O.3

3.1K 406 33
                                    

"semua akan baik-baik saja kan?"

hyunjin menatap kosong pantulan wajahnya yang tergambar di dalam cermin. pakaiannya benar-benar rapi malam ini. sebuah kemeja satin berwarna merah marun menyelimuti tubuh kurusnya dengan apik. celana hitam ketat menjadi pelengkap penampilan, memamerkan kaki jenjangnya yang kecil dan memesona.

wajah indah itu terpoles makeup tipis dengan garis eyeliner hitam membingkai mata, menambah kesan tegas yang kentara di sana. sementara bibirnya yang penuh dibubuhi perona merah muda, menciptakan ilusi merekah bercampur harum buah cheri yang menggoda.

tapi hyunjin tidak suka. apa yang dia lakukan ini bukan karena keinginannya, yakni semata-mata hanya untuk memuaskan nafsu manusia-manusia berkantung tebal di luar sana. dia menjual diri kalau boleh dikatakan secara kasar. nyatanya memang iya, hyunjin tidak akan menampik itu. malam ini, atau mungkin seterusnya, dia tidak akan lagi menjadi hyunjin yang sama.

"maafkan hyunjin, ma." matanya terpejam ketika kedua telapak tangannya menangkup bandul salib perak yang menggantung di leher.

setelah doa-doa panjang selesai di ucapkan dalam hati, hyunjin mendongak lagi memperhatikan tiap detail pantulan wajahnya. entah doanya akan di terima atau tidak, namun hyunjin sudah mencoba. dia berjanji pada mamanya bahwa hyunjin yang manis akan selalu menjadi orang baik.

"hyunjin pasti bisa, hyunjin tidak selemah itu." senyum mengembang kecil di antara monolognya yang bertemankan sepi.

dia berbalik, pintu kamar mandi di tarik dengan perlahan. namun saat benda persegi itu berhasil di buka, apa yang menyambutnya membuat hyunjin nyaris terjerembab ke belakang. dia meringis kecil sembari memegangi tempat di mana jantungnya tengah berdetak gila-gilaan.

"s-seungmin?"

"kemana kau akan pergi dengan tampilan seperti itu?"

"a-akuㅡ"

"kau sudah terlihat sibuk sejak sore tadi dan sepertinya membuntuti gerak gerikmu adalah pilihan yang tepat."

"seungmin, k-kumohon, bisakah kita membahasnya nanti? aku sudah kehabisan waktu."

hyunjin hendak keluar namun pundaknya di dorong kembali dengan kuat hingga dia terduduk tepat di atas kloset kamar mandi. seungmin ikut masuk, tak lupa mengunci pintu seolah tidak ingin siapapun memergoki mereka berdua.

"katakan apa yang akan kau lakukan."

"aku..." hyunjin menggigit bibir, "maaf, a-aku tidak bisa mengatakannya."

"ah, begitukah?" pria virgo itu tertawa, tangannya mencengkram pipi hyunjin hingga sang empu memekik sembari memegangi tangannya, "ㅡkau ingin menjual wajah cantikmu ini? benar?"

"s-seungmin,"

cengkeramannya dilepas paksa. ngilu terasa merambat di sepanjang permukaan rahang hingga membuat sepasang manik jelaga sang pemilik berkaca-kaca. merasa takut, hyunjin hanya menunduk sembari menatap kakinya yang tidak terbalut apapun.

"aku akan terus mengawasimu. jika sampai kita gagal debut hanya karena kecerobohanmu, kujamin hidupmu tidak akan lagi tenang. camkan itu hwang hyunjin."

seungmin akhirnya pergi dan meninggalkannya dengan sebuah bantingan keras pada pintu. hyunjin masih tidak mengerti mengapa seungmin selalu bersikap kasar padanya, padahal mereka adalah rekan satu tim yang notabene sebentar lagi akan memulai debut. jika terus begini, hyunjin takut hubungannya dengan pria itu akan berjalan semakin memburuk.

"kenapa kau selalu memasang tatapan benci padaku, seungmin-ah?"

"kenapa kau selalu memasang tatapan benci padaku, seungmin-ah?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
decision | chanjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang