"5, 6, 7, 8, jump! "
"ㅡangkat tanganmu sejajar, usahakan untuk menyeimbangkan tinggi yang lain. powermu juga benar-benar kurang, jeongin."
suasana dalam ruangan medium yang satu sisian dindingnya penuh dengan kaca itu mendadak menghening. gerakan kompleks tanpa musik yang sejak tadi dipraktekkan oleh enam orang dalam ruangan terhenti begitu saja. objek yang menjadi bahan sindiran secara langsung oleh pria tinggi berambut abu hanya menunduk sambil terus menggumamkan kata 'maaf' berulang kali akibat perasaan bersalah karena ikut menghambat member yang lain.
"bisakah kita istirahat dulu? jeongin mungkin kelelahan." pria dengan fitur wajah rupawan cenderung manis menyela. maniknya menatap waspada saat sang sahabat nampak begitu tidak senang.
"ini bukan karena dia adikmu lantas kau memperlakukannya secara spesial begini kan?"
"bukan begitu, seungmin. kita sudah berlatih selama delapan jam dengan durasi istirahat yang begitu sedikit. semua yang ada disini juga kelelahan."
seungmin menoleh ke sekeliling, satu persatu wajah teman segrupnya ditatapi lamat-lamat. jelas sekali raut letih dengan hiasan keringat bercucuran itu memberikan pesan non verbal bahwa limit mereka telah dicapai.
"tapi waktu debut kita tinggal menghitung hari. tidak ada alasan untuk bermalas-malasan. kembali ke posisimu hyunjin, dan jangan menggunakan alibimu sebagai seorang kakak hanya untuk memberi keringanan pada jeongin."
"tapi seungminㅡ"
"tidak ada penolakan." balas pria itu dingin. tatapannya dipertajam hingga membuat hyunjin menunduk dan perlahan-lahan menyembunyikan tubuhnya di balik tubuh jisung.
"aku tau kau mungkin tertekan mengemban posisi sebagai leader. bukankah sudah kubilang saat sajangnim menawarkan posisi itu, seharusnya minho hyung yang menerimanya. dia jauh lebih siap dari segi mental dan pengalaman dibandingkan dirimu."
"jadi kau tak senang kalau aku yang memimpin kalian? apa ini hanya karena masalah usia?"
"itu salah satunya. kita lebih muda jika dibandingkan minho hyung dan changbin hyung. kau mungkin hebat dalam kemampuan menari dan menyanyi, tapi kontrol emosimu benar-benar buruk."
"apa kau bilang?!"
seungmin maju tiga langkah dengan gaya berapi, lantas menarik kerah kaus hitam milik jisung dan tanpa tunggu dua kali langsung melayangkan satu bogem mentah ke pipi sang empu.
"jisung!" hyunjin membantu jisung berdiri dengan hati-hati. rautnya menampilkan ekspresi ketakutan sekaligus tak percaya dengan apa yang barusan dia lihat.
"lihat? buktinya kau terpancing." jisung terkekeh sembari mengusap sudut bibirnya menggunakan ibu jari. dia kembali berdiri dengan bantuan sang kekasih, sengaja memasang ekspresi mengejek karena umpannya berhasil dilahap.
"berhenti kalian, bicarakan dengan kepala dingin. kalau sampai sajangnim tau masalah ini, kita akan mendapatkan sanksi." minho mencoba menjadi penengah.
tubuh dengan balutan kemeja navy itu perlahan berpindah kesamping seungmin untuk berjaga jikalau ada hal-hal yang tidak diinginkan kembali terulang. sementara changbin mengambil tempat disebelah jisung setelah mendapatkan kode melalui pandangan mata minho.
suasana menegang dalam beberapa waktu sampai akhirnya seungmin berdecih keras dan menyempatkan diri untuk mengumbar tawa dalam hitungan detik. bahu minho ditabrak ketika dia mulai berjalan menjauh dari sana. suara nyaring pintu yang ditutup menjadi penanda jika pria itu melakukannya dengan emosi.
"sekarang kita istirahat untuk sementara. aku akan mencoba berbicara dengan seungmin."
"bisakah aku ikut? aku juga merasa bersalah karena sempat mengatakan hal yang membuat moodnya memburuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
decision | chanjin ✔
Fanfictionㅡ ❝ hyunjin berada dalam pilihan yang rumit, yakni terjebak antara harus mengorbankan kebahagiaannya, sang kekasih, atau para sahabat yang mengantungkan cita-cita mereka di tangannya. ❞ ㅡ DOM! chan, jisung, minho, changbin, seungmin. ㅡ SUB! hyunjin ...