kata Xius, menatap wajah Lexie dengan pandang menyelidik "Mata mum merah.."

Lexie yang menyadari kebiasaan baru putranya itu tertawa kecil "Ya" katanya tak berusaha mengelak "Mum semalam.. minum-minum sedikit."

"Ah! Mum!" Xius menggeleng "Minum-minum itu tidak baik!"

Wanita itu mengusap rambut Xius "Apa salahnya minum? Lagipula mum hanya minum sedikit."

"Tapi mum tak biasanya seperti itu, jangan diulangi lagi ya."

Ditatap oleh Lexie wajah putranya, kemudian ia tersenyum sembari mengusap pipinya.

"Oh ya, mum, dad sedang tidak ada disini, ya?"

"Begitulah, mum tak tau kemana, dengan siapa, dan untuk urusan apa dia pergi."

Xius yang melihat ibunya memandang kedepan dengan pandangan menerawang jauh itu –mengeratkan giginya, tangannya terkepal selama beberapa saat, seolah-olah sedang menahan ledakan dari dalam dirinya. Kemudian dengan tiba-tiba dia memeluk sang ibu.

"I love you, mum."

Meskipun terkejut, Lexie menjawab "I love you too, son."

Setelah melepaskan pelukannya, Xius berkata "Mum tak usah memikirkan dad dulu, hari ini tim Quidditch asrama ku mendapat kebebasan dari mengikuti semua kelas untuk berlatih. Aku baru saja akan ke lapangan Quidditch, mum mau ikut?"

"Ke lapangan Quidditch?"

"Ya, mum, Paman Harry bilang dia selalu merasa bebannya berkurang ketika ia mengudara dengan sapunya. Kenapa mum tidak coba?"

Lexie tersenyum, dia teringat akan trio Slytherin –teman-teman yang sangat baik yang ia dapatkan saat pertama kali datang ke Dunia Sihir. Ketika itu, hari-hari Lexie juga sedang dinaungi awan hitam dan mereka menawarkan untuk terbang. Sekarang, Xius pun demikian.

The Touch of Destiny | Lexius SnapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang