24

37 6 1
                                    

Pagi itu Lita berjalan sendirian di koridor sekolah. Langkahnya bergerak cepat dengan tatapan mata yang menajam. Beberapa orang yang tanpa sengaja berpapasan dengannya menatapnya bingung sekaligus ngeri.

Lita berbelok ke area koridor IPS. Menuju deretan kelas 11 dan berbelok masuk ke kelas 11 IPS 4.

"Mana Raya?" Tanya Lita dengan nada membentak saat gadis tomboy itu memasuki kelas 11 IPS 4 membuat beberapa murid yang hampir semuanya adalah gadis-gadis jadi terlonjak kaget. Bahkan ada yang sampai latah pelan.

"Lo siapa? Raya enggak ada." Kata salah seorang gadis menjawab. Kini maju menghampiri Lita yang ada di depan kelas.

Lita mencoba memandang sekitar kelas. Mencoba mencari tempat duduk gadis itu.

"Dia duduk dimana?" Tanya Lita tidak mengindahkan pertanyaan gadis asing di hadapannya ini.

"Gue tanya lo siapa?" Tanya gadis itu lagi kini lebih tegas. "Ngapain lo dateng ke kelas orang teriak-teriak?" Tanya gadis itu tidak suka. Menurutnya tindakan gadis dihadapannya ini sangat amat tidak sopan. Gadis itu tiba-tiba saja datang ke kelasnya dan langsung marah-marah.

"Gue nggak kenal sama lo dan nggak ada urusan sama lo. Gue cuma mau tanya Raya duduk dimana?" Tanya Lita dengan mata melotot seperti akan keluar.

"Gue ketua kelas disini. Lo tiba-tiba dateng ke kelas gue dan bikin keributan. Lo pikir lo siapa?"

Tiba-tiba seseorang masuk dengan santai. Ia agak terkejut melihat perdebatan dua orang gadis di depan kelas itu. Membuat Lita dan si ketua kelas kompak menolehkan kepala ke arah pintu kelas.

"Lo ngapain?"

Gadis yang dicari Lita sejak tadi itu akhirnya buka suara. Ia merasa bingung kenapa tiba-tiba ada orang lain masuk ke kelasnya. Seingatnya tidak ada satupun di kelas ini yang mengenal Lita. Ah, kecuali dirinya.

"Gue tau lo ngelakuin sesuatu ke temen gue di toilet SMA Harapan waktu itu." Ucap Lita langsung to the point.

Gadis bernama Raya itu terkejut. Matanya melebar tapi ia masih berusaha untuk mengendalikan dirinya. Bahkan gadis yang tadi berhadapan dengan Lita pun juga menoleh kaget pada Raya. Beberapa murid yang ada di kelas juga sama terkejutnya. Kini mereka jadi diam mematung menonton keributan di depan kelas mereka.

"Gue nggak ngerti lo ngomong apa," Raya awalnya agak tersentak saat mendengar pertanyaan gadis itu. Tapi ia sebisa mungkin mengontrol ekspresi wajahnya dan mencoba tetap tenang.

"Nggak usah pura-pura bego deh." Ucap Lita pedas. "Lo pikir gue nggak tau lo dateng dari toilet dengan muka panik? Cuma lo aja ngeles ke temen-temen lo dengan bilang ada orang yang maksa minta id line lo makanya lo panik."

"Lo jangan sembarangan nuduh orang." Ucap gadis cantik tadi ikut membela teman sekelasnya. "Lo ada bukti apa sampe nuduh Raya ngelakuin sesuatu ke temen lo?"

"Gue emang nggak punya bukti. Tapi gue punya saksi yang liat dia keluar dari toilet ketakutan. Mungkin sekarang temen gue emang masih nggak mau cerita tentang masalah ini. Tapi gue pastiin temen gue akan cerita semuanya." Ucap nyalang, bahkan sampai menunjuk-nunjuk wajah Raya tepat di depan wajahnya. Raya sempat goyah sesaat sebelum kembali berusaha memasang wajah sengitnya.

Lita menatap Raya sengit. Lalu hendak bergegas keluar kelas. Raya yang tadi sempat bertatapan dengannya menarik napas dalam dan menghembuskannya keras. Ia benar-benar tidak menyangka gadis menyebalkan itu akan datang ke kelasnya dan mengatakan omong kosong itu hadapan teman-temannya kelasnya. Tentu saja ia merasa tersinggung. Merasa kesabarannya sudah habis saat ini. Ia langsung menyusul Lita keluar kelas dan menjambak rambut Lita membuat gadis itu menjerit kaget dengan kepala terdongak.

HaphephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang