O.6

2.6K 342 5
                                    

chris mengalihkan pandangan dari grafik berbeda warna pada tabnya, beralih menuju satu sosok bermantel tebal yang baru saja keluar dari gedung agensi. pria rupawan itu memasang senyum kecil dan buru-buru membuka pintu di sebelahnya kala sosok yang dia tunggu kurang lebih selama 10 menit tersebut masuk tanpa kata.

"hai, hyunjin." chris menyapa dengan nada kasual, tak lupa membubuhkan segaris senyum tipis di bibirnya yang seksi.

tapi reaksi hyunjin setelahnya tidak membuat chris begitu senang karena hyunjin hanya memberikan balasan 'hai' kecil dengan suara yang pelan.

"apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

"bisakah kita jalan terlebih dahulu?" hyunjin meminta. walau tidak harus mengatakannya, chris tau bahwa hyunjin baru saja menangis. terlihat dari bagaimana sembabnya kedua kelopak mata anak itu.

"secara teknis kita memang hanya dua orang yang terikat kontrak sebagai 'partner', tapi tidak ada satu pasal pun di dalam aturan yang melarang dirimu untuk bercerita."

"aku baru saja bertengkar dengan kekasihku."

"apa?"

suara decitan ban mobil menggaung ditengah sepinya jalanan saat chris dengan mendadak mengerem hingga membuat dua insan di dalam kuda besi itu nyaris terjerembab ke depan jika saja sabuk pengaman tidak terpasang.

hyunjin menatap chris bingung sembari memegang dada tempat dimana jantungnya yang berdetak keras berada. sementara yang lebih tua terlihat kehilangan arah, sibuk menatap kekosongan di depan mereka.

"c-chris?"

"kau apa?"

"aku? apa? ada apa denganku?" tanya hyunjin keheranan. chris sungguh aneh.

"kau bilang kau baru saja bertengkar dengan kekasihmu?"

"uh, y-ya. apakah ada yang salah dengan hal itu?"

"for fuck's sake hyunjin, tentu saja ada yang salah dengan itu!" chris mengerang frustasi. satu kepalan tangannya menepuk kuat roda kemudi, "kenapa kau tidak bilang padaku bahwa kau sudah memiliki kekasih?!"

"kau tidak bertanya." gumam hyunjin pelan. matanya takut di arahkan untuk menatap mata sang lawan bicara.

"sialan." tawa pelan meluncur dari bibir pria kelahiran australia itu. badannya disandarkan pada kursi guna meredam gejolak panas yang memaksanya untuk meluapkan rasa marah detik itu juga.

"ㅡini salahku, aku bodoh karena tidak menanyakan statusmu terlebih dahulu. perlu kau ketahui hyunjin, sebenarnya aku tidak suka terikat kontrak dengan orang yang masih memiliki hubungan dengan orang lain. itu terkesan.. konyol." chris melanjutkan.

"jadi.. apa kau akan membatalkan kontraknya? apa kau tidak akan membantuku dan grupku untuk debut?"

nada khawatir itu sarat akan rasa takut, chris tau itu. dia menatap hyunjin sekilas sebelum menghela napas lagi, "melihat wajahmu yang hampir menangis  membuatku tidak tega untuk memutuskan kontrak itu segera. jika bukan kau, akan kupastikan kontraknya selesai detik ini juga."

"lalu?" hyunjin bertanya dengan sedikit menuntut. waktu debut mereka tinggal menghitung hari dan jika tidak ada chris, maka tidak ada jaminan untuk grupnya akan bertahan lama di industri permusikan yang terkenal kejam.

"aku akan membiarkan kau yang memutuskan untuk lanjut atau berhenti. jika kau melanjutkan, maka aku tidak akan bertanggungjawab terhadap hubunganmu dengan kekasihmu."

"aku akan memilih melanjutkan kontraknya." satu jawaban keluar tanpa butuh waktu lama, "lagipula nasi sudah menjadi bubur. jisung mencurigaiku bermain di belakang, walau secara teknis  itu adalah sebuah kebenaran."

decision | chanjin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang