ini adalah kali pertama hyunjin merasakan bahwa latihan rutin yang biasa dia jalani menjadi dua kali lipat begitu melelahkan. seluruh persendiannya ngilu, sulit di pakai untuk membuat gerakan luwes dan ujung-ujungnya justru bentakan dari sang coach serta tatapan bingung (yang lagi-lagi) di lontarkan member lainlah yang hyunjin dapat.
"kalau kau terus bermalas-malasan seperti ini, akan lebih baik jika kau segera mengemasi barang-barangmu. berhenti menjadi idol dan kembalilah ke ketiak kedua orang tuamu!"
bentakan sang pelatih benar-benar terasa menyakitkan untuk di dengar. hyunjin hanya bisa menduduk sembari melingkarkan kedua lengannya di depan perut, entah refleks dari mana seolah tidak ingin kehidupan yang masih serupa gumpalan darah di dalam perutnya itu menerima bentakan-bentakan tak mengenakkan dari orang lain.
"m-maaf coach."
"apa minta minta maaf bisa membuat gerakanmu jadi lebih baik? apa dengan minta maaf kau tidak akan merusak formasi?"
"sayaㅡ" hyunjin tercekat. matanya yang berair menatap satu persatu membernya seakan meminta bantuan bahwa dia tidak bisa terus-terusan disudutkan seperti itu.
tapi nampaknya memang tidak ada yang berani buka suara karena tidak ingin mendapatkan masalah. bahkan jeongin terlihat mengepalkan tangan sembari memalingkan wajah di tempatnya, mungkin merasa tidak kuat manakala sang kakak harus di bentak oleh pelatih mereka.
"izin bicara coach, hyunjin baru sembuh dari demam. saya tidak bermaksud menyela, tapi saya harap coach bisa memakluminya."
setelah keheningan yang mencekam akhirnya suara changbin berhasil mencairkan suasana. pria itu setia dengan raut datarnya saat berbicara, masih sambil mengangkat tangan di samping badan seolah memberi tanda agar dirinya diizinkan untuk menyampaikan pendapat.
beruntung sang pelatih tidak berusaha melanjutkan argumen. dia hanya menatap hyunjin dengan dalam sebelum berbalik menjauhi 7 orang yang ada di dalam ruangan.
"kembalilah latihan. dan seungmin, laporkan progresnya padaku setelah sesi kalian selesai."
seungmin membungkukkan badan sekali guna mengiringi kepergian pelatih tari mereka. melalui kode tatapan mata dia perintahkan semuanya kembali ke tempat masing-masing. tidak ada yang berani membuka percakapan, hanya sesekali felix dan minho yang terlihat mendebat sesuatu menggunakan suara pelan sebelum changbin mengintrupsi keduanya.
sementara hyunjin yang berada di posisi belakang sudah tidak memiliki apapun untuk membela diri. ini salahnya, semua kekacauan yang baru saja terjadi adalah akibat dari dirinya yang terlalu lemah.
genangan embun di sudut mata dia usap dengan sedikit kasar. pun kepala yang sejak tadi terus menunduk perlahan mendongak untuk melihat kaca luas di depan mereka dengan harapan fokusnya bisa kembali.
satu tatapan mata menarik atensi. itu seungmin yang melihatnya dengan raut tidak terbaca, tapi hyunjin asumsikan ada emosi yang meledak-ledak terlihat dari bagaimana tegangnya wajah pria itu. jika tidak ada siapapun mungkin saja hyunjin sudah habis di caci maki oleh si pemuda kim.
sampai sesi latihan dilanjutkan kembali hyunjin terus saja mengalihkan pandangan, kemanapun agar tidak bertemu tatap dengan seungmin karena setiap pria itu berhasil mengunci pergerakan melalui pandangannya yang menusuk, setiap inchi tubuhnya seakan tengah dikuliti paksa. selain ucapan tajam yang menyakitkan hati, tindakan tak tertebak yang kerap dilakukan pria virgo itu adalah alasan lain mengapa hyunjin begitu mengantisipasi eksistensi seungmin di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
decision | chanjin ✔
Fanfictionㅡ ❝ hyunjin berada dalam pilihan yang rumit, yakni terjebak antara harus mengorbankan kebahagiaannya, sang kekasih, atau para sahabat yang mengantungkan cita-cita mereka di tangannya. ❞ ㅡ DOM! chan, jisung, minho, changbin, seungmin. ㅡ SUB! hyunjin ...