01

345 24 1
                                    

"Lo serius?" Gadis itu menatap gadis lain dihadapannya dengan mata membulat terkejut. Tentu saja ia tak bisa tidak terkejut setelah mendengar cerita temannya itu.

"Iyaa," jawab si gadis berambut lurus dengan jepitan hitam kecil di atas kepalanya.

"Sekolah di tempat gue?" Tanya gadis itu lagi masih dengan tak percaya.

"Iyaa, lu kenapa sih shock banget gitu?" Tanya gadis dihadapannya seraya tertawa kecil.

"YAIYALAH GUE SHOCK!" Katanya ngegas membuat si cewek di hadapannya terkejut hampir terjengkang ke belakang.

"Ih Ta santai dong napa lo ngegas!" Kata gadis itu juga jadi sewot karena tiba-tiba disemprot begitu.

Gadis bernama Lita itu masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya ini barusan. Pindah ke sekolahnya? Serius?

"Ca, lo yakin? Ini ide siapa sih? Mama lo?" Tanyanya masih tidak bisa mencerna cerita temannya itu dengan baik.

"Gue kok yang minta. Lagian kata dokter Arfan tuh gue harus belajar juga buat muncul di depan banyak orang," kata gadis bernama Nathisa atau biasa disapa Ica itu menjelaskan. "Kalo gue terapi doang tapi guenya nggak berusaha juga kan sama aja boong,"

Lita menghembukan napas kasar. Mengambil gelas berisi jus mangga yang ada di depannya lalu meminumnya dengan tergesa.

"Di sekolah tuh rame, Ca. Banyak orang," kata Lita sambil meletakkan kembali gelas itu ke hadapannya.

"Ya kalo sepi mah kuburan kali," kata Ica asal. Ikut meminum jus alpukat miliknya.

"Trus nanti lo gimana?" Tanya Lita sudah gemas.

"Ya nggak gimana-gimana. Gue kan udah bilang mau berusaha sembuh."

Nathisa Malika atau yang biasa dipanggil Ica ini adalah penderita haphephobia, dimana dia tidak bisa mendapat sentuhan dari orang lain. Penyakit langka ini mulai muncul saat dia kelas 5 SD. Awal-awal penyakit ini muncul, Ica sama sekali tidak bisa bersentuhan dengan orang lain selain mamanya. Bahkan bertemu dengan orang lain pun enggan. Sampai akhirnya Ica dan mamanya memutuskan untuk pindah ke rumahnya yang sekarang ini mereka tinggali.

Penyakit Ica ini tentu saja bukan tanpa alasan. Gadis cantik itu memiliki trauma mendalam saat kecil sehingga dia merasa takut berhadapan dengan orang lain. Baginya, semua orang hanya ingin menyakitinya.

Selama ini Ica menjalani homeschooling. Awalnya cukup sulit karena Ica tidak terbiasa dengan orang asing yang mengajarinya. Tapi semakin lama, Ica mulai terbiasa. Ditambah lagi dengan terapi yang ia jalani. Dan sekarang ia bilang ingin bersekolah di sekolah umum. Makanya, Lita sangat terkejut saat Ica bilang akan sekolah di tempatnya. Dia takut hal-hal buruk akan terjadi pada sahabatnya itu.

"Ca, nanti, kalo lo sekolah di tempat gue, orang lain bisa secara sengaja atau nggak nyentuh lu." Kata Lita mencoba mengingatkan. Ia mencoba memberi gambaran tentang bagaimana dan kemungkinan apa yang terjadi jika Ica memilih untuk melanjutkan sekolah di sekolah umum.

"Ya gue tau, makanya kan mau gue coba. Gue mau sembuh, Ta." Kata Ica serius.

Mendengar itu, mata Lita membulat. Dia bisa melihat kesungguhan Ica dari matanya. Gadis itu bersungguh-sungguh kali ini.

Kedua bahu Lita menurun, ia mencoba menerima keputusan sahabatnya itu.

"Jadi mulai kapan lo masuk?"

"Mama sih masih harus ngurus beberapa berkas. Jadi kayanya gue baru bisa masuk Senin besok." Jawab Ica semangat.



***



Riuh para penonton yang didominasi para perempuan ini ramai terdengar di sisi-sisi lapangan. Mereka tengah menyaksikan para anak futsal tengah bermain. Di jam istirahat begini, biasanya memang anak futsal selalu menyempatkan waktu untuk bermain walaupun hanya sebentar.

HaphephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang