3. 💮 Life Must Go On

28.2K 3.2K 232
                                    

"Cieee, yang manten anyar, berapa kali seminggu?"

"Apa sih Lin." Mukaku bersemu merah, begitu Linda membuka pintu dan pertanyaan pertamanya sangat menjurus. Dia sama saja dengan yang lain, masih mode bully manten anyar . Linda hanya tertawa, dan mempersilahkanku masuk.

Hari ini, aku mengambil cuti untuk menemaninya sidang putusan, setelah beberapa waktu lamanya menjalani proses yang lumayan melelahkan. Hari ini, Fahmi dan Linda resmi bercerai.

Tak ada kesedihan di wajahnya, Linda terlihat kuat, padahal aku tahu betul dia cinta mati pada Fahmi sejak pandangan pertama masa sekolah dulu. 

Ah Lin, aku nggak tahu harus menghibur bagaimana. Melihatmu yang kuat, aku pun tak boleh menunjukkan kesedihan, kamu tentu tak suka tatapan mata orang yang mengasihani nasibmu. 

"Ibuuuuk." Aku merentangkan kedua tangan, menghambur kepelukan seorang wanita sebaya Ummi yang tengah duduk menemani Adel bermain di ruang tengah. Memeluknya erat. 

"Manten anyar ambune bedo." (Pengantin baru, bau nya beda)

Aku nyengir, melonggarkan pelukan dan mencium tangannya takzim, beliau juga terlihat ikhlas dengan keputusan yang diambil Puteri Sulungnya. 

"Masih dua jam lagi, duduk aja dulu, kita ngobrol-ngobrol, lama gak quality time kan kita." Linda ke dapur, membuat minuman. Aku mengangguk, "Bram mengizinkan kan tadi?" tanyanya, masih dengan berkutat di dalam dapur. 

"Aman, sudah kukasih deposit tadi biar gak rewel." 

"Bahasamu Mak." 

Aku nyengir, "Katanya manten anyar ambune bedo." 

Kami bertiga tertawa. Ah, aku gak boleh menunjukkan mata sedih, aku harus bisa menguatkan keluarga ini. 

Teras samping adalah andalan, salah satu tempat favoritku dan Linda ketika curhat selain ruang tengah yang homey. Kami memilih duduk mencangkung di sana, ditemani teh dan zuppa soup bikinannya. Jam di pergelangan tanganku juga masih setengah delapan pagi. 

"Gimana rasanya menikah?" tanya Linda. Aku nyengir, rasanya lama sekali kami tidak duduk berdua seperti ini, terakhir saat malam akad pernikahanku, setelahnya kami hanya bisa komunikasi via ponsel, aku sibuk adaptasi kehidupan baru, dia juga sibuk dengan proses perceraiannya.

"Yach begitulah," jawabku pelan, takut salah menjawab, "tiga minggu masih adaptasi, masih kaget-kaget." aku meringis. 

"Wajar, kamu kelamaan jadi anak kos, sering bodo amat juga kan urusan makan, tiba-tiba harus ngurus laki-laki dengan karakter dan kebiasaan yang berbeda." 

" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Just Marriage (JPB Sesi 2) [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang