Up lagi 🤫
Doakan lah yaaa, nggak mager dan moody, jadi bisa lancar Up nya 🤭*****
Hati-hati dalam membuat doa ataupun berandai-andai. Itulah yang dialami Mas Bram. Setelah tadi pagi dia bilang andai bisa dibalik, maka setelah sarapan semuanya mewujud nyata.
Tanpa diduga tiba-tiba saja dia mual hebat dan mutah-mutah. Kalau tadi pagi dia yang panik, maka sekarang aku yang panik.
"Mas, gak papa?" aku mengusap-usap punggungnya, sudah tiga kali Mas Bram mengeluarkan apa yang tadi menjadi sarapannya. Sekarang terduduk lemas di ruang makan, kusodorkan teh hangat manis, berharap bisa mengganti cairan yang hilang dan menjadi tenaga.
"Mual banget?" tanyaku khawatir.
"Iya, gak tahu nih tiba-tiba." dia mengusap wajahnya, terasa pening.
"Tadi pagi kan berandai-andai," tegurku kalem, dia terpaku beberapa saat.
"Masa sih?bisa gitu dipindah? Serius rasanya muneg-muneg." dia menutup mulut dan kembali ke kamar mandi luar yang ada di dekat dapur.
"Diantar Dipta ke dokter ya." tanganku meraih ponsel dan menghubungi Dipta, rupanya dia baru bangun tidur.
***
"Kalian yang berbuat, kenapa ane yang ribeeeeeeeeeettttt."
Aku tertawa mendengar omelannya, meski begitu dia langsung cabut tanpa mandi dan melesat datang ke rumah, bahkan ikut panik saat melihat Mas Bram mutah untuk kesekian kalinya.
"Ini masih jam tujuh pagi, dokter mana yang buka ya?" dia ikutan bingung.
"Apa ke bidan aja? Bidan buka jam segini sih, bidan Nanik di gang sebelah," usulku.
"Ya kali Rin, Bram meteng, masa iya kubawa ke Bidan, malu sama otot." (meteng = hamil)
Aku tertawa terpingkal-pingkal. Iya sih membayangkan dua laki-laki dengan lengan berotot bisep datang ke bidan, satunya lesu satunya bugar. Lucu jadinya.
"Yaudah, Mas Bram pake daster aja."
"Gak lucu Kariiiiin."
"Hahahahah." aku tertawa terpingkal-pingkal lagi. Herannya, aku sama sekali tak lagi merasa mual. Bisa gitu ya kebalik kondisinya.
**
"Ini hanya sindrom kehamilan simpatik." Bu Nanik tersenyum geli. Well, kami akhirnya membawa Mas Bram ke bidan Nanik yang jam layanannya buka dari jam enam pagi.
"Seperti apa itu Bu?" tanyaku penasaran.
"Couvade syndrome atau sindrom kehamilan simpatik itu terjadi bisa pada Suami atau teman dekat Mbak Karin, Mas Dipta juga misalnya." Bu Nanik tahu Dipta tentu saja. Beliau teman satu pengajian Ummi dan Tante Siwi di tingkat kelurahan, apalagi Ummi dan Tante Siwi juga kader Posyandu di bawah binaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Marriage (JPB Sesi 2) [TERBIT]
Ficción General"Telat lagi kan Mas jadinya, beberapa hari ini kita telat terus lho Mas, kan gak enak sama Bu Titi. Kenapa Mas suka pagi sih, jadinya ketiduran lagi kan??" -Karin- "Pengennya pagi Rin, mau gimana lagi." -Bram- Ada yang bilang, ISTRI seperti Kota de...