23

51 6 0
                                    

Malam ini Lita menemani Ica di rumahnya, karena mama Ica harus menemui seseorang di rumah sakit. Mereka baru saja memesan makanan via aplikasi, saat ini tengah menonton drama di TV besar yang ada di ruang tengah rumah Ica.

Ponsel Lita berdering, menampilkan panggilan video disana. Lita jadi menoleh dan mendecak sebal karena tontonannya jadi terganggu. Ia meraih ponselnya malas lalu menggeser tanda hijau untuk menerima panggilan.

"Ganggu deh kan gue lagi nonton drama," omel Lita mengarahkan layar ponsel ke depan wajah.

Ica yang melihat itu jadi menggeser tubuh mendekat pada Lita agar wajahnya bisa terlihat di layar ponsel Lita.

Terlihat wajah tampan Dio yang tersenyum sampai kedua matanya menyipit membentuk eyes smile di layar, "nonton apa sih anjir serius banget lo?" Tanya Dio kepo. "Eh hai Sha," sapa Dio saat wajah Ica muncul di layar.

"Udah cepet official. Nunggu apa lagi sih?" Tanya Ica menggoda.

"Official apa njir lu kira kantor??" Tanya Lita menyeletuk asal.

"Official woyy bukan office," omel Dio yang emosi mendengar ucapan asal Lita tadi.

"Ya santai dong kok Lo sewot? Gue matiin nih ya," ancam Lita hendak menekan icon merah untuk mengakhiri panggilan.

"Jangan dong kan baru nelepon," kata Dio menahan. "Gue gabut njir temenin kek, anak-anak futsal masih pada galau gara-gara kalah tanding tadi,"

"Lo kan badutnya anak futsal ngelucu dong biar mereka nggak pada galau lagi," kata Lita santai.

"Eh apa gue ke sana aja ya ikut nonton sama lo berdua?" Tanya Dio sudah ngide sendiri. "Nggak apa-apa lah gue nonton drakor nonton drakor deh,"

"Nggak gue bukain pintu." Ucap Lita pedas.

"Buset galak banget itu kan rumah Nathisa bukan rumah lo." Kata Dio pada Lita. "Sha, usir aja temen kaya gitu mah," kata Dio kini pada Nathisa.

Nathisa cuma ketawa-ketawa aja liat kelakuan dua sejoli ini sambil menyemili kripik kentang kesukaannya.

"Eh Sha lo udah ngabarin Arga? Tuh anak tadi galau gara-gara lo pulang sama Joshua," kata Dio.

Ica tersentak. Baru ingat, tadi saat sampai di rumah ponselnya mati jadi langsung ia letakkan di kamar untuk diisi daya. Dan ia belum ada cek lagi sampai sekarang.

"Hp gue lagi di charge," kata Ica seadanya. "Nanti deh gue kabarin dia,"

"Tadinya gue pikir bakal ada adegan baku hantam Joshua sama Arga taunya enggak. Padahal gue udah galau mau dukung siapa. Dua-duanya temen gue soalnya," kata Dio.

"Tapi Ca kalo lo disuruh milih lo pilih siapa? Arga atau Joshua?" Tanya Lita ikut-ikutan.

Ica jadi diam. Apa-apaan tiba-tiba ditanya begitu? Lagian, Lita tuh nanya gitu kaya dua-duanya naksir Ica aja. Kan bikin Ica jadi merasa melambung sedikit.

"Apaan sih," ucap Ica merasa salah tingkah sendiri. "Milih apa coba?"

"Sha lo tuh harus tau, Arga tuh jarang banget care sama orang lain, apalagi cewek. Tapi sama lo dia se care itu. Bahkan waktu dia denger lo pingsan tadi dia langsung lari panik gitu." Kata Dio menggebu sudah seperti tim sukses Arga.

Lita mengangguk, "gue juga nggak pernah liat Arga kaya peduli gitu sama orang lain. Makanya gue nggak deket sama dia. Karena yang orang-orang tau Arga tuh orangnya cuek. Tapi liat, dia bahkan bisa deket sama lo. Jadi kan gue juga bisa tau kalo Arga ternyata seganteng itu." Kata Lita sudah berbinar sendiri mengingat bagaimana tampannya sosok Arga kalau dilihat dari jarak dekat.

Dio yang melihat itu jadi mencibir, "kalo deket udah gue unyel-unyel muka lo," sahut Dio sebal.

"Tapi Ca...." Ucapan Lita membuat Ica menoleh ke arahnya, menunggu melanjutkan. "Joshua kayanya naksir lo juga."

HaphephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang