"Sialan!!!Gebetan ane, ente embat juga."
Dipta, meraih leher Mas Bram dan meletakkannya di ketiak, memberinya jitakan kesal tak peduli posisi mereka ada di depan lobi kantor. Mas Bram pun tak mau kalah, dia mendorong Dipta dan ganti meraih kepala lelaki itu, gantian menjitaknya.
Aku, yang berdiri tak jauh dari mereka hanya bisa tertawa geli. Aku tahulah, mereka tak serius bertengkar.
"Ente kelamaan. "
"Beraninya ente hah!"
Beberapa karyawan yang melihat sempat berhenti karena heran. Tapi dengan segera aku mengklarifikasi kalau keduanya sahabat lama yang baru bertemu. Puas melampiaskan rindu yang menurutku aneh, Dipta memandangku.
"Hai Rin, long time no see." Dia melambaikan tangan, dan kubalas dengan menangkupkan kedua tangan di depan dada, "tambah cakep aja."
"Gak usah genit, Bini ane." Mas Bram merapikan kemejanya, menyisir rambutnya dengan jari. Astaga, ketika berantakan di mataku justru terlihat lebih manly.
"Sombong! Sing pamer bojo." (yang pamer istri)
Keduanya melirik sinis dengan napas sedikit ngos-ngosan setelah adu jitakan, lalu tertawa sambil berpelukan. Persahabatan laki-laki memang aneh.
"Ngopi di ruanganku saja Dip." Mas Bram mengajaknya masuk.
"Gendeng, wes dadi Bos ae rek." Dipta mengekor langkah kami, setelah meminta supir keluarganya menunggu sebentar di parkiran kantor. Supir yang menjemputnya tadi di bandara.
(Gendeng, wes dadi Bos ae rek = Gila, sudah jadi Bos aja Bro.)
"Gak lali boso jowone yo, masio suwe ndik Amerika."
(Gak lupa sama bahasa Jawa ya, meski lama di Amerika)Dipta tertawa. "Gak lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Marriage (JPB Sesi 2) [TERBIT]
Fiksi Umum"Telat lagi kan Mas jadinya, beberapa hari ini kita telat terus lho Mas, kan gak enak sama Bu Titi. Kenapa Mas suka pagi sih, jadinya ketiduran lagi kan??" -Karin- "Pengennya pagi Rin, mau gimana lagi." -Bram- Ada yang bilang, ISTRI seperti Kota de...