22

52 5 3
                                    

Lita dengan cepat menoleh. Ia bisa menangkap seorang laki-laki berlari dengan menggendong seorang gadis yang tidak sadarkan diri di punggungnya. Dengan seorang laki-laki lain dan 2 orang gadis yang tidak ia kenal ikut berlari di belakangnya.

Benar,  itu Nathisa.

Dengan cepat Lita langsung berlari menyusul keempat orang itu. Hatinya kalut. Rasa khawatir dan bersalah mulai menyelimuti dirinya.

"I..ini kenapa?" Tanya Lita terbata-bata.

Tidak ada yang sempat menjawab pertanyaan Lita. Mereka terlalu terburu-buru menuju UKS.

"UKS di lantai 2," kata si gadis berbaju biru itu. Ia menunjuk ke arah tangga di belokan koridor.

Kenzie dengan cepat menaiki tangga. Masih dengan Ica yang tidak sadarkan diri di punggungnya. Raka masih ikut berlari dengan panik. Juga Lita yang masih tidak tau apa yang terjadi tapi terlihat paling kalut diantara yang lain.

Gadis berbaju biru itu mengambil langkah di depan. Dengan sigap membuka pintu UKS itu. Memberi jalan sedikit pada yang lain agar memasuki UKS.

Kenzie bergegas menuju salah satu tempat tidur di sana. Ia membaringkan Ica yang masih tidak sadarkan diri. Pemuda itu menghela napas lega sekaligus lelah.

"Kalo lagi hari libur gini penjaga UKSnya nggak dateng. Gue panggilin anak PMR aja ya?" Kata gadis berbaju biru itu. Memang sejak tadi dia yang terlihat lebih aktif bertanya dibanding temannya.

"Jangan!" Tolak Lita segera. Membuat orang-orang disana menatapnya kaget sekaligus bingung. "Nggak usah panggil orang lain. Dia temen gue. Biar gue yang urus dia."

"Lo yakin?" Tanya Kenzie memastikan.

Lita mengangguk, "thank you ya kalian udah bantuin temen gue,"

"Ya udah kalo gitu kita tinggal ya," kata gadis berbaju biru itu ramah. "Kalo lo butuh obat atau yang lainnya lo bisa ambil di lemari sana," lanjutnya menunjuk lemari coklat 2 pintu di pojok ruangan.

Lita mengangguk ramah seraya tersenyum, "sekali lagi makasih ya,"

Gadis berbaju biru dan temannya itu akhirnya pergi meninggalkan ruang UKS. Kini hanya ada Lita, Kenzie Dan Raka di ruangan dengan nuansa putih itu.

"Nathisa!!!"

Lita, Kenzie, Raka kompak menolehkan kepala saat seseorang datang dengan tergesa-gesa. Dadanya naik turun merasa sesak karena harus berlari.

"Jo..." Panggil Lita pelan.

"Kalo gitu kita pergi dulu," pamit Kenzie ramah. Ia menyenggol pundak Raka memberi isyarat untuk segera pergi dari ruangan ini.

"Bentar," tahan Lita membuat Kenzie dan Raka yang hendak melangkah pergi jadi menahan diri kembali.

"Kalian temennya Arga kan?" Tanya Lita membuat Kenzie dan Raka kompak menganggukkan kepala bersamaan.

"Kalian yang tadi gendong Nathisa kesini, apa kalian tau dia kenapa?"

"Kita nggak tau," kali ini Raka yang angkat bicara. "Waktu kita lewatin toilet cewek tiba-tiba dua cewek tadi itu teriak histeris keluar dari toilet. Mereka bilang ada yang pingsan makanya Kenzie langsung nerobos masuk." Kata Raka menceritakan ulang kejadian tadi.

Kenzie melengos saja. Nggak sengaja lewat katanya? Padahal emang dia mau nyamperin cewek baju biru tadi buat minta ID Line.

Lita mengangguk mengerti. "Apa sebelumnya kalian liat ada yang mencurigakan?" Tanya Lita hati-hati.

"Maksud lo apa, Ta?" tanya Joshua kini ikut masuk ke dalam pembicaraan. Lita tidak menanggapi. Masih menatap Kenzie dan Raka menunggu jawaban.

Kenzie dan Raka diam, terlihat berpikir. Mereka mencoba mencerna apa maksud pertanyaan Lita dan mencoba mengingat kembali apa ada hal mencurigakan saat itu.

HaphephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang