09

89 13 1
                                    

"Lo nggak apa-apa kan, Ca?" Tanya Joshua menjauhkan tangannya yang melingkar di pundak Ica seraya menolehkan pandangannya pada Ica.

Mata Joshua membulat. Merasa ada yang aneh dengan Ica saat ini. Ica seperti ketakutan. Badannya gemetar dan peluh di keningnya bercucuran seperti habis lari marathon. Kedua tangannya juga memeluk tubuhnya seolah melindungi diri.

"Sha-"

"Jangan sentuh gue." kata Ica lirih. Membuat Joshua reflek mundur satu langkah. Ica masih mencoba mengatur napasnya yang terengah. Ia menelan ludah beberapa kali berusaha menenangkan diri.

"Lo...." Joshua menggantung kalimatnya. Masih menatapi gadis di hadapannya yang sedang berusaha menenangkan dirinya itu dengan lekat.

"Sorry...." Ica kini mengangkat wajahnya mencoba menatap Joshua dengan senyum samar. "Gue kaget tadi,"

"Lo.. haphephobia?" Tanya Joshua dengan hati-hati. Mendengar ucapan Joshua tentu saja membuat Ica membulatkan mata terkejut. Ia bahkan hampir memekik kencang kalau saja Ica tidak menahan diri.

Ica diam. Tak tau bagaimana harus menjawab. Pasalnya tidak pernah ada seorangpun yang tau penyakit ini kalau Ica tidak beritahu. Bahkan Lita saja harus dijelaskan beberapa kali untuk memahami kondisi Ica ini. Dan sekarang, Joshua, teman sekelasnya yang bahkan belum ada satu bulan ia kenal. Saat pemuda itu pertama kali melihat reaksinya, ia langsung bisa menebaknya dengan benar, bahkan tanpa Ica jelaskan lebih dulu.

Ica menatap Joshua dengan ekspresi bingung dan terkejut, "lo tau haphephobia?" Tanya Ica penasaran.

"Gue pernah baca beberapa artikel tentang itu," kata Joshua masih tertegun menatap Ica. "Gue nggak nyangka ternyata gue bakal punya temen yang ngidap penyakit langka itu."

Ica tersenyum pahit. Kini mengalihkan pandangan ke arah lain lalu menundukkan kepalanya menatap kosong ke lantai keramik di bawahnya, "gue juga nggak nyangka kalo gue jadi salah satu orang yang ngidap penyakit langka itu."

"Lo tunggu di sini." Kata Joshua membuat Ica mengangkat kepala menatapnya. "Duduk di situ dulu." Joshua menunjuk kursi panjang yang ada di koridor.

Ica mengangkat alis bingung tapi akhirnya menurut. "Lo mau kemana?" Tanya Ica sedikit berteriak saat Joshua berlari ke arah belakang sekolah.

Pikiran Ica sedikit khawatir. Joshua sudah tau kondisinya. Bagaimana kalau setelah ini Joshua menganggapnya orang aneh dan menjauhinya? Seperti orang lain sebelum-sebelumnya yang mengetahui kondisi Ica. Mereka akan menganggap Ica sombong, bahkan aneh. Dan akhirnya menjauhi Ica. Membuat Ica selalu merasa sendirian dan kesepian.

Ica menghela napas. Terlalu larut dalam pikirannya sendiri. Koridor perlahan mulai sepi. Hanya ada satu atau dua anak yang baru keluar dari kelasnya. Kepalanya tertoleh saat mendengar suara langkah sepatu yang berlari menggema di koridor. Terlihat Joshua datang dengan sebotol air mineral di tangannya.

"Nih minum," kata Joshua menyodorkan sebotol air mineral yang tadi ia beli di kantin.

Ica tertegun. Menatap Joshua dan kemudian beralih ke botol minum di tangan Joshua. Entah kenapa hatinya merasa hangat mendapat perlakuan seperti ini.

"Lo pasti shock. Mending lo minum dulu buat nenangin diri lo," kata Joshua membuat Ica tersadar dari ketertegunannya.

Ica meraih botol minum itu dengan agak ragu. Membuka tutup botolnya perlahan lalu meminumnya sedikit demi sedikit. Joshua yang memandangi itu langsung mengambil tempat duduk disamping Ica walaupun dengan menyisakan sedikit jarak diantara mereka.

"Thanks..." kata Ica saat selesai minum. Kemudian menutup tutup botolnya kembali.

"Sorry... gue nggak tau.. lo pasti ketakutan banget tadi," kata Joshua menyesal.

HaphephobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang